C.7

125 43 113
                                    

✨Big boss bisa sweet?✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Big boss bisa sweet?

.
.
.

Silvia pun akhirnya naik ojek online, karena uang sakunya nyaris ludes belum ada kiriman uang dari sang bunda.

"Nay! Gue kesel," rengek Silvia pada sahabatnya itu.

"Ulululu, ngapain kesel?"

"Gue gamau kawin," celetuk Silvia sembari mengerucutkan bibirnya lucu.

"Weh? Siapa yang mau fotosintesis?" Suara Kevin terdengar.

Cowo itu tampak menyeringai lalu duduk di hadapan keduanya.

Satu anak pejabat satu anak geng, dan satunya anak bunda dan ayah. Persahabatan Silvia benar-benar unik.

"Mau gue tampol pake raket listrik gak, Vin?" sahut Naya.

Kevin mengangguk senang lalu menggelengkan kepalanya labil. "non mi dispiace," tolaknya memakai bahasa Italy.

"Kalian, pilih diam atau ikutan kawin."

"Gila lo, Sil."

"Ga sudi gue nikah sama yang macam Kevin," tolak Naya.

"Gue imut gue diam," celetuk Silvia.

"Jadi, lo beneran mau nikah sama Valka?"

"Oh, nama cowo itu Valka?" kata Kevin sembari ber-oh ria.

"Kenapa, Vin? Lo suka?" goda Naya padanya.

"Heh! Dikata gue homogen apa?!" Kevin sontak membelalakkan matanya setelah mendengar perkataan Naya.

"Gue gamau nikah," rengek Silvia.

"Takdir, Sil," timpal Kevin dengan nada rendah.

Tatapannya masih berfokus pada Silvia, gadis yang dia suka sejak pandangan pertama. Memang cukup nama Silvia yang masih tersemat di dadanya.

"Gue bisa ubah takdir gak ya?" pikir Silvia.

"Takdir masih bisa diubah, tapi kehendak Tuhan gabisa diubah," jelas Naya mendadak jadi bijak.

"Tau apa lo soal takdir, Nay," sahut Kevin pada Naya.

"Kayak lo ga pernah dipermainkan takdir aja, Vin," cibir Naya pada cowo itu.

Kevin tertegun sejenak. "Gue bukan dipermainkan, tapi gue yang bermain sama takdir. Puas?" tukasnya menatap tajam Naya.

"Kalian kenapa jadi debat," heran Silvia.

Aftertheless | JAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang