Bagian 19 - Semakin jauh

77 2 0
                                    

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ 
[Buang yang buruk dan ambil yang baik]

♡♡♡

“Al, mereka ngikutin kita!” ucap Farhan dengan terkejut begitupun Alan yang lansung melihat ke kaca mobil dan melihat rombongan motor itu.

“Haish!”

---------------

“Kita harus cepat Far, kita nggak bisa lawan mereka karena kalah jumlah!” ucap Alan mengomando Farhan untuk mempercepat laju mobilnya.

Begitu mendapat perintah dari Alan, Farhan segera menginjak gas dan mulai mempercepat laju mobilnya.

Tidak begitu lama, akhirnya mereka sampai di depan kantor polisi. Dengan cepat mereka turun dari mobil sebelum para preman tersebut menghadang mereka berdua.

Sesampainya disana, mereka dikejutkan oleh kekacauan yang disebabkan oleh preman yang lainnya.

“Ah sial! Ternyata mereka memanggil teman yang lainnya.” ucap Alan dengan cepat menyeret tangan Farhan untuk segera kembali masuk ke mobil.

“Terus gimana? Gue cuma ada rencana ini, ah kalau tahu begini gue bakal mikir rencana cadangan.” balas Farhan berusaha menyalahkan dirinya sendiri.

Alan melihat sekelilingnya dan ternyata para preman yang mengejarnya sudah sampai. Dengan cepat Alan menepuk pundak Farhan yang sedang menyalahkan dirinya sendiri.

“Cepet Han, mereka sudah sampai! Kita pergi dulu dari sini, nanti kita pikirkan setelah sampai di rumah gue.” usul Alan lansung sigap dilakukan oleh Farhan.

Para preman itu tidak menyadari bahwa mobil yang kini meninggalkan area polisi ternyata adalah mobil yang dikejar oleh mereka.

****

Di kampus Ima sangat merasa bosan, dia merasa heran kenapa Farhan sama sekali tidak menghampirinya. Jam sudah menunjukkan pukul 12.00 WIB, berarti waktu shalat dzuhur sudah lewat. Karena sekarang jam kuliah sudah selesai, Ima berpikir untuk pergi ke mushalla kampus agar lebih nyaman jika dia pulang nanti.

Sesampainya disana, dia mulai mengambil wudhu' serta tidak lupa untuk menaruh barang bawaannya ke loker agar tidak hilang. Lebih dari 5 menit, Ima sudah selesai shalat. Dia melipat mukenah yang ia pinjam dari mushalla tersebut dan mengembalikannya ke tempat semula.

Kini dia duduk-duduk di teras mushalla. Dia masih bingung ingin pulang atau tidak, rasanya nyaman saja duduk-duduk di teras mushalla kampusnya.

Sembari menikmati semilir angin yang menerpa jilbabnya, tiba-tiba seseorang datang menghampirinya.

“Assalamu'alaikum, ini Ima Astanisia ya?” tanya orang itu. Mendengar namanya disebut Ima segera mendongak dan ternyata dia adalah seorang laki-laki, refleks saja Ima kembali menunduk karena tidak sengaja menatapnya.

“Wa'alaikumussalam, siapa ya kok tahu nama saya?” tanya Ima menatap kearah lain.

Laki-laki tersenyum lalu ikut duduk di samping Ima dan memberi jarak, dia tahu betul bagaimana Ima.

“Aku Azzam, teman SMA kamu. Ya walaupun kurang akrab sih.” jawab laki-laki itu menggaruk tengkuknya karena ia kembali mengingat kenangan semasa remajanya.

Ima diam, dia tidak tahu harus meresponnya bagaimana.

“Emm bagaimana kamu sekarang? Kuliah jurusan apa?” tanya Azzam membuka topik baru.

Ima menatap kedepan, dia ragu untuk menatap laki-laki di sampingnya.

“Aku kuliah jurusan bahasa, boleh aku tanya sesuatu?” tanya Ima kepada laki-laki tersebut.

Alim ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang