2. sorting hat

396 66 0
                                    

Esmeralda Slytherin mengangkat alisnya nemandang langit malam daratan Skotlandia yang penuh dengan bintang. Ia tidak pernah tahu ada tempat yang bisa menandingi Kastil Slytherin milik keluarganya di Shropshire, tapi pemandangan langit malam yang dihiasi bintang-bintang bersinar terang dan konstelasi, Esmeralda tahu kalau buyutnya, Salazar Slytherin beserta teman-temannya memilih tempat yang tepat untuk dijadikan tempat menimba Ilmu pagi para penyihir muda yang berbakat, Ia agaknya bersyukur lantaran menolak Dursmtang dan memilih Hogwarts.

Hogwarts begitu indah!

Itulah kata pertama yang berada di otak Esmeralda, Ia melihat Hogwarts dari pigura yang berada di Kastil Slytherin, tapi bahkan pigura indah tersebut tidak bisa menggambarkan keindahan Hogwarts itu sendiri.

Kastil itu berdiri kokoh, sangat menakjubkan dan mengeluarkan aura misterius, Esmeralda tersenyum lembut, kastil ini akan menjadi rumahnya di masa depan selama tujuh tahun. Kata rumah membuatnya sedikit bersemangat. Esmeralda tidak ingat kapan terakhir kali Ia mendeskripsikan kata rumah.

Kastil Slytherin yang berada di Shropshire memang Indah, disana bahkan mempunyai danau yang mengalir langsung ke laut, hutan yang dipenuhi banyak binatang sihir yang akan membuat Newt Scamander cemburu serta peri rumah yang bisa diperintahkan kapan saja.

Tapi kekurangan kastil itu hanya satu, terlalu dingin. Kastil itu tidak mengeluarkan aura rumah seperti Kastil Hogwarts. Esmeralda yang baru berusia sebelas tahun tahu, mungkin itu karena Ia tak punya siapa-siapa di dalam kastil itu, sementara di Hogwarts, Ia pasti akan mempunyai banyak teman.

Esmeralda Slytherin tidak mengenal Ibu dan Ayahnya.

Ia dibesarkan oleh potret Salazar Slytherin dan Peri rumah di Kastil Slytherin. Ia tidak mengenal Ayah dan Ibunya, Salazar - atau Granpapa, begitu Ia ingin Esmeralda menyebutnya - hanya menunjukkan potret seorang wanita yang sangat cantik, kecantikan wanita itu bagaikan peri, kata Granpapa, Wanita itu adalah Ibunya, yang merupakan keturunan langsung dari Merlin Emrys dan Morgana Pendragon, keduanya berada di asrama Slytherin, yang Esmeralda dengar dari Salazar, Ibunya adalah seorang wanita pureblood hebat, pintar di masanya dan sangat cantik, nama Ibunya adalah Lyra Slytherin née Bennett. Dengan rambut hitam legam, mata hijau yang kerap kali berganti warna, bibir merah cerah bagaikan menggunakan pemerah bibir setiap saat, tinggi semampai dan molek. Sayang sekali gadis keluarga Bennett tersebut tidak bisa bertahan saat melahirkan Esmeralda, komplikasi dan terlalu menghabiskan banyak darah membuat wanita muda yang merupakan sang Ibu meninggal saat melahirkannya.

Sepeninggal Putri mereka yang sangat mereka cintai, Lord Duncan dan Lady Adhara Bennett née Black yang merupakan orangtua dari Lady Lyra Slytherin memutuskan untuk pensiun dari khalayak umum, keluarga yang awalnya begitu terkenal lantaran kemurnian darah mereka, status sosial yang tinggi serta galleon yang banyak di Gringgotts, keluarga Prestigius Bennett menghilang dari lingkaran elit Keluarga Bangsawan Darah Murni di Inggris, beberapa tahun silam.

Untuk Ayahnya, kata Granpapa, Thomas Slytherin adalah penyihir kuat, pintar dan begitu tampan. Ia tiba-tiba 'menghilang' sepuluh tahun yang lalu, satu tahun semenjak kematian Istri tercintanya. Salazar tidak mau bercerita banyak mengenai Lord Slytherin, dan selalu nampak marah jika Esmeralda bertanya tentang sang Ayah.

Awalnya Esmeralda kecil akan sangat haus dengan pengetahuan, Ia akan membuat Salazar kesal dengan pertanyaan-pertanyaan seputar orangtuanya, tapi lama kelamaan, Esmeralda berhenti bertanya. Salazar selalu berada di dalam potret, saat Ia keluar, Ia hanya akan pergi ke Estat-Estat Slytherin yang lain dan Hogwarts, jadi mungkin Kakek Buyutnya itu tidak tahu soal keberadaan Ayahnya, jadi lambat laun, Esmeralda kecil tumbuh dewasa, Ia mengerti kapan waktu yang tepat untuk bertanya tentang Orangtuanya.

Esmeralda menatap kearah depan, Ia turun dari perahu kecil yang membawanya ke kastil, Ia tadi ditarik oleh Hermione Granger untuk satu perahu dengannya, Harry Potter dan Ronald Weasley.

Mengenai Harry Potter, Esmeralda mendengar soal anak itu dari mulut peri rumahnya yang setia mengambil koran Daily Prophet di depan teras Kastilnya, Ia di katakan merupakan pahlawan dunia sihir, karena mengalahkan Lord Voldemort saat masih berusia satu tahun, Esmeralda tidak mengerti, Harry Potter tidak melakukan apapun selain bisa selamat dari kutukan tak termaafkan, ia juga tidak yakin kalau Lord Voldemort benar-benar mati. Saat Ronald Weasley begitu antusias, Esmeralda Slytherin juga ikut antusias, Ia ingin bertanya tentang bekas luka yang ada di dahi bocah itu saat pertama kali Ia mendengar namanya, tapi Ia tidak mau melakukannya, pride, pikirnya. Ego-nya tidak membiarkan hal itu.

Mata hijau Esmeralda melihat sekeliling Hogwarts, terpukau dengan keindahan arsitektur yang begitu memukau, langit-langit Kastil Hogwarts disihir sesuai langit malam, lilin-lilin bergantungan, dan Kastil sangat hangat.

"selamat datang di Hogwarts." kata seorang wanita tua berpakaian hijau, "nama saya Professor Mcgonagall,"

"Hogwarts didirikan oleh empat penyihir hebat, Godric Gryffindor, Helga Hufflepuff, Rowena Ravenclaw dan Salazar Slytherin. Masing-masing memiliki karakter unik, saat saya panggil nama kalian, kalian akan di sortir ke asrama yang mengikuti sifat kalian."

"sangat hebat!" bisik Hermione di sebelahnya, Esmeralda tersenyum simpul,

"berarti benar tentang rumor di kereta, bahwa Harry Potter telah datang ke Hogwarts..." belum sempat Esmeralda membalas Hermione, sebuah suara memotongnya, atensi kedua gadis itu teralihkan pada anak laki-laki seumuran mereka yang memiliki rambut pirang yang hampir putih, serta mata abu-abu mencolok, bisik-bisik terdengar dari anak-anak lainnya, ada yang terpukau, kaget, takut, dan banyak lagi yang diakibatkan oleh nama 'Harry Potter'.

"ini adalah Crabbe, Goyle, dan aku adalah Malfoy, Draco Malfoy," kata si pirang penuh percaya diri, mengulurkan tangannya pada Harry, Harry menatap tangan yang diulurkan kepadanya, Ron mendengus, Draco - si pirang - menatap Ron.

"kau pikir namaku lucu bukan? Tidak perlu menanyakan soal dirimu, rambut merah, pakaian kusam, kau pasti adalah Weasley!" tatapan Draco tertuju lagi pada Harry,

"Kau akan mengetahui kalau beberapa keluarga di dunia sihir lebih baik dari yang lain, Potter. Kau tidak ingin berteman dengan orang yang salah!"

Esmeralda yang sedari tadi diam mengamati, mengerutkan dahinya, untung Ia mencoba mengingat-ingat ajaran Kakek buyutnya tentang etika darah murni, atau dia mungkin tadi sudah menampar wajah si pirang dengan kasar.

"cukup Pewaris Malfoy," ucap Esmeralda tenang, "Kurasa keputusan untuk berteman ada di tangan Pewaris Potter sendiri. Anda bukan siapa-siapa yang memaksanya."

Draco bersumpah, Ia tidak perna melihat seorang gadis secantik itu. Rambut hitam kecoklatan gadis itu di kepang dengan indah, kulit porselen dan bibir merekah, Ia terlihat seperti boneka hidup.

Aere Perennius (Harry Potter Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang