30 End

20.8K 1.7K 44
                                    

Mereka pergi menemui kakek dan ayah Ari yang saat ini tengah bermain catur.

"Ari, tumben sekali kamu datang siang hari ?" Tanya ayahnya.

Ari menggenggam erat tangan Jo.
"Ayah, ibu dan kakek.. aku membawa berita bahagia" ujar Ari.

"Benarkah ?" Tanya ayahnya.

"Iya,. " Ari meminta gambar hasil USG  Jo, dia menaruh gambar tadi di atas meja.

Ayah, ibu dan kakek Ari melihat gambar tersebut.

"Oh, ya ampun !" Ibu Ari menutup mulutnya tidak percaya.
"Nak Jo benar-benar hamil ? Ini nyata ?" Ibu Ari masih tidak mempercayai semua ini.

Kakek Ari mengambil gambar tadi lalu melihatnya serius.
"Ini editan, aku tau itu" kata kakek Ari.

"Itu asli.. Bagaimana bisa aku membuat editan untuk hal sepenting ini ?"

"Aku tidak melihatnya secara langsung, mari lihat lagi"

"Apa ?"

"Mari USG ulang, apa kalian takut ?" Tanya Kakek Ari dengan tatapan tajam.

"Kakek ! Aku tidak takut hanya saja-"

Grep.
Jo menahan tangan Ari.

"Pak, mari lakukan .. aku tidak keberatan di lihat banyak orang" kata Jo.

Ari mengangguk pelan.
"Baik, mari lakukan"

Kakek Ari memanggil dokter untuk datang ke rumah mereka dengan bayaran yang cukup mahal karena harus membawa peralatan.

Satu dokter mengatakan kalau Jo benar hamil, bahkan kakek Ari sudah mendatangkan 4 dokter untuk memastikan kehamilan Jo.

Saat dokter ke lima datang dan hendak melakukan USG, dia melihat ruam merah di perut Jo. Dokter menjelaskan kalau USG tidak perlu sebanyak ini karena efek sampingnya Jo bisa merasakan panas dan sakit di tulangnya, janin pun bisa saja mengalami stress akibat terlalu sering terkena gelombang suara berfrekuensi tinggi tapi kakek Ari tetap menyuruh dokter melanjutkan tugasnya.

Saat dokter menempelkan alat tersebut ke perut Jo, Jo meremas seprei kasur dengan alis mengerut. Melihat wajah Jo, Ari langsung menahan tangan dokter.

"Sudah cukup, dia sudah melakukan 6x USG hari ini.. semuanya positif ada dua janin di dalam perutnya, jadi hentikan semua ini"

"Lanjutkan dokter, aku ingin melihat hasilnya" ujar kakek Ari tanpa perduli protes dari cucunya.

Ari yang sudah terlanjur kesal langsung mengambil gambar hasil USG lalu menghempas kasar di dekat kaki kakeknya.

"Apa semua itu belum cukup ?! Aku tidak tau efek apa yang akan terjadi pada calon bayi ku atau kakek sengaja melakukan semua ini ?! Aku sudah memenuhi apa yang kakek mau.. kalau pun kakek tidak merestui kami, aku akan tetap menikah dengan sekretaris Jo karena kedua janin itu tanggungjawab ku !" Ari terlihat sangat marah, dia membawa Jo keluar dari kamar tamu.

Ayah Ari duduk di atas kasur menatap kakek Ari.
"Dia benar-benar hamil, ayah tidak bisa menentang hubungan Ari dan Jo seperti ini.. restui saja mereka"

"Apa kamu tidak keberatan membantu mu seorang pria ?" Tanya Kakek Ari.

Ayah Ari tersenyum simpul.
"Selama dia bisa memberi keturunan kenapa tidak.. ? Ari sudah dewasa, dia mengerti apa yang dia perbuat"

Kakek Ari menghela nafasnya berat lalu dia menatap ibu Ari.
"Sampaikan pada mereka berdua, aku mau pernikahannya di rumah tanpa mengundang banyak tamu"

"Ah, ba-baik...akan segera ku sampaikan ayah" ibu Ari keluar dari kamar lalu menelpon Ari memakai telpon rumah.

Beberapa kali ibunya menelpon, tapi tidak di jawab oleh Ari sampai akhirnya saat panggilan ke 6, Ari mengangkat telpon dengan nada suara malas.

Ibu Ari langsung pada inti, dia memberitahu Ari kalau kakeknya setuju dan ingin pernikahan mereka di lakukan di rumah saja, mendengar hal itu tentu Ari sangat senang.

Dua hari kemudian,
Ari mempersiapkan semuanya mulai dari dekor, makanan bahkan pakaiannya dan Jo.

Pernikahan mereka berlangsung tertutup, hanya keluarga Ari,para pekerja di rumah kelurga Oba dan Vian teman Jo yang datang.

Janji pernikahan terucap dari bibir mereka berdua, saat sungkeman Jo meminta maaf atas kejadian ini tapi dia benar-benar akan menjaga nama baik Ari begitu pula Ari padanya.

"Aku tidak meminta kamu menjaga Ari karena kamu tidak lah mampu, tapi sebagai seorang pria yang sekarang berperan sebagai suami mu.. Ari lah yang akan bertanggungjawab untuk keluarga kalian"

Jo yang awalnya mengira semua kata-kata kakek Ari kejam perlahan mulai memahami kalau si kakek sangat lah menyayangi cucunya dan ingin yang terbaik, jadi wajar saja kalau dia sangat keras dalam menyeleksi pasangan untuk cucu satu-satunya.

Jo tersenyum kecil.
"Ya, terima kasih banyak pak" Jo menunduk singkat.

"Kakek.. "

"Ah, iya ?" Jo menatap kakek Ari.

".. mulai hari ini kamu bisa memanggil ku kakek"

Mata Jo langsung berkaca-kaca.
"Iya kek, terima kasih banyak !"

Dari kejauhan Vian tersenyum melihat sahabatnya ini sudah menemukan cinta dan keluarganya.

"Senangnya punya pasangan" gumam Vian sembari mengunyah hidangan yang tersaji di pesta pernikahan Jo dan Ari.

Saat dia tengah sibuk memandangi pasangan baru, seseorang berdiri di dekat Vian.

"Hm ?" Vian bisa melihat bodyguard kakek Ari mengambil piring lalu memilih hidangan yang tersedia di atas meja.

Vian tersenyum penuh arti, dia mendekati bodyguard kakek Ari.
"Aku Vian" dia mengulurkan tangannya.

"Mille" jawab bodyguard kakek Ari tanpa menyambut uluran tangan dari Vian.

Mille kembali sibuk mengambil beberapa makanan yang dia suka, Vian menarik kembali tangannya dengan senyum paksa.
"Sudah berapa lama bekerja disini ?" Tanya Vian.

Mille diam, dia tidak menjawab pertanyaan Vian. Pria ini malah berjalan menjauh setelah selesai memilih makanannya.

"Hah.. apa-apaan dia, Ck.. dingin tapi menantang, jiwa ingin memiliki ku meronta-ronta.." Vian mengigit bibirnya.
".. aku suka, pria besar super dingin itu"

.
.

Tamat.

.
.

Side Story'.

"Jangan membangunkan singa yang tengah terlelap tidur, atau kamu tidak akan bisa keluar hidup-hidup"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jangan membangunkan singa yang tengah terlelap tidur, atau kamu tidak akan bisa keluar hidup-hidup"

Secretary Jo (Tamat Mpreg18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang