C.20

44 6 3
                                    

2 tahun berlalu....

Hidup Silvia tak sama seperti dulu, dia telah menjadi seorang wanita karir yang berada di samping Valka.

Dia cukup terpukul dengan kepergian ayahnya beberapa tahun silam, dan kini Silvia merasa ikhlas dengan apa yang ia terima sekarang.

"Nanti siang bunda mau ke sini," kata Valka pada Silvia yang sedang duduk santai di sofa.

Begitu dengar ucapan itu dari Valka, gadis itu menolehkan kepalanya. "Serius?" tanyanya.

Valka mengangguk. "Buat apa gue bohong," ujarnya.

Pernikahan Valka dan Silvia telah berjalan 2 tahun dengan lancar, kalau balik lagi ke pernjanjian nikah mereka harusnya sudah selesai sekitar 1 tahun yang lalu.

Tapi kondisi tidak memungkinkan mereka berpisah, Silvia masih membutuhkan keberadaan Valka demi bundanya yang sedang sakit.

"Tapi gue ingat-ingat lagi kalau di kulkas cuma ada roti sama mentega," cetus Silvia beranjak dari sofa dan menghampiri Valka yang sedang bersiap untuk berangkat kerja.

"Tinggal beli ke supermarket, 'kan?" timpal Valka tanpa menoleh, dia masih merapikan bagian kerah kemejanya.

"Ck, ya gue tahu. Masalahnya gue gak pegang duit, ga ada yang nganter juga," celetuk Silvia.

"Nih," ujar Valka sembari menyodorkan lembaran uang berwarna merah.

"Ck, ga ada niat buat nemenin?"

"Lihat gue lagi apa?" ketus Valka masih belum selesai dengan aktivitasnya.

"Ya tau, lagi mau berangkat kerja. Tapi masa gue sendiri yang harus belanja," bujuk Silvia ingin ditemani.

Entah ada ngin apa yang masuk ke Silvia, seakan dia hanya mau pergi bareng Valka. Padahal biasanya dia tak ingin bersama pria tersebut.

Valka menghela napas kasar. "Ya udah nanti gue  pulang jam 12," katanya.

"Nah gitu dong!"

"Tapi inget, belanja jangan lama-lama," tukas Valka kemudian berlalu setelah menyambar kunci mobilnya di atas meja.

Silvia pun hanya melipat tangan di depan dada sembari menatap uang yang diberi oleh suaminya itu. "Itu sih tujuan gue, biar lo ga deket-deket sama Elma," gumamnya sambil memandang punggung bersetelan jas itu pergi menjauh.

Memang, dia dan Elma tidak memiliki hubungan apik di satu tahun terakhir ini. Karena wanita beranak satu itu terus saja menunjukkan eksistensinya pada Valka, secara tidak langsung bukannya Silvia cemburu. Tapi dia merasa gak menyukai hal itu. Menurutnya, kedekatan Valka dan Elma harus diberantas.

***

Di sebuah gedung pencakar langit berlogo VG, sosok Valka sedang serius memandangi monitornya.

'Tok.Tok.'

Tiba-tiba saja pintu diketuk, kemudian Valka menjawabnya untuk masuk ke ruangan. Setelahnya, sang sekretaris masuk ke dalam dengan penampilan feminimnya yang agak berbeda.

Valka menelan salivanya. "Apa yang kamu lakukan sekarang, Elma!" sentaknya.

"Saya? Memangnya apalagi selain bekerja untuk Anda, Pak Valka," jawab Elma.

Dean yang baru saja masuk ke ruangan melihat kedua lawan jenis di depan sana sedang bersitegang jadi ragu untuk mengungkapkan niatnya, Dean melangkah mundur mau tak mau dia ikut mendengarkan percakapan antara bos dan sekretaris itu.

"Berani kamu menjawab saya?"

"Pak Valka, saya ini tulus bekerja untuk Anda. Apalagi yang kurang dari saya? Tubuh oke, wajah cantik, perasaan saya juga tertuju cuma ke bapak," ujar Elma menatap nanar pada Valka.

Aftertheless | JAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang