7. The Corridor on the third Floor

260 42 0
                                    

Esmeralda Slytherin tidak mengerti mengapa Ia tiba-tiba bisa sampai di koridor ini, Ia tengah tidur di kamarnya, dan tiba-tiba terbangun dan sampai disini. Esmeralda mendengar suara yang memanggilnya dari balik salah satu pintu di koridor ini. Sekarang, tugasnya adalah Ia hanya perlu melihat darimana asal suara yang memanggilnya.

Esmeralda menggumamkan mantra 'Mufliatto' dan membuka pintu pertama, tidak ada apapun yang abnormal. Tapi saat pintu ketiga terbuka, Ia tertegun melihat tiga buah kepala anjing yang sedang menatapnya menggunakan mata merah mereka. Esmeralda masuk dan menutup pintunya, Ia menurunkan Occlumency dan membiarkan tiga kepala itu berbicara, sebuah anugerah Ia bisa berbicara dengan binatang, Mother Magic mencintainya dan memberikannya anugerah itu.

"kenapa dia disini?"

"menurutmu dia akan mencuri batu?"

"tapi dia tidak terlihat seperti pencuri."

"aku tidak ingin mencuri apapun. Aku hanya mendengar suara kalian dari dalam kamarku." ucap Esmeralda pelan, ketiga kepala itu menatapnya, dengan mata mereka yang lebar,

"kau bisa mendengar kami?!"

Kali ini Esmeralda hanya mengangguk dan tersenyum. Ketiga kepala itu memberikan tatapan menilai padanya.

"kau adalah anak emas Destiny dan kesayangan Fate! Kami mendengar tentangmu dari centaurus di Forbidden Forest!"

"iya."

***

Setelah berkenalan dengan ketiga kepala itu yang memberitahukan kalau nama mereka adalah Fluffy, mereka membiarkan Esmeralda masuk melewati pintu kecil dibawah kaki mereka, berpesan agar Ia tetap tenang saat Devil's Snare 'menelannya'. Setelah itu Esmeralda menghindari catur besar khas Mcgonnagall dan Ia berhadapan dengan cermin. ERISED. tertulis di cermin itu dan huruf rune mengelilinginya.

Matanya tertuju pada apa yang ditunjukan oleh cermin ini. Dan Ia tidak bisa tidak mengeluarkan senyum tipis saat melihat apa yang ada di dalamnya. Keinginan terbesarnya.

"apa yang kau lakukan disini, Miss Slytherin?"

Sebuah suara mengagetkannya, Esmeralda memutar tubuhnya dan berhadapan langsung dengan kepala sekolah Hogwarts, Albus Dumbledore.


Sejak Ia menempatkan Cermin ERISED di koridor lantai tiga, Albus Dumbledore akan selalu datang setiap malam untuk melihat pantulan dirinya di cermin, disana ada sosok Adik perempuannya, Ariana yang meninggal saat Ia berperang melawan Grindelwald, serta Aberfoth, ketiganya terlihat sangat bahagia, itulah Keinginan terbesar Albus Dumbledore. Tapi Ia begitu terkejut melihat calon Pewaris terkemuka Dunia sihir berdiri di depan cermin itu. Albus tidak mungkin salah, Hairnet berwarna hitam yang membungkus rambut hitam itu secara rapih, dan tubuh mungil yang dimiliki anak berusia sebelas tahun serta jubah hijau khas Slytherin.

Maka Ia bertanya, yang membuat anak itu terkejut dan membalikan tubuhnya, memberikannya senyuman tipis. Mata hijau Esmeralda tidak memiliki kehidupan seperti yang dimiliki anak-anak lainnya, itulah yang Albus rasakan saat anak itu mengunjunginya seminggu lalu dan meminta - memerintahkan - dia agar murid-murid Hogwarts bisa mengenal tradisi Samnhain, yang bagi para penyihir khususnya Penyihir dengan kekuatan sihir hitam sangat penting, Albus pada awalnya tidak mengizinkan, tapi Esmeralda mengeluarkan ultimatum yang membuatnya tidak bisa berkutik, Posisi gadis itu sebagai Pewaris Keluarga Kerajaan Pendragon.

"Professor, selamat malam." sapa Esmeralda, menatap Albus Dumbledore yang mengenakan jubah warna-warni, kacamata berbentuk bulan sabit dan senyuman ala tetua yang khas.

"selamat malam, dearest." jawab Albus, "apa yang kau lakukan disini?"

"aku mendengar suara Fluffy, dan mereka berkata kalau aku bisa menemukan sesuatu yang bisa membuatku terpukau disini."

Albus mengangguk, "jadi, apakah kau terpukau, Miss Slytherin?" kini giliran Esmeralda yang mengangguk lalu mengangkat bahu,

"aku terpukau dengan cermin ini, tapi kecewa dengan keamanan untuk melindungi batu bertuah milik Perenelle Flamel."

Albus terkejut, mengelus janggutnya, matanya berkelap-kelip, "darimana kau tahu, miss Slytherin?"

"aku hanya tahu." kata Esmeralda, Albus mengangguk,

"jadi, apa yang kau lihat di cermin itu, dearest?"

"aku melihat... Hitam. Kosong. Hampa."

Albus terlihat syok, Ia mengukur anak kecil di hadapannya, "bagaimana bisa kau berkeinginan untuk mati, dearest?"

"kenapa orang-orang ingin hidup, Professor?" ucap Esmeralda, tatapannya menerawang, "anda juga akan berkeinginan untuk mati jika anda melihat apa yang aku lihat, Professor."

"apa yang kau lihat, dearest?" tanya Albus penasaran, kali ini Ia mencoba membaca pikiran anak itu tapi legilimens-nya dihadang oleh dinding Occlumency tebal. Esmeralda Slytherin sangat menarik.

"kematian." jawab Esmeradsa dingin, ada kemarahan di mata hijaunya. "aku melihat anda mati, Professor. Professor Snape adalah orang yang akan membunuh anda dengan kutukan pembunuh, dan tubuh anda akan terjatuh dari atas tower Ravenclaw."

Albus mengangguk, terlihat tenang meskipun Ia baru saja mendengar tentang ramalan dirinya yang akan datang.

"kenapa anda terlihat biasa saja, Professor?" tanya Esmeralda penasaran, Albus memberikan senyuman lembut yang membuat bulu kuduk Esmeralda berdiri,

"aku berusia seratus lima puluh satu tahun, dearest, kematian bukanlah suatu ketakutan untukku." jawab Albus membuat Esmeralda merasakan jantungnya berdetak lebih kencang, rasa jijik menjalari tubuhnya, Ia merasa jijik pada pria tua didepannya. Albus Dumbledore sangat jauh dari rumor yang beredar. Pria tua ini tidak baik sama sekali, Ia sangat manipulatif, Albus cenderung berkelakuan seperti Tuhan.

"kau tidak merasa ketakutan tentang kematianmu, tapi pernakah kau berpikir tentang orang lain, Professor? Tentang Harry Potter yang kau jadikan ternak yang bisa dipotong kapan saja?"

"for the greater good, it should worth the sacrifice." Ujar Albus membuat Esmeralda menggeleng,

"you're mad! Absolutely insane!"

Aere Perennius (Harry Potter Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang