C.25

37 7 1
                                    

Naya menepis uluran tangan Elma yang memegang cangkir itu. Elma tanpa gemetaran.

"Udah gila ya? Keterlaluan banget guyur temen gue pake kopi panas--"

"Lo mau mati, hah!" sahut Kevin memajukan langkahnya mengancam Elma membuat wanita itu mundur telak.

Naya kicep setelah mendengar combo ancaman dari Kevin buat Elma, wanita itu segera melihat ke arah Silvia yang tengah menahan perih.

Valka bukannya ngebantu malah bengong di tempat dengan waktu yang cukup lama, hal itu membuat Naya langsung menghampiri Silvia dan menegur pria tersebut.

"Heh, ini bini lo lagi kesakitan kenapa gak di tolongin! Ambil apa kek baju lain. Kasian kepanasan!" tegur Naya langsung melepas kardigannya untuk menutup punggung Silvia yang basah hingga timbul flek cokelat dari kopi itu.

***

Sampai di rumah, Valka sedang berkutat di dapur untuk menyiapkan sesuatu yang bisa mengobati luka Silvia itu.

"Lo gak apa-apa, 'kan? Luka lo parah gak?" tanya Kevin berturut-turut.

Naya kini sedang mengoleskan salep untuk kulit Silvia, tepatdi bagian punggung atas. Dan kegiatan itu mengharuskan Silvia untuk membuka bajunya hingga memperlihatkan leher jenjangnya yang polos nan bersih.

Untung saja bagian bawahnya tertutup oleh kain tebal, dan bagian yang terluka hanya di punggung bagian pojok  atas aja.

"Huhsss," tiup Naya pada obat yang ia poleskan ke permukaan kulit Silvia.

"Sakit sih pasti," tebak Kevin.

Valka yang sedang mengaduk-aduk masakan masih memasang telinga mendengarkannya dari kejauhan.

"Lagian, kenapa lo nekad ngelabrak selingkuhannya suami lo itu," ujar Naya tak habis pikir.

"Elma maksudnya?" sahut Kevin lalu mengangguk pada Naya.

"Gue khilaf aja," cetus Silvia.

Valka tiba-tiba datang dengan membawa nampan berisi sup dan teh hangat. "Nih, makan dulu. Lo belum sarapan," ujarnya dingin.

Naya dan Kevin yang menyaksikan momen itu pun merasa aneh. Naya angkat suara. "Lo suami Silvia apa bukan sih? Kelakuan lo udah kayak ***," semburnya.

Kevin menyikut pelan lengan Naya. "Sorry if ini cewek nyakitin perasaan lo, Naya sukanya omong ceplas-ceplos," cetusnya tak mau mengundang amarah Valka.

"Hm," ketus Valka.

"Heh, nama lo Valka? Gak bisa ya curahkan perhatian lo ke temen gue yang satu ini. Gue tau hubungan kalian itu cuma perjodohan belaka--tapi masa sih di kehidupan 2 tahun pernikahan kalian ga ada secuil cinta yang tumbuh?" tanya Naya.

"Nay," tegur Kevin tak ssrtuju dengannya. Tumben, biasanya ia paling suka untuk memanaskan situasi. Apalagi dia memiliki dendam dengan Valka karena telah merebut gebetannya.

"Kalo gue bilang ga ada?"

"Ah, sialan ini orang," geram Naya sembari menaikkan lengannya.

"Udah, Nay... Jangan ribut di sini. Kalian mending pulang aja deh, gue udah baikan kok. Lukanya juga bakal cepet kering." Silvia pun segera menutup tubuhnya dengan mengenakan kaos yang baru saja disiapkan.

Akhirnya Kevin dan Naya menurut pada permintaan Silvia, lebih ke ngusir mereka sih tapi ya udah lah namanya juga temen. Sehari ngambek, besoknya balikan. Asal bukan mantan yang minta balikan aja sih Silvia mau.

Kini tinggal berdua Silvia dan Valka di satu ruangan yang sama, keduanya bungkam sesaat lalu seketika keduanya ingin berbicara saat membuka mulut.

"Ha--"

Aftertheless | JAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang