Side Story'06

12.6K 1.4K 67
                                    

Sejak hari itu, Vian selalu menghindar saat tidak sengaja bertemu dengan Mille. Mille terus mencari Vian, dia terus mencari kemana pria ini pergi tapi selalu tidak berhasil bertemu.

Mille juga menunggu Vian di cafe tapi sejak beberapa hari lalu cafe tersebut sudah berganti orang, dia ternyata pegawai baru yang sengaja Vian pekerjakan.

Mille mencoba bertanya dimana rumah Vian tapi pegawai cafe bahkan Jo tidak mau memberitahu Mille.

Beberapa kali mereka tidak sengaja bertemu di beberapa tempat umum tapi Vian segera berlari menjauh.

Setahun berlalu, Mille akhirnya mendapat informasi kalau Vian akan berkunjung ke apartemen Jo dan Ari.

Dia sengaja mengikuti Vian dan akhirnya mereka bertemu di lift saat Vian berniat pulang.

Mille merasa sangat kesal seolah dia dicampakan begitu saja setelah mereka selesai berhubungan intim hari itu padahal Vian lah yang lebih dulu menggodanya.

Tanpa bicara atau pun mengucapkan selamat tinggal secara langsung, Vian langsung kabur dari rumah Mille bahkan diam-diam mengambil pakaiannya dari jemuran Mille.

Akibat rasa kesal yang sudah dia tahan selama setahun, Mille memaksa Vian ikut dengannya.

"Akh!" Mille mendorong Vian keatas kasur hotel yang kebetulan berdekatan dengan apartemen Ari.

Mille melepas jasnya dengan tatapan tajam kearah Vian.
"Sudah cukup satu tahun untuk mu bersembunyi dari singa tapi sekarang.. kamu tidak akan ku biarkan lari lagi, aku sudah menangkap buruan ku" ujar Mille yang berhasil membuat Vian bergidik takut.

"He-hei.. tenangkan diri mu dulu" Vian menahan dada Mille yang perlahan naik ke atas kasur lalu mengurung Vian di antara sandaran kasur hotel.

Bam !

Deg!
Vian langsung diam saat Mille meninju sandaran kasur.

"Setelah apa yang kamu perbuat satu tahun lalu, kamu masih bisa menyuruh ku tenang ?" Mille menatap Vian tajam.

"A-aku tau... Aku salah, tapi jujur saja milik mu terlalu besar untuk ukuran tubuh ku"

"Sejak awal aku sudah memberitahu mu hal itu, kamu bilang...kamu menyukai yang besar tapi sekarang kamu menjadi salah satu dari orang-orang itu ! Kamu membuat aku kesal Vian, kamu sudah memberi harapan palsu pada ku !" Mille meremas sandaran kasur yang semakin membuat nyari Vian ciut.

"Mille.. aku-"

Deg!
Vian terkejut saat melihat pria besar ini memperlihatkan raut wajah sedih.

"Apa yang harus ku lakukan ? Aku tidak bisa membuatnya kecil, saat kamu mengatakan besar lebih baik, kamu tidak tau betapa senangnya aku.. tapi ternyata kamu sama saja seperti orang-orang itu"

Vian tidak menduga pria dingin seperti Mille ternyata bisa membuat wajah sesedih itu.
"Mille.. aku minta maaf kalau aku menjadi salah satu dari mereka"

"Hah .. " Mille menghela nafasnya berat.
" ..bodohnya aku, aku mengejar mu selama setahun hanya untuk mendengar hal ini" Mille menjauh dari Vian, dia duduk di ujung kasur.

"Maaf" Vian menundukkan kepalanya.

"Tidak perlu meminta maaf, aku yang bodoh mau percaya pada mu.. " Mille merogoh kantong celananya lalu melempar kotak kecil itu di dekat kaki Vian.

"Apa ini ?" Vian mengambil kotak itu lalu membukanya, dia bisa melihat cincin emas disana.

" ..selamat ulang tahun, itu hadiah pertama dan terakhir dari ku" Saat Mille berniat pergi, Vian menahan lengan Mille.

"Aku tidak bisa menerima ini !"

"Kenapa tidak ?! Itu hadiah untuk mu!"

"Bawa ini ! Aku tidak mau menerimanya!!" Vian menaruh kotak tadi di tangan Mille tapi Mille kembali menaruh kotak tadi di tangan Vian, berulang beberapa kali seperti itu hingga akhirnya Mille mengurung Vian di atas kasur dengan nafas berat.

"Hah.. hah.. hah.. kenapa kamu memberi ku cincin, kita baru dua kali bicara panjang lebar ?" Tanya Vian.

Mille menyentuh pucuk kepala Vian.
"Aku ingin bicara panjang lebar setiap hari bersama mu, saling mengenal satu sama lain.. aku ingin membicarakan masa depan juga"

Vian meremas seprei kasur.
"Ini sangat lah tabu...kamu tau pasangan gay tidak bisa menikah di negeri ini !"

"Apa kamu mau menikah ?" Tanya Mille.

"Huh, kamu bicara apa ?"

"Mari menikah di luar negeri"

Blush!
Wajah Vian memerah, dia tidak menduga mendadak di lamar akan membuatnya jadi semalu ini.

"He-hei.. jangan bicara sembarangan !" Vian mendorong dada Mille tapi pria ini tidak bergerak dari posisinya.

"Aku selalu serius akan kata-kata ku, tergantung pada mu.. ini lah diri ku, kamu mau menerimanya atau tidak ?"

Vian melirik milik Mille yang masih tertutup celana.
"Kamu sangat besar, aku takut tidak bisa berjalan kalau melakukannya dengan mu"

"Tapi kamu masih bisa kabur waktu itu"

"I-itu efek panik!"

Mille mengecup singkat dahi Vian lalu menatap mata Vian.
"Mau mencobanya sekali lagi ? Aku akan berusaha agar kamu tidak merasa kesakitan.. setelahnya, ku serahkan semua pilihan pada mu.. aku akan menerima semua keputusan mu nanti"

Vian melingkarkan kedua tangannya di leher Mille.
"Tidak ada paksaan ?"

"Hm, tidak ada.. aku janji" Mille mengecup pipi Vian lalu beralih ke lehernya.

"Hah...Mng.. " kecupan dan sentuhan tangan Mille terasa berbeda, rasanya sangat lembut dan penuh kehati-hatian seolah dia tidak ingin merusak suasana saat ini.

.
.

Bersambung ... 

Secretary Jo (Tamat Mpreg18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang