C.19

91 15 5
                                    

✨Cukup satu yang harus pergi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Cukup satu yang harus pergi.

Malam harinya, suasana kembali hening. Silvia lapar dia kemudian berjalan menuju dapur.

Berkat bahan yang dia beli tadi pagi, maka kulkas yang tadinya kosong telah terisi penuh.

'Jegrek.'

Silvia menutup pintu kulkas perlahan, takut membangunkan seseorang.

Sebenarnya dia ingin kembali ke rumah, tapi beberapa jam lalu seakan Bunda Ayahnya saja menolak Silvia pulang. Apa-apaan ini?

"Duh, lupa. Gue kan ga punya baju ganti?" gumam Silvia sembari megunyah rotinya.

"Ngapain lo di situ?"

"ASTAGA KUNTI!"

"Belum juga sehari di sini, bikin rusuh aja," sarkas Valka.

"Ya lo ngapain tiba-tiba nongol, bikin kaget aja." Silvia mulai sewot.

"Terus kenapa? Ini kan rumah gue," timpal Valka seraya menuang air ke gelasnya.

"Eh, iya juga ya? Tapi by the way... Lo punya setelan cewek gak?"

Valka tidak menyahut, dia sibuk meneguk gelas sampai habis. "Buat apa?" sahutnya setelah selesai.

"Ya buat ganti baju lah, gue ga punya baju." Silvia pun mendengus kesal.

"Ga ada," jawab Valka pada pertanyaan yang sebelumnya.

Mata Silvia terbelalak. "Huh, percuma ya nanya sama cowo kayak lo," semburnya.

"Emang gue banci lo tanyain 'punya setelan cewek gak' ya jelas ga punya lah," cerocos Valka sambil menirukan suara Silvia yang sebelumnya.

"Ck, terus gue pake apa nanti," geram Silvia.

"Tuh ada handuk," tunjuk Valka.

"GILA LO? Otak lo dosa banget tau!"

"Ya gimana lagi?" Valka mengedikkan bahu lalu hendak pergi dari ruang itu.

"Eh, tunggu dong!"

"Apa?" sahut Valka.

"Temenin gue beli baju, ya?" pinta Silvia.

"Pake uang siapa?" cetus Valka.

"Ya... Pake punya lo dulu lah. Nanti gue ganti kok!" seru Silvia dengan rautnya yang semakin memelas.

Aftertheless | JAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang