C.24

41 5 2
                                    

Silvia masih bersama dengan Kevin sekarang, dia sedang serius membicarakan hati dan perasaan secara empat mata. Tapi tiba-tiba datang pesan tak diundang dari sebuah nomor.

'Drtt.'

Naya: Sil! Ini suami lo bukan sih?
Naya send a photo
✓✓Read

Mata Silvia terbelalak begitu melihat penampakan di foto tersebut, gambar yang menampilkan sosok Valka dengan seorang wanita berpakaian staf kafe.

Jemari Silvia langsung mengetikkan sesuatu untuk membalas pesan tersebut.

Silvia: Lo di mana?
Silvia: Iya itu Valka.
Silvia: Dia sama siapa?
✓Sent

Begitu lama Naya membalas, Kevin pun melihat muka Silvia yang sedikit murung memberanikan untuk berbicara. "Lo kenapa?" tanyanya singkat.

Silvia menoleh padanya dan menjawab, "Suami gue selingkuh?" Sambil menyodorkan tampilan hp-nya yang berisi gambar Valka dengan wanita lain sedang mengobrol intens.

"Ck, bener apa gue kata. Dia bukan pria baik-baik," ujar Kevin.

"Itu bukan kehendak lo buat berprasangka gitu," ketus Silvia pada Kevin.

"Terus lo minta gue buat ngapain, sampe lo ngasi tau hal itu tandanya lo minta bantuan gue, 'kan?" timpal Kevin santai.

"Bukan berarti kek gitu juga, tapi kalo lo mau bantu sih gue fine-fine aja."

Kevin mengerjapkan matanya heran. "Bukannya kebalik, yang harusnya bilang gitu kan gue, Sil!" sergahnya.

"Eh, iya kah?" pikir Silvia.

Kevin akhirnya menepuk jidatnya sendiri atas kelakuan si sahabat, kemudian  dia merogoh sakunya untuk mendapatkan ponsel dan segera menekan nomor seseorang.

***

Seorang gadis berambut cokelat sedang menikmati sandwich dan orange juice-nya di kafe yang baru saja buka minggu ini. Naya Austin si anak pejabat negara Asia Timur itu dengan mengenakan kacamata hitamnya, dan pakaian kasual menghiasi harinya.

"Ah, nikmatnya nongkrong santai tanpa gangguan," desah Naya setelah menyeduh jus yang ia pesan tadi.

"...Say terpaksa pak, karena bulan lalu ibu saya ...."

"Wait, itu kok... Kayak kenal," gumam Naya lalu menurunkan kacamatanya ke pangkal hidung mencoba untuk meng-zoom pandangannya pada sosok lelaki ber kaos putih itu.

Laki-laki itu hanya mengangguk-angguk dan sesekali menimpali ucapan si wanita di depannya, tapi naya tidak bisa melihat seutuhnya. Dia akhirnya berinisiatif untuk memotret satu gambar, memandangi gambar itu hingga ia teringat dengan satu nama yang familiar.

Beberapa saat berlalu, akhirnya balasan diterima olehnya.

[1 chat dan 6 pesan belum dibaca]

Silvia: Bales, Nay!
Silvia: Itu Valka bukan sih?
Silvia: Lo sengaja edit? Ambil di google ya?
✓✓Read

Naya: Enak aja!
Naya: Gue lagi di grand opening Acia Kafe.
Naya: Gue lupa wajah suami lo.
Naya: Tapi kayaknya sih bener.
Naya: Lo mau nyusul? Mumpung masi ada.
Naya: Et dah ini bocah satu, udah offline aja.
Naya: Sil! Bales kek,
Naya: Gue butuh keaslian gambar.
Naya: Kalo gue salah jangan menuntut kebenaran ya?
✓Sent

Naya pun mulai frustasi dengan kotak pesan yang kosong belum ada balasan lebih lanjut, ia akhirnya memilih untuk tetap tenang dan  melanjutkan suasana nongkrong santainya.

***

Silvia bersama Kevin, setelah mendapat informasi keberadaan Naya mereka pun segera menyusulnya.

"Vin, tolong anter gue ke tempat ini, bisa?"

"Gue berasa jadi supir pribadi lo, Sil," celetuk Kevin.

"Bukan gue yang nyuruh, tapi ini kebetulan," kata Silvia. Tak mendapat jawaban lebih dari Kevin.

Mereka pun bergegas menuju ke alamat yang tela dikirimkan oleh Naya, yaitu ke Acia Kafe. Silvia turun dari mobil, dan baru juga sampai tapi ekor matanya sudah mendapati motor Valka terparkir di ujung sana. Deretan motor tampak terjajar rapi, memang betul adanya kafe tersebut sedang grand opening atau masa pembukaan. Karena bisa Silvia lihat di depan gedung ada beberapa rangkaian papan bunga bertuliskan selamat dan sukses untuk Acia Kafe.

Silvia melangkah gusar. "Vin, lo ikut gue deh," titahnya lantas mempercepat langkah.

"Eh, tungguin lah!'

Begitu sampai ke dalam, ada pegawai yang menyapanya di pintu masuk. "Selamat datang di Acia kafe ...."

Silvia langsung masuk, bersamaan dengan Kevin. Mencari keberadaan Valka, dan tepat di belokan pertama menuju halaman samping. Benar saja Valka berada di sana bersama sosok wanita berambut panjang dengan pakaian waiters masih melekat.

"Sil, sabar kenapa... perasaan kakinya ga sepanjang itu--langkahnya cepet banget dari gue," gerutu Kevin mencoba menyeimbangi langkahnya dengan gadis tersebut.

"... Kalau kamu mau, kamu bisa pakai apartemen saya mulai besok." Kalimat yang baru saja Valka lontarkan buat Elma langsung sampai juga ke telinga Silvia, dengan mengeraskan rahang cewek itu menatap tajam ke arah si cowok bernama Valka.

"Apartemen? Jadi kalian selama ini punya hubungan spesial ya, oh bagus deh," cetus Silvia membuat Valka sedikit tersentak dan segera beranjak.

"Silvi," lirih Valka.

Silvia beralih pandang pada Elma. "Lo masih belum kapok ya, El. Setelah lo renggut semua milik gue? Mau lo apa sih?!" cecarnya.

"Gue gak ada rebut satu pun dari lo, Sil, maksud lo apa? Siapa dan apa yang gue rebut--jangan nuduh sembarangan deh," elak Elma.

"Ck, banyak cingcong banget. Jelas lo rebut sahabat gue, kehidupan sekolah gue, dan sekarang lo mau ambil suami gue juga?" Silvia mengatakannya dengan tegas dan penuh penekanan. Valka yang menyaksikan momen itu sedikit tertegun, ia berpikir bahwa selama ini Silvia sudah menganggapnya sebagai laki-laki. Tapi entah sejak kapan.

"Gue ketemu Pak Valka juga kebetulan, dan gue lagi kerja di sini. Ga ada yang bikin gue banyak cingcong--yang ada tuh lo ngapain dateng ke sini cari ribut?" tanya Elma kasar.

"Gue dateng ke sini buat jemput suami gue, dan gue udah ketemu sama orangnya--sekarang gue mau pulang dan peringatan buat lo jangan pernah temui gue dan Valka lagi." Silvia pergi setelah mengatakan hal itu pada Elma, dia lega dengan apa yang dia katakan. Namun, di sudut yang tak jauh dan masih on view sosok Naya sedang memperhatikan setiap detik percakapan mereka. Dan betapa bangganya ia punya sahabat semacam Silvia.

"Dasar belagu," desis Elma menatap kesal ke arah Silvia, dia langsung mencari sesuatu dan mendapati segelas kopi yang belum tersentuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dasar belagu," desis Elma menatap kesal ke arah Silvia, dia langsung mencari sesuatu dan mendapati segelas kopi yang belum tersentuh. Permukaannya masih mengepul, dan dapat dipastikan jika itu bisa membuat lidah melepuh seketika saat meminumnya tanpa jeda.

'Crat!'

Cipratan secangkir kopi panas berhasil mengenai punggung berkaos putih milik Silvia, alhasil dia terjengat merasakan panasnya air dan kini bajunya menampakkan sisi transparan punggung polosnya itu. Orang di sekelilingnya memusatkan perhatian pada sekelompok orang-orang ini.

Valka yang berada di sebelah Silvia reflek berbalik, begitu menyadari hal apa yang telah terjadi.

"Elma!" sentak Valka.

"Kurang ajar si kampret," umpat Kevin.

"Shit, dramatis banget sih!" Naya langsung beranjak dari tempatnya dan segera datang menghampiri mereka.

To be continued 🖤

Aftertheless | JAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang