Part 25

225 21 0
                                    

"Anak-anak hanya memiliki pemahaman yang nyata tentang apa yang mereka ciptakan sendiri."
***
Sudah dua minggu lebih, ayah Meylan mengalami stroke ringan. Beliau hanya berbaring di tempat tidurnya.

Meylan merenung di balkon kamarnya. Semenjak pernikahannya dengan Rashi gagal, lebih tepatnya ia yang menggagalkan, semuanya kacau.

Ayahnya jatuh sakit, kemudian sekarang sang pacar, Cania, malah meminta pertanggung jawaban. Meylan melirik wallpaper handphonenya, yang menunjukkan selca dirinya dan Rashi di pantai lombok beberapa bulan lalu.

Menyesal, iya Meylan menyesali semuanya.

Tok..tokk ...

"Masuk aja bi!"

Meylan berpikir itu ART nya.

"Denn.."terlihat raut wajah panik bi Sumi

"Denn.. bapak.."

Pikiran Meylan sudah campur aduk. Tanpa pikir panjang Meylan langsung ke kamar ayahnya. Terlihat sang ibu menangis tersedu - sedu seraya memeluk sang ayah yang terbujur kaku.

Ayah nya Meylan sudah berpulang.
***
"Iya bu?"Danish mengangkat telepon dari Diani.

"Innalillahiwainnalillahirojiun"ucap Danish membuat Rashi yang sedang melipat baju kering menengok ke arah Danish

"Siapa yang meninggal mas?"

"Ayahnya Meylan"

Sontak Rashi bangkit dari duduknya. Hari itu juga Danish dan Rashi mengikuti prosesi pemakaman Farhan, Ayah Meylan.

Tidak bisa dipungkiri, Danish dan Rashi sangat kehilangan om nya. Secara Farhan selalu menjadi pengganti sosok ayah untuk Danish. Rashi juga tidak dapat mengelak, selama ia menjadi tunangan Meylan, Rashi sangat disayang oleh Farhan.

Setelah prosesi pemakaman selesai. Danish naik ke atas untuk ke kamar Meylan. Ibunya menyuruh untuk mengajak Meylan makan.

Tok tok..

"Lan!"Danish membuka kamar Meylan. Terlihat Meylan yang meringkuk diatas kasurnya. Tanpa selimut.

Danish menghampiri Meylan.

"Ayo makan Lan! Tante juga udah di ruang makan nungguin lu!"

"Duluan aja nish!" Suaranya serak. Danish tahu orang yang paling merasa bersalah dalam hal meninggalnya om Farhan ini adalah Meylan.

"Nanti lu sakit! Yo buru!"bujuk Danish.

"Gue ga laper"

"Kalo lu ga makan lu sakit Lan! Kalo lu sakit, siapa yang jagain mama lu? Mikir ga sih?"

"Lu ga pernah ngerasain di posisi gue sih Nish!! Bapa gue meninggal Nish!! Dan itu gara - gara gue!! Gue mau ikut mati aja" Bentak Meylan.

Danish yang geram melayangkan pukulannya di wajah Meylan.

"Nyebut Lan!! Lu masih punya mama lu yang harus lu jaga! Jangan kaya orang yang gapunya iman!"Danish juga meninggikan suaranya.

Meylan menangis di depan Danish. Menangis tersedu - sedu.

"Semua gara gara gue Nish. Gara gara gue!" Suara Meylan terpotong - potong oleh tangisannya.

Sosok yang arogan, angkuh, kukuh Meylan seketika hancur di depan Danish. Danish memeluk sepupunya, menepuk nepuk punggungnya menenangkan.

Setelah cukup tenang. Danish mulai membuka perbincangan kembali

"Bukan gara - gara lu ko Lan, semua kehendak Tuhan. Kalo lu mikir semuanya gara - gara lu, berarti lu udah menolak kehendak Tuhan. Emang disini siapa yang mau papa nya meninggal? Ga ada Lan. Semua anak, pengen orang tuanya sehat dan lengkap. Termasuk lu, dan gue. Dan lu harus bersyukur, lu pernah punya momen yang bisa lu kenang tentang papa lu. Diluar sana, termasuk gue, bahkan gatau wajah ayah kita. Disetiap kejadian itu ada hikmahnya."

Meylan terdiam. Selama ini ia dilahirkan sebagai anak yang serba ada. Keluarga lengkap, harta berlimpah, karir yang bagus. Sehingga membentuk pola pikir bahwa apapun yang ia mau dan ia hadapi semuanya akan berjalan mulus selamanya. Sampai Meylan lupa, semua hal yang ia miliki, suatu saat bisa hilang atau tidak sejalan dengan mau nya.

Dulu sejak kecil dia sering mengejek Danish yang tidak punya ayah. Tapi hari ini, orang yang ia olok - olok sebagai anak yatim malah merangkul dan menghiburnya

Meylan malu pada Danish. Meylan  menundukkan kepalanya.

"Lu harus jadi anak yang baik buat mama lu. Dan lu harus jadi papa yang hebat dimata anak lu kelak, kaya om Farhan!"

Tok tok

Pintu kamar Meylan sedikit terbuka. Memunculkan bayangan Rashi dan Cania yang membawa nampan makanan.

Rashi mempersilahkan Cania untuk masuk dan memberi kode pada Danish untuk "buruan keluar!"

Danish mengerti dan meninggalkan Meylan.

Rashi menggandeng Danish turun ke lantai satu.

"Ko bisa sih kamu ga pengen jambak perempuan itu. Kan perempuan itu yang bikin gagal nikah sama Meylan?"
Tanya Danish memicingkan matanya ke arah Rashi.

"No comment!"jawab Rashi.

Rashi cepat cepat memotong semua permbicaraan yang berkaitan dengan Meylan. Karena ujung ujungnya akan menimbulkan perang dingin diantara mereka.
***
Pagi itu Danish merasa pusing. Kepalanya berat. Perutnya sangat tidak enak. Rashi memasak bubur untuk suaminya pagi ini.

"Mas kayanya ga kerja  neng. Perut mas ga enak banget!"rengek Danish

"Kemarin mas makan apa di tempat kerja? Sampe ga enak gitu perutnya."Rashi mengusap ngusap perut Danish.

Membuat Danish yang terbaring di tempat tidur merasa nyaman dengan perlakuan istrinya.

"Aku juga izin absen kok, gatega liat mas kaya begini"tambah Rashi.

Danish kali ini benar benar tidak menahannya. Ia langsung lari ke kamar mandi. Lalu memuntahkan seluruh isi perutnya di closets.

"Udah kita periksa aja ke dokter yuk." Ajak Rashi.

Akhirnya Danish pun dibawa ke dokter oleh Rashi. Sesampainya di klinik, Danish diberiksa oleh dokter yang jaga.

"Bapak, asam lambung bapak naik, jadi tolong dijaga yah pola makannya."

Rashi yang mendengar itu merasa gagal menjadi istri. Sepanjang jalan ia menyetir mobil arah pulang, tidak sepatah kata pun keluar dari mulut Rashi.

"Kamu kenapa sih yang? Ko diem terus"

"Engga kenapa kenapa kok"

Yah namanya juga perempuan ya Nish.

"Kalo aku salah bilang aja"ucap Danish

"Engga aku ngerasa gagal aja jadi istri kamu kalo kamu punya penyakit maag kaya gitu. Kaya kesannya aku tuh ga ngasih kamu makan ga sih?"

"Ya namanya juga sakit. Emang siapa yang mau sakit?"

Sesampainya di rumah, mereka sudah disambut oleh kedua mama mereka. Diani dan Cantika langsung ke rumah mereka begitu tau Danish sakit.

"Gimana kata dokter?" Tanya Cantika.

"Ya itu ma. Asam lambung mas katanya. Kaya sama aku ga dikasih makan aja!"delik Rashi.

"Mas gapernah punya maag dari kecil loh neng!"ujar Diani.

Rashi semakin merasa terpojok oleh perkataan Diani. Rashi pun bungkam.

"Tapi....dulu ayahnya mas Danish juga gitu neng pas ibu hamil mas Danish."lanjut Diani.

Danish, Rashi dan Cantika sontak saling memandang. Serentak dengan itu Rashi baru ingat memang jadwal menstruasinya terlambat dua minggu. Dia tidak bilang ke Danish karena memang mestruasinya kadang tidak teratur.

"Bentar mama beli test pack dulu!! Siapa tau kan emang kasusnya kaya teh Diani."Cantika antusias.

Cantika langsung pergi dengan motor maticnya untuk mbeli tes kehamilan ke apotek.

Sembari menunggu Cantika, Ketiganya berbincang ringan. 10 menit kemudian Cantika kembali dengan dua buah alat tes kehamilan. Dan langsung di pakai oleh Rashi dengan arahan Diani dan Cantika.

Danish gugup menunggu hasilnya. Ia mondar mandir sambil menggigit kuku jempolnya.

"Mas!" Panggil Diani.

Tbc

Call him, DanishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang