23

16K 1.9K 59
                                    

Setelah menerima pesanannya, pria tadi berjalan keluar dari cafe Vian.

"Hah, "Vian duduk di dekat Jo sembari menopang dagu dengan kedua tangannya.
" .. dia tipe ku" kata Vian yang membuat Jo tersedak.

"Heh ! Jangan bercanda !"

"Apa yang bercanda ? Dia memang tipe ku.. dia manis, badannya juga bagus"

"Kamu tidak tau orang tadi siapa ?!" Tanya Jo.

"Kamu kenal ?!" Vian langsung menggenggam kedua tangan Jo tapi di tepis oleh Jo.

"Orang itu datang bersama kakeknya pak Ari.. dia sama menyebalkannya dengan kakek tua itu! Dia bahkan menghina aku Hermafrodit !"

Vian mengerjapkan matanya beberapa kali.
"Jo, bukannya kamu itu memang Hermafrodit ?" Tanya Vian dengan tatapan polos.

"Bukan !!" Jo mencubit kesal lengan Vian.

"Akh.. iya, maaf.. ! Jangan marah begitu, kalau kamu bertemu dia lagi sampai kan salam ku padanya ya...hehe"

"His! Tidak akan!" Jo memalingkan wajahnya dari Vian.

"Yah.. jahat~"

Saat mereka berdua sibuk berbicara, pintu cafe terbuka.

"Selamat datang ~" sapa Vian, beberapa pengunjung cafe langsung menoleh saat orang tadi masuk ke dalam cafe begitu pula dengan Jo.

"Oh, pak Ari" Jo tersenyum manis.

"Aku datang menjemput mu, pergi sekarang ?" Tanya Ari.

"Hm.. " Jo mengangguk singkat.
".. aku pergi dulu" kata Jo pada Vian, Jo berjalan beriringan dengan Ari keluar dari cafe.

"Hah.." Vian menopang dagunya.
" ..indahnya kisah cinta, aku juga mau  punya pasangan" ujar Vian.

.
.

Ari berkeliling kota membawa Jo jalan-jalan, dia sengaja membawa Jo pergi agar pikirannya Jo tidak hanya tertuju pada syarat dari kakek Ari.

"Mau makan malam.. aku tau restoran-"

"Pak, mau makan di pinggir jalan ?"
Tanya Jo.

"Makan di pinggir jalan ? Ya sudah, kalau itu mau mu"

Jo tersenyum.
"Ke arah sana pak"

Ari mengikuti arahan tangan Jo sampai akhirnya pasangan ini berhenti di satu gerobak dagangan.

Ari bisa melihat asap mengepul juga ada bau wangi yang belum pernah dia cium sebelumnya.
"BBQ ?" Tanya Ari penasaran.

"Hehe, bukan" Jo melepas sabuk pengamannya.

"Ini tempat murah yang biasa ku datangi saat dulu tidak punya uang"

Ari langsung menahan tangan Jo saat dia berniat keluar dari mobil.
"Apa selama dua tahun kamu bekerja,  gaji yang ku berikan kurang sampai kamu harus makan di tempat ini ?" Tanya Ari.

Jo terkekeh pelan.
"Bukan pak, sebelum bekerja bersama anda .. aku bekerja seadanya jadi terkadang belum sepenuhnya mencukupi keperluan ku tapi selama bekeja bersama anda, aku berterima kasih kehidupan ku terpenuhi"

Senyum langsung terukir di bibir Ari.
"Aku senang mendengarnya"

Pasangan ini turun dari mobil, Jo memesan dua porsi sate juga dua gelas teh es.

Saat pesanan mereka datang, Ari terus menatap beberapa tusuk sate kecil di hadapannya.

"Kenapa pak ?" Tanya Jo.

Ari tersenyum kaku lalu mendekat seolah ingin membicarakan sesuatu, Jo dengan polosnya mendekatkan telinganya pada Ari.

"Kenapa mereka menusuk daging ayam sekecil ini ? Mau ku belikan seekor utuh untuk kamu bakar disini ?"

Jo diam beberapa detik lalu langsung tertawa mendengar apa yang Ari katakan.

"Ke-kenapa ? Apa kata-kata ku salah ?" Tanya Ari sedikit bingung.

Jo langsung menyodorkan satu tusuk sate di dekat bibir Ari.
"Ini memang kecil, tapi murah dan enak... Coba lah"

Ari menuruti dengan merasakan satu tusuk sate, saat dia mengunyah Ari mengerti kenapa tempat ini di sukai oleh Jo.
"Bapak !" Ari memanggil paman satenya.

"Iya ?" Jawab paman Sate.

"Aku membeli semua yang tersisa di gerobak mu"

"Huh ? Eh.. semua ?! Pak, itu terlalu banyak !!" Jo terkejut mendengar apa yang Ari katakan.

.
.

Bersambung ...

Secretary Jo (Tamat Mpreg18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang