Part 17

227 32 4
                                        

"Cinta tidak terlihat dengan mata, tetapi dengan hati." –William Shakespeare
****
Danish membuka matanya, baru ingat ini kamar tidur Rashi. Lebih tepatnya, harusnya menjadi tempat tidur mereka berdua. Namun Rashi masih menarik diri.

Danish mengerti. Semuanya terlalu tiba - tiba. Meylan yang meninggalkannya, pernikahan mereka, semua nya.

Rashi memang tak pernah pudaar dalam hati dan kenangan Danish. Makanya dia siap dengan semua situasi nya. Tapi Rashi?

Rashi memang pernah mencintai Danish. Namun Danish juga pernah mengecewakan Rashi. Danish pernah menjadi orang yang melukai hati dan kepercayaannya. Dan Rashi pernah dibahagiakan oleh laki - laki selain Danish. Mungkin saat ini posisi Danish sudah tergantikan oleh Meylan.  Makanya Danish sangat memahami apa yang sedang Rashi rasakan.

Tok tok.

Pintu terbuka, dan memunculkan bayangan Rashi. Terlihat pucat, seperti tidak ada gairah hidup. Tapi Rashi selalu menjadi perempuan paling cantik dimatanya. Dan itu tidak berubah bagaimanapun keadaannya.

"Ka! Sarapannya udah siap"kata Rashi. Terdengar dingin dan terpaksa.

Lalu Rashi keluar kembali tanpa menunggu jawaban Danish.

Di meja makan, beberapa hidangan sudah siap. Danish ikut bergabung dengan Mama, ayah, Rashi, Rasha juga Adrian.

Suasana yang cukup asing bagi Danish dimana Danish biasanya hanya makan berdua saja dengan ibu nya atau bahkan makan sendirian. Sekarang dia makan dengan keluarga yang lengkap.

Rashi menangkap perasaan yang Danish rasakan. Rashi cukup tahu bagaimana keadaan keluarga Danish. Bagaimana kesepian nya hidup Danish sebagai anak tunggal, dan seseorang yang sering ditinggal ibu nya bekerja.

Rashi mengambil piring kosong dan menyendokkan secukil nasi serta lauk pauk kedalam piring tersebut.

"Kak ini, kaka suka kan sama lauknya? Atau harus aku ganti?"ucap Rashi.

"Ma..kasih Neng."

Di depan mereka ada Rasha dan Adrian yang saling sikut melihat perlakuan Rashi kepada Danish. Seolah gemas dengan pemandangan di depannya.

"Untuk rumah gimana a? Jadi kapan aa mau bawa teteh ke rumah aa?"tanya Ayah Rashi.

Danish melirik Rashi sebentar.

"Kalo saya terserah rashinya aja om."jawab Danish

(Masih manggil om aja)

Tiba - tiba bel berbunyi,

"Biar aku aja yang buka pintu." Rashi bangkit dari tempat duduknya.

Kemudian Ghibran dan Danish melanjutkan bincang ringan mereka.

Rashi membuka pintu, ternyata Diani yang bertamu.

"Eh tante.." Rashi mencium punggung tanggan Diani.

"Masuk tante.."Rashi mempersilahkan Diani masuk

Datang Cantika yang menghampiri mereka. Biasa terkadang ibu ibu punya cara mereka untuk akrab. Bahkan Rashi tidak tahu sejak kapan mama nya akrab dengan ibunya Danish.

" Ikut makan langsung! Ayo sarapan!"

"Engga nanti aja saya dikantor sarapannya."

"Ehh jangan engga engga!" Cantika memaksa, sehingga Diani pun ikut sarapan. Bahkan Diani membawakan lauk tambahan. Karena merasa tidak enak Danish harus tinggal bersama mereka.

Mereka pun makan dengan khidmat dan penuh suka cita. Selepas Makan Diani dan Cantika mengobrol di teras belakang. Pak Ghibran berangkat bekerja, Rasha kebetulan bekerja di  laboratorium Biologi di salah satu SMA, sedangkan Adrian, dia katanya ada kuliah pagi jadi Adri sudah berangkat ke kampusnya.

Rashi membereskan kamarnya, tempat tidur yang sudah Danish bereskan. Di bereskan kembali agar lebih rapi lagi.

Koper, baju, barang barang yang ingin dia bawa ke rumah baru sebenarnya sudah dia pack jauh jauh hari. Seolah sudah siap untuk keluar dari rumah ini.

Danish mengetuk pintu dan masuk ke kamar. Duduk di pinggiran kasur yang Rashi bereskan.

Memunggungi Rashi, Rashi yang ikut canggung dengan udara diantara mereka, hanya terdiam pura pura membereskan bagian kasur yang lain, padahal bagian tersebut sudah rapi.

"Makasih ya neng!"ucap Danish parau. Suaranya agak sedikit serak seperti menahan tangis.

Rashi pun ikut duduk di kasur. Namun jarak mereka masih berjauhan.

"Untuk apa kak?"

"Semua nya. Kamu orang yang mampu memberikan hal yang ga pernah aku punya di dunia ini"

"Mm maksudnya?" Rashi mengerutkan keningnya bingung. Sedikit tidak dapan mencerna apa arti kalimat yang Danish ucapkan.

"Dari dulu... Aku selalu iri sama Meylan. Sejak kecil nenek kami, lebih menyayangi Meylan karena Meylan cucu pertama, dan Meylan orang yang ceria. Ga kaya aku, yang ngomong atau ngobrol sama orang pun takut.

Dari kecil juga, Aku iri sama Meylan. Karena Meylan, punya ayah. Dan aku engga. Setiap hari Meylan selalu memamerkan apapun yang dibelikan oleh ayahnya.

Entah itu mainan, baju hero, atau alat musik.

Aku bukan iri karena Meylan bisa membeli semua itu neng. Aku lebih iri siapa yang membelikan semua barang itu.

Tapi hari ini, aku melihat sosok ayah dimeja makan yang aku tempati. Biasanya kosong neng.

Biasanya cuma ibu aja sama aku. Tapi hari ini aku punya satu ayah, dua ibu, dan dua adik.

Dan yang ngasih semua itu kamu. Kalo aku ga nikah sama kamu, aku belum tentu punya semua itu."

Rashi melihat pertahanan pria yang dihadapannya runtuh. Rashi melihat seorang Danish menyeka air matanya kilat.

Danish seolah ingin menyembunyikan diri nya yang lemah dihadapan Rashi.

Dengan spontan Rashi mengusap punggung Danish lembut. Lalu menepun nepuknya pelan.

"Maaf seharusnya Bukan aku yang jadi suami kamu." Ucap Danish.

"Maaf juga karena aku mensyukuri perginya Meylan dari kamu. Maaf aku egois. " Danish meraih tangan Rashi kemudian menggenggamnya lembut.

Tbc

Janji Rashi ga baper! Kamu masih patah hati loh Ra 😅

Call him, DanishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang