"Cinta bukanlah bertahan seberapa lama. Tetapi seberapa jelas dan ke arah mana." –Emha Ainun Nadjib
***
"You can cry!""Can I?"
Disanalah. Pecah. Rashi tidak bisa menahan tangisnya lagi. Dia langsung menangis sendu. Danish duduk di sampingnya dan meraih tubuh Rashi kemudian menenggelamkannya di dadanya.
"Kamu boleh nangis sepuasnya."ucap Danish.
Rashi megeluarkan semua kekecewaannya hari itu. Semuanya dan itu pada Danish.
Sampai dia sudah lelah dengan tangisannya, Danish membawanya berbaring, Danish menyelimuti tubuh Rashi. Lalu berusaha bangkit dari tempat tidur.
Pikirnya dia akan tidur di sofa di depan kamar Rashi. Agar tidak mengganggu Rashi istirahat.
Namun tangan Danish ditahan
"Ka boleh disini dulu? Aku butuh kaka"ucap Rashi sedikit serak karena tadi menangis.
Danish mengiyakan. Danish bahkan meminjamkan lengannya untuk dijadikan bantal. Tanpaa pikir panjang, Rashi memeluk Danish erat.
Nyaman.
Rashi merasa aman.
Rashi pikir selama ini menjadi anak pertama harus selalu kuat.
Danish mengusap kepala Rashi lembut. Lalu diciumnya kening Rashi.
"Proud of u!"bisik Danish.
(Bisa bisa nya neng Rashi ga degdegan digituin)
Rashi melingkarkan lengannya di pinggang Danish.
Membuat Danish tak karuan mendapat perlakuan seperti itu.
"Euu neng, mas boleh..."
Kalimat Danish tertahan melihat Rashi sudah terlelap pulas.
Danish tertawa kecil, kemudian menikmati wajah polos istrinya.
"Ko bisa sih neng, Meylan sama ibu kamu ninggalin orang yang menggemaskan kaya kamu?"monolog Danish.
Danish mengusap setiap rinci bagian wajah Rashi. Mata, hidung, pipi sampai bibir? Danish menelan ludahnya.
"No!! Aku gaboleh brengsek! Sebelum Rashi ngasih ijin aku gabakalan brengsek" Danish menepuk pipinya sendiri. menyadarkan diri.
"Mending aku tidur aja deh. Tapi mana bisa tidur kalo cewe cantik ada di depan gini. Duuhh" Danish ngomong sendiri lagi.
Danish tidur jam 3 pagi. Seluruh otak dan jatungnya lelah menahan diri.
Dan merekapun terlelap dalam mimpi masing - masing.
Jam setengah 5 pagi. Rashi terbangun oleh adzan subuh.
Ia terkejut melihat wajah Danish sedekat itu dengan wajahnya. Rashi mencoba melepaskan pelukan Danish, namun tangannya malah menguat melingkar di perutnya.
Detak jantung Rashi semakin kencang. Ritme nya tak beraturan. Nafas Danish menyapu pipi Rashi membuat Rashi semakin tersipu. Danish menyelusupkan wajahnya ke leher Rashi. Memperkecil jarak diantara mereka.
Rashi bangkit melepaskan tangan Danish,
Dag dig dug...
Danish yang ikut terkejut ikut bangun panik.
"Kenapaa neng? Ada apa? Kamu gapapa?"Danish khawatir.
"Euu .. aku kaget alarm tadi bunyinya gede banget!"jawab Rashi gagap
"Oohhhh aku kira kenapa." Danish mengusap wajahnya
"Aku wudhu dulu yaa ka,"Rashi buru - buru bangkit.
