21. The Mikaelsons

130 30 0
                                    

Setelah pesta Klan Addams selesai, Esmeralda dibantu oleh Wednesday dan Pugsley mulai packing barang-barangnya.

"apakah kau benar-benar harus pergi secepat ini, Es?" tanya Pugsley, "kita belum puas bermain bersama."

Esmeralda memutar matanya, "kau ingin berhadapan dengan Uncle 'Lijah?"

"oooh... Tidak..." bisik Pugsley sambil menggeleng karena demi apapun, Elijah Mikaelson sangat mengerikan.

***

Pukul sepuluh, sebuah mobil masuk teras manor Addams, seorang Pria tampan dengan pakaiannya yang super rapih, tak kelihatan kusut keluar, dia berjalan dengan postur tegap kearah pintu sebelum mengetuknya, pria berpakaian formal tersebut disambut oleh Lurch, si Butler.

"Mr. Mikaelson,"

"Mr. Lurch, nice to meet you again."

"Madame dan Master menunggu anda di ruang keluarga bersama Young Miss Esmeralda."

"Terima kasih, Mr. Lurch."

Mr. Mikaelson mengikuti Lurch ke ruang keluarga atau lebih tepatnya ruang Vault, dimana para keluarga Addams tengah duduk sambil berbicara,

"Masters, Madames, Mr. Mikaelson disini."

"persilakan beliau masuk." kata Morticia memegang cangkir, Mr. Mikaelson masuk dengan kharisma-nya yang mempesona, dan kepercayaan dirinya yang tinggi,

"Mister Addams, Missus Addams." sapa Mr. Mikaelson, Morticia mengangguk, memberikan senyuman datar padanya,

"uncle Elijah!" sapa Esmeralda berdiri dan memeluk pria itu, Elijak Mikaelson, Original Vampir berusia lebih dari seribu tahun tersenyum,

"hello, My dear." kata sang Vampir, Ia mengelus rambut halus anak itu pelan dan mengecup dahinya, lalu atensinya terfokus pada keluarga Addams, "aku akan mengambil dear Esmeralda, selamat tinggal Addams."

Gomez mengangguk, "kau juga, Mikaelson."

***

Keduanya menaiki mobil yang dikemudikan oleh seorang Pria berpakaian ala Butler, Esmeralda menatap pria itu,

"Muggle?"

"no-maj, Esmeralda, dan yes, aku menyuruhnya." kata Elijah dengan senyuman, mata hijau gadis itu melebar,

"you compelled him, uncle 'Lijah." ujar Esmeralda menggeleng, dia menatap keluar jendela, "aku bertemu dad."

Elijah menatap anak itu bingung, "apa maksudmu?"

"maksudku, aku bertemu dad." kata Esmeralda lagi, "tapi dia sangat berbeda."

Elijah menatap gadis itu, "mengapa?"

"dad tidak terlihat seperti foto yang ada di Kastil, dia terlihat seperti monster,"

"kau tahu kalau kau selalu berada di sekitar 'monster' yang kau bicarakan itu bukan, Esmeralda?"

Esmeralda mengangguk, "aku tahu uncle, tapi Ayahku..." Esmeralda menghela napas pelan, "Voldemort... Ayahku adalah Lord Voldemort."

Elijah menatap gadis itu, mata coklatnya bersinar sesaat, dia lalu mengangguk dalam diam.

"Uncle 'Lijah,"

"hm?"

"mengapa Ayahku bisa sampai seperti itu? Mengapa Ayahku bisa berubah seperti itu? Mengapa Ayahku menjadi Lord Voldemort? Bukankan kalian berkata kalau Ayahku adalah penyihir paling brilian pada masanya?"

Elijah tidak tahu harus menjawab apa pada anak itu, Esmeralda terlalu pintar, dan dia juga bisa legilimens sejak masih kanak-kanak, Elijah tak bisa membohongi anak itu.

"kau masih terlalu kecil untuk paham, Esmeralda." jawab Elijah pada akhirnya, Esmeralda ingin protes tapi berhenti karena Pria itu telah mengangkat tangannya, tidak ingin berdiskusi lagi.

Esmeralda hanya bisa menutup mulutnya dengan patuh, hingga mobil yang Ia tumpangi sampai di pelataran mansion megah di New Orleans, Mansion keluarga Mikaelson.

Ia keluar dari mobil, No-Maj yang di hipnotis oleh Elijah mengambil kopernya, keduanya masuk kedalam rumah tersebut.

Bruk!

Suara sesuatu jatuh, dan diiringi oleh teriakan kesakitan seorang Pria, Esmeralda mengangkat alisnya melihat seorang Pria mengerang kesakitan, dan darah mencucur dari tubuhnya. Pria itu melihat Elijah seolah-olah melihat penyelamat, segera merangkak kearah Elijah, tangan pria itu berlumuran darah, mencoba memegang sepatu yang Elijah kenakan, segera sang vampir itu menyingkir dari tangan kotor pria itu, menarik Esmeralda bersamanya agar sang gadis kecil tidak terkena kotoran,

"tolong... Tolong aku..." ucap pria itu, Esmeralda menghela napas pelan, menatap kearah depan, tatapannya bertubrukan dengan mata biru seorang pria lain berambut pirang yang tersenyum kearahnya,

"dearest Esmeralda!" kata Pria itu, Esmeralda tersenyum,

"godpapa!" dia berlari tak memperdulikan pria asing yang terbujur lemas tak berdaya di dekatnya, kearah pria berambut pirang yang tangannya penuh darah, pastilah bukan darah si pria yang Ia panggil 'Godpapa'.

Niklaus Mikaelson dengan senang hati ingin ,memeluk putri baptisnya, satu-satunya anak kandung mendiang Lyra Slytherin. Ia masih mengingat bagaimana Lyra Slytherin, dengan sisa-sisa napasnya, memintanya menjadi Ayah Baptis sang Putri, agar Ia bisa merawat putrinya yang masih bayi, membuat Morticia Addams yang selalu terlihat dingin menangis keras saat kematian tragis yang menimpa Lyra Slytherin.

"bagaimana kabarmu, dear?" tanya Niklaus, menerima sapu tangan dari Esmeralda, dia menghapus darah di tangannya, lalu memberikan kembali sapu tangan itu pada Esmeralda, gadis kecil itu mengangkat alis, menatap jijik kearah sapu tangan tersebut,

"scourgify."

Sapu tangan itu kembali bersih. Esmeralda menerimanya dan memasukannya ke saku jubah yang Ia pakai.

"kau bisa masuk Dearest. Rebekah menunggumu di dalam."

Aere Perennius (Harry Potter Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang