C. 26

72 10 3
                                    

"Sil, kalo lo mau  di rumah gue ada kamar kosong--"

"Enak aja Silvi lo suruh tidur di kamar lo, gue tau ya kamar lo tuh cuma satu." Naya menyahut.

"Satu apaan, ada tiga kali yang satu kamar gue terus sisa dua buat kamar tamu," kata Kevin.

"Kamar tamu beralih fungsi jadi gudang, katanya lo mau renovasi ulang terus kamar samping mau lo jadiin ruang billiar," sahut Naya.

"Kalian kenapa ribut sih, gue yang pindah malah kalian yang ribet. Kalo gitu gue ke hotel aja, gue ga mau bikin kalian repot," kata Silvia.

"Eh jangan dong, udah kalo gitu lo nginep di tempat gue aja. Papa pulang bulan depan, dan gue sendirian di rumah." Naya menarik lengan Silvia pelan.

"Please deh, kalian kalo ribut terus kayak gini gimana gue bisa tenang—berasa jadi bola basket oper sana-sini," celetuk Silvia.

Kevin mendengus pelan. "Pilih gue atau Naya? Gue punya kulkas gede, Naya gapunya," katanya.

Naya melempar tatapan sinis. "Dih, apa maksud lo? Gue punya kulkas dua kali ukuran lo ya!" elaknya tak mau kalah.

Lagi-lagi Silvia menghela napas berat, ia menoleh ke sahabatnya bergantian. "Udah, gue tidur di hotel terdekat aja," cetusnya.

"Eh, jangan lah. Kalo lo di apa-apain sama om-om gimana? Lo bawa koper segede gini ntar dikira lagi proses perceraian," kata Naya.

"Lah emang," kata Silvia.

"Aduh, Naya—lo bener- bener kalo ngomong suka bener," timpal Kevin.

"Eh kampret, jangan nambah emosi deh," sahut Naya pada Kevin.

"Dah, gue jalan ke depan dulu mau pesen taxi." Silvia menarik kopernya buru-buru menuju ke luar kafe.

"Ah, gara-gara lo sih." Naya langsung ngejar Silvia ke depan.

Kevin mengedikkan bahunya yang lebar. "Gue melulu yang disalahin," gerutunya.

"Laki-laki emang selalu salah," kata Naya.

"Sil, nih sahabat lo. Ngatain gue," adu Kevin padanya.

"UDAH! KALIAN BERDUA RIBUT MELULU KERJAANNYA." Silvia tidak habis pikir berulang kali dilerai, sama hitungannya pula mereka tetap berlanjut untuk berdebat.

Dua manusia itu selalu saja ribut untuk hal kecil, kalau diibaratkan Naya dan Kevin seperti Tom and Jerry. Tidak segan juga membuat Silvia pusing karena kelakuan mereka.

"Sil, jangan dengerin si Kevin. Bohong banget ngajak lo ke rumah dia dengan alasan kasih tumpangan, dia cuma punya 1 kamar. Sisanya lagi direnovasi," jelas Naya.

Silvia memicingkan matanya. "Tau dari mana kalo kamar Kevin lagi direnovasi, Nay?" tanyanya dengan tatapan penuh selidik.

Kalau dipikir lagi, gak mungkin Naya dan Kevin punya hubungan spesial karena melihat mereka saat bertemu saja tidak pernah Silvia temukan tanda-tanda akur.

"Di-dia sendiri kok yang cerita, lo pernah cerita soal itu ke gue kan, Vin?" Naya memastikan.

Kevin menghela napas. "Udahlah, gue nurut aja keputusan ada di tangan Silvia. Mau di rumah gue atau dia, gapapa kok, Sil, asalkan lo gak balik ke si Valka lagi," ujarnya terus terang.

Naya merasakan atmosfer yang tidak baik saat ini, dia sudah mengetahui kalau Kevin menyimpan rasa pada Silvia. Melihat dari cara Kevin menatap gadis itu saja Naya sudah paham, Naya hanya tersenyum singkat dan menepuk pundak Silvia.

"Nginep tempat gue aja, Sil, gue janji keselamatan lo lebih terjamin dan gue akan urus soal izin papa gue." Naya membujuknya sekali lagi dan mengacungkan dua jarinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aftertheless | JAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang