Part 23

295 27 16
                                        

"kamu akan berharga dimata orang yang menghargaimu"
****
"Mas kemarin uwa nyuruh kesana. Katanya wa Farhan (ayahnya meylan) sakit. Tengok gih!"perintah sang ibu via telpon.

"Sakit kenapa bu?"

"Biasa darah tinggi nya naik lagi. Kemarin katanya ada perempuan yang dateng. Minta pertanggungjawaban Meylan."jelas Diani.

"Nanti mas usahasin. Tapi mas mau ngajak neng, cuma gimana ya"

"Apa?" Bisik Rashi dari kejauhan.

Danish mengisyaratkan 'nanti'. Rashi pun kembali dengan TV  LCD dengan drakornya lagi.

"Gausahlah. Nanti neng ketemu Meylan lagi. Kasian."

"Nanti mas ngobrol dulu deh sama neng".

Mereka pun mengakhiri telponnya. Rashi yang kepo langsung menyambar.

"Apa apa??"

"Wa Farhan sakit! Mas disuruh nengok."

"Kaya anak kecil aja disuruh! Inisiatif dong mas tuh harusnya."

"Mau nemenin ga? Ga juga gapapa. Mas sendiri aja."

Rashi sedikit berpikir.

"Ayo."

"Beneran gapapa? Ada meylan loh"

"Ya gapapa. Urusannya apa? Jangan bilang kamu cemburu haha"

"Bisa bisa nya ya aku khawatir kamu trauma kesana" Danish cemberut

"Gapapa mas nanti aku temenin yaa. Sekalian silaturahmi sama uwa."Rashi memegang kedua tangan Danish.

"Oke." Danish mengecup bibir Rashi singkat.

Rashi mengalungkan kedua tangannya di leher Danish. Lalu Rashi perlahan mencium bibir Danish tanpa rasa malu malu lagi.

Danish yang terbuai dengan ciuman Rashi berusaha membalasnya lebih.
***
Hari ini Rashi dan Danish pergi kerumah orang tua Meylan. Berbekal beberapa buah yang sudah di pack secantik mungkin.

Rashi menggandeng tangan suaminya. Menguatkan diri takut takut keadaan sulit akan terjadi.

"Assalamualaikum"Danish memencet bel. Keluarlah ART yang sering bantu bantu disana.

"Ehh mas Danish, neng Rashi. Kumaha damang."

Danish mencium tangan bi Sumi sopan. Hari ini Rashi melihat nilai plus suaminya lagi. Selain penyayang keluarga, ia laki - laki yang memiliki manner dan attitude yang sangat baik.

"Bapa terus nanyain Mas. Mari masuk"ujar bi Sumi.

Rashi menyerahkan parcell buah yang dibawanya. Kemudian Danish dan Rashi diarahkan untuk ke kamar sang tuan Rumah.

Terlihatlah Farhan yang sedang terbarin lemah. Mereka salam terhadap uwa mereka.

Pipp

"Yang, aku terima tlp dulu di luar!"bisik Danish pada Rashi.

Akhirnya Rashi dan Farhan juga istrinya berbincang bincang.

Danish yang menerima telepon di halaman belakang. tiba tiba Meylan menghampirinya.

Danish yang sudah selesai berbincang via telepon. Menatap Meylan tajam.

"Selamat atas pernikahan lu nish!"ucap Meylan dengan nada ejek.

". . . ." Danish masih diam.

"Haha gimana rasanya dapet 'bekas' gue lagi? Ah pasti lu udah biasa lah ya dapet bekas gue."lanjut Meylan.

Danish mengepalkan tangannya, menahan emosi.

"Lu dari kecil kan emang selalu dapet punya gue yang udah gue buang."

"Lu selalu jadi bayangan gue nish. Lu gapernah punya barang milik lu sendiri." Meylan senyum sinis.

"Maaf tapi aku bukan barang 'bekas' yang bisa kamu buang seenak jidat kamu mas"Rashi tiba tiba datang menghampiri mereka berdua.

"Dan mas Danish bukan pemulung yang mungut apapun yang udah kamu buang. Kalo kamu bilang mas danish ga pernah punya apa yang menjadi miliknya, kamu salah besar. Dia selalu punya apapun yang kamu ga punya. Dia punya tanggung jawab, dia punya hati yang tulus, dan dia punya prinsip juga janji yang bisa aku pegang. Ga kaya mas Meylan, berasa memiliki segalanya, tapi sebenarnya mas Meylan ga punya apa apa. Yuk mas Danish mending kita pulang aja." Ujar Rashi menarik lengan Danish.

"Kamu gapunya harga diri apa? Kamu nikah sama sepupu calon suami kamu! Murahan!"kata Meylan.

Danish tak sanggup menahan amarahnya lagi. Ia hendak memukul Meylan namun Rashi menahannya.

Rashi berbalik ke arah Meylan.

"Yang penting selama ini aku gabisa 'di pake' sama cowok brengsek kaya kamu sih... Apalagi kalo sampe hamil."Rashi tersenyum sarkas.

Memang selama berpacaran dengan Meylan, Rashi selalu menolak untuk diajak aneh aneh. Dia masih menjaga harga dirinya dengan baik. Itu juga yang menjadi alasan Meylan mencari perempuan lain yang bisa memuaskan nafsunya.

"Yuk mas!"Rashi menggandeng Danish lagi.

Namun beberapa langkah, Rashi menghentikan langkahnya.

"Satu lagi mas Meylan! Terimakasih sudah meninggalkan saya, dengan begitu saya Bisa menikah dengan orang yang jauh seribu kali lipat lebih baik. Kalo mas Meylan ga ninggalin saya, saya mana tau."

Kali Ini Rashi dan Danish benar - benar pergi dari hadapan Meylan.

Sampai diluar rumah keluarga Meylan, lutut Rashi melemas. Untung Danish sigap memegang badan Rashi.

"Kamu gapapa?" Danish panik.

"Lutut aku lemes, ngelawan mas Meylan yang badannya kek yg tower telkomsel"

Danish tertawa kecil.

"Kamu bisa ga sih lagi kaya gini gausah lawak?"kata Danish gemas.

"Ga lawak mas.. mana ada aku komedi lagi gini."

"Udah udah ayoo kita pulang, aku ada siaran."

"Gendong!" Rashi manja.

"Ihh gamau berat" Danish jalan duluan.

Rashi menyusul Danish berlari lari kecil. Langkah Danish terlalu lebar untuk Rashi.

"Yaaa? Gendong lagi!! Aaaa mass"

Danish hanya geleng geleng melihat kelakuan istrinya.

Tbc

Call him, DanishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang