Bagian 12 - Sang buah hati

103 4 0
                                    

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ 
[Buang yang buruk dan ambil yang baik]

♡♡♡

Sudah berlalu 5 bulan kehamilan Ima kian membesar dan membuatnya sedikir kesulitan saat berada di kampus. Sedangkan Alan juga kian sibuk, namun ia juga berusaha meluangkan waktunya untuk istri yang sedang mengandung itu.

Saat sore hari di rumah, Ima kembali mengeluh karena sakit di perutnya.

“Awh, kok sakit banget yah.” batinnya dengan memegang perut yang mulai buncit itu.

Alan yang baru saja masuk kamar melihatnya, dan bertanya kepadanya.

“Ada apa sayang? Sakit lagi perutnya?” tanya Alan dibalas anggukan kepala dari Ima.

“Yaudah sini!” ajak Alan lansung tidur di samping Ima dan memeluknya.

Beberapa saat kemudian sakitnya lumayan berkurang, namun Ima merasa masih sakit saja. Sedangkan Alan kembali mengelus-ngelus perut istrinya seraya berceloteh kepada anaknya yang masih berada di dalam perut.

“Sayang, kamu jangan nakal-nakal di dalam perut bunda. Kasihan loh bundanya.” ucap Alan dan Ima hanya tersenyum melihatnya.

“Gimana kuliahnya mas? Dan katanya kamu sama Lita masih satu kelompok ya?” tanya Ima setelah lama berdiam entah memikirkan apa.

Alan menoleh dan mengecup kening istrinya.

“Baik kok, kamu jangan tanya-tanya Lita deh. Aku lagi nggak suka sama wanita lain selain kamu.” jawab Alan membuat Ima lagi-lagi tersenyum malu.

“Besok kamu free kan? Mau ke rumah umi yuk! Aku lagi kangen bang ibra.” usul Ima menatap suaminya masih dengan posisi saling memeluknya.

Alan berlagak menimbang ajakan istrinya, dia melirik wajahnya yang begitu gemas saat meminta sesuatu kepadanya.

“Iya, besok kita kesana. Bang Ibra bakal seneng tuh dapat calon ponakan yang ganteng kaya ayahnya.”

Ima memukul bidang suaminya karena ucapan ngasalnya.

“Ih belum lahir juga.” balas Ima mendapat tawaan dari suaminya karena menurutnya itu sangat lucu.

***

Esok paginya kedua pasutri itu sudah bangun setelah melaksanakan shalat subuh berjama'ah. Ima lansung pergi ke dapur untuk membuatkan sarapan, sedangkan Alan pergi ke garasi mobil untuk menghangatkannya.

Saat asyik memasak, tiba-tiba handpone milik Ima berdering. Lantas Ima lansung menjawabnya karena yang menelfonnya adalah sahabatnya sendiri.

“Assalamu'alaikum Ima, apa kabar?”

“Wa'alaikumussalam Ra, baik kok. Tumben telfon pagi-pagi, biasanya tuh udah sibuk kuliah.” ucap Ima sambil memotong-motong sayuran yang akan ia masak.

“Haha iya kebetulan jadwal kuliahku siang sih. Kamu gimana sama Alan?”

“Oh iya kamu belum tahu ya. Aku lagi hamil loh, maaf baru ngabarin kamu.”

“Ihh kan kamu ya selalu begitu. Eh btw selamat ya, udah berapa bulan?”

“5 bulan jalan, ya insyaallah bulan februari lahiran kalo perhitunganku nggak salah.”

“Wah parah kamu Ima, 5 bulan baru ngabarin sahabatnya? Ish ish dasar pelupa.”

Ima lantas tertawa mendengar sahabatnya menggerutu. Mau bagaimana lagi? Dia dan sahabatnya juga jarang berkomunikasi, karena Nadira sibuk dengan kegiatan kuliahnya sebagai calon prosedur.

Alim ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang