Mille membawa Vian masuk ke dalam rumahnya.
"Wah.. " Vian cukup kagum, rumah Mille tertata dengan baik berbeda dengan rumah Vian yang sangat lah berantakan.Vian yang sibuk mengagumi rumah Mille, dia tidak sadar Mille membawa Vian ke dalam kamar mandi lalu melempar Vian ke dalam bathtub.
"Blup! Blupp! Fuahh!!" Vian keluar dari air dengan nafas beratnya.
"Kenapa kamu semudah itu melempar manusia ke dalam bathtub?! Kenapa juga kamu mengisi full airnya kalau kamu belum mau mandi ?!" Ujar Vian.
"Aku selalu mandi selepas bekerja, jadi supaya tidak repot.. aku mengisinya terlebih dahulu"
"Benar-benar aneh" Vian menatap Mille kesal.
"Bersihkan tubuh mu terlebih dahulu, pakaiannya ku taruh di atas mesin cuci" setelah berkata seperti itu, Mille menutup pintu kamar mandi kemudian berjalan pergi meninggalkan Vian.
Selama membersihkan tubuhnya, Vian terus mengomel tanda dia kesal pada Mille.
Selesai membersihkan tubuhnya, Vian keluar dari kamar mandi tanpa sehelai benang pun di tubuhnya.
"Di atas mesin cuci kan ?" Tanya Vian pada dirinya sendiri.Dia berjalan keluar dari kamar mandi sembari menopang tubuhnya di dinding karena kakinya cukup sakit apabila di paksakan berjalan.
"Oh, itu dia" Vian akhirnya menemukan apa yang dia cari, pakaian Mille.
Vian mengambil baju Mille, Vian melihat ukuran baju Mille yang berukuran 2x tubuh Vian.
Vian memakai baju Mille dan benar saja, dia seperti memakai terusan di atas lutut.
"Aku tidak akan melihat celananya, aku yakin kaki ku bisa masuk dua di satu sisi saja"Saat Vian tengah sibuk dengan dirinya, Mille datang melihat keadaan Vian.
"Kenapa kamu tidak memakai celana ?" Tanya Mille."Celana mu terlalu besar, kaki ku muat dua di dalamnya"
"Oh, ikut aku"
"Huh ? Hanya itu.. kamu tidak mau mencari celana lain ?! Hei.. Mille ! Aku tidak memakai celana dalam juga !!" Tapi kata-kata Vian di abaikan oleh Mille.
"Ck, benar-benar menyebalkan !" Vian akhirnya menyusul Mille dengan langkah kaki tertatih.
Vian bisa melihat Mille berdiri di ruang tamu.
"Duduk lah, biar ku lihat kaki mu"Vian mendekat lalu duduk di sofa ruang tamu sesuai yang Mille katakan.
Mille berjongkok di hadapan Vian, dia terlihat serius melihat kaki Vian.
"Apa kaki ku patah ?" Tanya Vian."Sendinya sedikit bergeser, akan ku kembalikan ke posisi awal...jadi tahan sebentar"
"Huh...apa ?! Apa yang kamu geser?!"
"Aku mulai"
"Hah.. Ehh!!" Vian langsung meremas baju di bagian pundak Mille saat bodyguard kakek Ari ini menyentuh pergelangan kaki Vian.
Krek!
"Aakkhhh!!" Jerit Vian, dia sangat terkejut saat mendengar bunyi tersebut.
"Masih sakit ?" Tanya Mille.
"Ah.., sudah selesai ?"
"Sudah" jawab Mille.
"Hah.. benar, kaki ku tidak sesakit tadi...sekarang bisa di gerakkan!" Vian mengangkat satu kakinya ke atas sofa, dia tidak sadar sudah memperlihatkan sesuatu tepat di depan mata Mille.
"Terima kasih ba-"
Deg.
Vian bisa melihat Mille menatap lurus ke tempat itu.Seringai terlihat jelas di bibir Vian.
"Kenapa ? Apa kamu baru pernah melihat tempat sensitif seorang pria tanpa bulu dan berwarna cerah ?" Vian dengan sengaja mengangkat kedua kakinya keatas sofa."Disini juga.. warnanya bagus kan ?" Vian menyentuh bibir holenya.
Mille menatap Vian yang terus tersenyum padanya.
"Apa kamu sengaja mengundang ku ?"Vian terkekeh pelan, dia menurunkan kedua kakinya lalu menyentuh dagu Mille.
"Apa kamu merasa di undang ? Kalau iya, silahkan masuk ke dalam pestanya".
.Bersambung ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Secretary Jo (Tamat Mpreg18+)
RandomMenghadapi bos yang super perfeksionis membuat tenaga Jo terkuras habis hanya untuk pura-pura bersikap baik dan patuh pada perintah atasannya ini tapi hal mengejutkan membuat kehidupan Jo berubah drastis.