Bagian 17 - Apakah benar?

60 3 0
                                    

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ 
[Buang yang buruk dan ambil yang baik]

♡♡♡

Detik kemudian Farhan terkejut mendapati foto yang ditujukkan oleh Alan ternyata miliknya bersama dengan Lita pekan lalu ketika berada di hotel.

“Kamu dapat darimana foto ini?” tanya Farhan sangat berhati-hati, dia berharap Alan tidak akan curiga apapun kepadanya.

“Nggak penting saya dapat ini darimana, tapi kenapa foto itu seakan-akan seperti saya yang ada di foto ini. Saya yakin kalau kamu yang posting ini.”  Ucap Alan menahan rasa kesalnya.

Farhan yang mendengarnya lansung terkejut, kenapa harus dirinya? Why?

“Boro-boro mau diposting, aku aja takut itu sampai kesebar di sosmed woy!” batin Farhan berteriak kesal dengan ucapan Alan kepadanya.

“Ngapain saya posting foto itu? Kalau kamu berpikir saya melakukan hal tersebut hanya untuk membuat hubungan kalian hancur, maka kamu memiliki pikiran yang sangat dangkal.”

“Saya memang mencintai Ima, tetapi saya tidak pernah berniat untuk melukai hatinya demi mendapatkan apa yang saya inginkan. Jika sudah selesai bicara, saya pergi dulu.” Sambung Farhan dengan wajah serius dan pergi berlalu di hadapan Alan.

Sedangkan Alan hanya menatap punggung  Farhan yang mulai menghilang dari pandangannya. Dia masih bingung, jika bukan Farhan lalu siapa pelaku dibalik kejadian yang menimpa rumah tangganya?

****

Kini Ima sedang menunggu kedatangan suaminya dengan mengintipnya di jendela depan rumahnya, namun nihil tidak ada tanda-tanda sama sekalipun akan kedatangan suaminya.

“Kan, pasti dia lagi ketemu sama perempuan itu. Tapi kok ini lama banget dah.” gumam Ima sedikit kesal karena dibuat menunggu oleh suaminya sendiri.

Tidak lama kemudian setelah gerutuan dari Ima tiba-tiba terdengar suara deruan sepeda motor. Mendengar itu Ima lansung mengintip lagi dan ternyata memang suaminya. Dengan cepat Ima kembali ke kamar agar dirinya tidak ketahuan bahwa sedang menunggu kedatangan suaminya.

Alan yang baru saja masuk ke rumah, lantas melihat sekeliling.

“Ternyata belum bangun juga ya.” ucapnya lalu menaruh sepatu hitamnya di rak sepatu dan berganti dengan sandal jepit.

Dia berjalan menuju kamar untuk melihat istrinya. Dan ternyata dugaannya memang benar, bedanya istrinya kini sedang melipat baju yang tadi siang dijemur. Alan memilih duduk di samping istrinya.

“Sayang, kamu masih marah?” tanya Alan dengan nada pelan. Dia tidak ingin mengundang pertengkaran diantara mereka berdua.

“Udah tahu masih nanya.” jawab Ima dengan jutek.

Alan bingung untuk berbicara apalagi. Jika dia salah bicara, mungkin dia akan mendapat sejuta sambaran mulut dari istrinya.

“Oh iya tadi aku beli seblak sama kari kesukaan kamu, makananya ada di meja makan, kamu nanti makan ya. Jangan sisain, soalnya aku udah kenyang.” ucap Alan lalu beranjak tidur membelakangi tubuh Ima yang sedang duduk.

“Giliran aku marah, kamu ngebeliin aku makanan pedas kesukaan aku. Dasar emang suami nggak tau diri!” batin Ima menatap punggung suaminya dengan wajah kesal.

Namun perlahan senyuman di wajahnya mulai terbit ketika mengingat apa yang dibelikan oleh suaminya.

“Tapi nggak papa sih, kan ada seblak sama kari. Aku makan dulu ahh.” batinnya lalu berjalan keluar kamar dan pergi untuk memakan makanan yang telah dibelikan suaminya.

Mendengar suara pintu, Alan menengok sebentar kearah pintu dan tersenyum.

“Apa sih yang nggak kamu suka Ima.” ucap Alan lalu kembali tidur dengan senyuman manisnya itu.

****

Farhan buru-buru pergi ke kafe, tempat dimana ia ada janji bertemu dengan Lita. Ternyata perempuan itu mempermainkan dirinya agar hubungan perempuan yang dicintainya hancur bersama suaminya itu.

Saat dia menemukan tempat duduk perempuan itu, ia lansung menghampirinya dan duduk di depan perempuan tersebut.

“Hai Farhan, tumben ngajakin gue makan di kafe.” ucap Lita dengan nada manis khasnya yang membuat laki-laki terpikat kecuali Alan dan Farhan.

“Lo ngapain ngepost foto gue ketika berada di hotel bokap gue? Lo mau jadiin gue umpan supaya hubungan Ima dan gue hancur hah!” ucap Farhan dengan marah.

Sedangkan perempuan di depannya itu hanya tenang dan sesekali menyeringai bak wanita antagonis yang berada di sebuah cerita.

“Kenapa? Lo takut Ima bakal tahu kalau ternyata foto itu adalah lo bukan Alan? Sadar Far, lo itu nggak lebih sekedar teman Ima!” kecam Lita setelah menyeruput jus yang sebelumnya ia pesan.

Farhan yang mendengarnya hanya bisa menahan amarahnya agar tidak memukul perempuan di depannya itu.

“Nyesel gue udah ngasih penginapan di hotel bokap gue. Oh iya lo lupa sesuatu, bukannya Alan juga nganggep lo sebagai teman juga. Hehe nggak habis pikir gue bisa punya temen pelakor kaya lo!” hina Farhan lalu pergi bergitu saja ketika selesai mengumpati perempuan yang ditemuinya itu.

“Dasar Farhan brengsek!” teriak Lita mengundang perhatian dari beberapa pelanggan.

****

Malam kini begitu sunyi, tidak ada satupun yang berbicara diantara kedua insan yang kini tengah bersama.

“Lo beneran nggak papa Han?” tanya Farah.

Dia mendapat telfon dari Farhan untuk menemuinya di sebuah Taman seperti biasanya. Karena Sarah jarang keluar malam, membuat dirinya terlambat sedikit karena harus meminta izin kepada ayahnya.

“Gue nggak tahu. Gue nggak habis pikir Far, gue bodoh banget udah percaya sama perempuan kayak dia.” ungkap Farhan membuat Farah juga ikut bingung. Tetapi dirinya juga dibuat terkejut karena mendengar ada perempuan yang nekat sekali membuat hubungan sahabatnya hancur dengan suaminya.

“Lo nggak bodoh Han, cuma lo lagi dibodohi sama dia.” balas Farah mendapat pukulan kecil di kepalanya yang diberikan oleh Farhan.

“Sama aja bego!”

Farah yang mendapat pukulan sekaligus umpatan hanya terkekeh. Dia juga tidak tahu kalau ucapannya memiliki arti yang sama. Dia hanya saja asal bicara saja.

“Ya-- lagian lo tumben aja deket sana perempuan. Biasanya kan lo bakal sibuk temenan sama laki-laki, bahkan gue yang sahabat lo aja dilupain.” tutur Farah membuat Farhan merasa bersalah.

“Gue minta maaf.” ucap Farhan tiba-tiba.

Farah menoleh dengan wajah kebingungan.

“Minta Maaf soal apa? Perasaan lo nggak salah ngomong dah.” tanya Farah masih dengan menatap wajah Farhan, begitupun Farhan sebaliknya.

“Gue minta maaf udah ngelupain lo sebagai sahabat gue.” balas Farhan mendapat tawaan dari Farah.

“Yaelah Farhan-Farhan, tumben banget lo minta maaf. Kesalahan lo sebelumnya aja belum gue maafin.” ucap Farah sembari tertawa.

Sedangkan Farhan menatap dirinya dengan wajah serius membuat Sarah memelankan candaannya.

“Bercanda kok Han, jangan serius amat dah.” ucap Farah setelah berhasil membuat tawaannya berhenti.

“Terus gimana? Apa yang bakal lo lakuin dengan meluruskan kesalahpahaman ini?” tanya Farah membuat Farhan terdiam. Justru itu dia, Farhan saja masih bingung untuk meluruskan kesalahpahaman ini.

“Yang penting posisi lo disini adalah dijadiin umpan oleh perempuan jahannam itu. Pokoknya lo nggak boleh ngerasa bersalah sama diri lo sendiri.” ucap Farah menyarankan agar Farhan tidak menyalahkan dirinya sendiri.

Farhan masih tetap diam, namun tiba-tiba sebuah ide terlintas di benaknya.

“Iya gue bakal....”

[To Be Continued]

Alim ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang