Part 6

253 25 16
                                    

"Alasan tak berdaya dalam ekspresi cinta" - Rumi"
***
Danish memandangi satu satunya surat yang ia dapat. Perasaannya cukup kacau. Senang, ada, gugup ada.

Cukup membuat Danish tidak berkonsentrasi untuk menjalani hari. Sesampainya di rumah, Danish langsung masuk ke dalam kamarnya. Ia buru buru membuka tas nya. Mengatur nafas dan detak jantung yang cukup berisik untuk Danish dengar.

Tangan Danish menggapai surat yang tersimpan rapi di tas warna navy nya.

"Bismillah"

Ia tersenyum tipis. Kemudian membuka surat itu pelan pelan bak tak mau merusak perekat yang menempel pada amplopnya.

Kata demi kata ia lantunkan. Isi surat tersebut membuat Danish tak bisa mnyembunyikan senyum bahagianya.

"Rashi, bahkan dia ngasih aku nomer whatsapp. Lucu banget!"

(Kalo dikasih nomer wa tuh di chat, ayang bukan di simpen teruuus)

Terbuai dengan surat ditangannya sampai Danish tidak sadar, sang ibu sudah mengintip lewat celah pintu kamar Danish.

"Siapa yang lucu banget mas?"goda sang ibu.

Danish kaget , dan berusaha menyembunyikan suratnya dibawayh tumpukkan buku diatas mejanya.

"Ah engga kok bu, tadi mas sedang baca komik, kebetulan komiknya lucu banget"jawab Danish terbata - bata sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Diani, ibu Danish. Masuk lalu duduk di pinggiran kasur Danish.

"Ya kalo yang lucu banget itu gebetan mas juga gapapa kok, mas kan udah gede"tutur Diani lembut.

Diani selalu berkata lembut pada anaknya. Danish sedari kecil selalu dipanggil 'mas' oleh orangtuanya. Karena memang ayah nya Danish itu orang Yogyakarta. Sewaktu kecil Danish dan orang tuanya tinggal di Yogya. Namun pada umur 3 tahun, Ayah Danish mengalami kecelakaan dan meninggal dunia dan beberapa hal harus membuat mereka pindah ke Bandung, tempat kelahiran Diani. Meskipun darah jawa mengalir di tubuh Danish, namun budaya Sunda dari sang ibu juga tidak kalah mempengaruhi hidup Danish.

Diani mendidik Danish menjadi anak yang penurut, selama 23 tahun Danish hidup, dia tidak pernah sekalipun membuat ibu nya kecewa. Diani membentuk pribadi Danish yang ramah, cerdas, rajin belajar, dan lembut. Bahkan percaya tidak percaya, Danish  memiliki HP pada saat kuliah, itupun berupa paksaan dari Diani.

Kembali ke percakapan ibu dan Anak tadi...

"Jadi mas ga mau cerita nih sama ibu?"

Danish hanya membalas dengan senyuman tipis.

"Oke mas cerita. Jadiii dikampus mas kan seminggu kemaren tuh ospek kan yah."

"Heem trus?" Diani menyimak.

" Jadi ada satu cewe bu, yang mas sendiri tuh gatau, perasaan mas tuh masih gimana yaa, yaa bisa dibilang kagum gitu sama anak itu. Dia lucu, ceria, gampang bergaul, ya pokonya mas sendiri juga....ya gitu deh"

Ibu Danish hanya tersenyum melihat Danish yang sebegitu antusiasnya menceritakan anak perempuan itu.

"Ih ibu ngetawain mas ya?" Danish cemberut.

"Enggaaaa!"

"Terus ko respon ibu gitu?"

Diana bangkit dari duduknya dan mengelus kepalanya Danish lembut.

"Baru kali ini mas ceritain soal cewe, berarti mas nya ibu udah gede"

Danish tersipu.
***
Hari ini kantin kampus sangat penuh.  Meja di setiap penjuru kampus terisi, Danish keningungan mencari tempat duduk.

Call him, DanishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang