Bagian 30 - Epilog

150 3 0
                                    

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ 
[Buang yang buruk dan ambil yang baik]

♡♡♡

Satu minggu kemudian, tepatnya pagi ini Alin dan Ima tengah berdiri di depan sebuah gedung besar yang sudah disewa oleh Farhan untuk pernikahannya. Alin meraih tangan istrinya dan menggenggamnya, ia hanya takut Ima terjatuh karena posisinya istrinya sedang hamil besar.

Keduanya lantas berjalan memasuki gedung itu dan memilih ruangan yang telah tertera di undangan sebelumnya.

Pandangan mereka pertama kali jatuh ke dekorasi yang cukup sederhana namun dibuat begitu mewah, Ima saja dibuat kagum sekaligus terharu karena Fara mendapatkan laki-laki yang begitu meratukan dirinya.

Melihat pandangan istrinya itu, Alin mendekatkan diri dan membisikkan sesuatu.

“Mau nikah lagi sama aku, hm?” bisiknya membuat badan Ima mendadak merinding. Refleks saja Ima mendorong pelan tubuh suaminya dan memberinya jarak.

“Apaan sih nggak lucu tau.” gerutu Ima karena merasa aneh atas sikap suaminya itu.

Alin kembali menggenggam tangan Ima yang dilepas sebelumnya, dia menatap kedua mata istrinya itu.

“Aku minta maaf, andai dulu aku menikahi dirimu tanpa paksaan mungkin pernikahan kita menjadi pernikahan yang seindah dan semewah ini.” tutur Alin dengan menunduk. Mengingat masa itu memang membuatnya merasa bersalah karena telah melampiaskan kemarahannya kepada perempuan, yang bahkan dia tidak tahu apa yang sebelumnya menimpanya.

Ima diam, ia mengerti mengapa suaminya mengatakan itu kepadanya.

“Mas, aku bahagia meskipun dulu pernikahan kita tidak semewah ini. Aku bahagia karena dengan itu, aku dipertemukan dengan laki-laki yang tulus mencintaiku dan akan menjadi seorang ibu dari calon bayi kita.” ucap Ima dengan cinta begitu tulus yang terpampang jelas di matanya.

Alin membalasnya dengan senyuman dan ia cukup terharu. Namun moment haru mereka terhenti begitu seseorang menghampiri.

“Assalamu'alaikum, hai Ima!” sapa seseorang perempuan yang ternyata Sinta, ia ditemani di sampingnya ada seorang laki-laki dan itu --- Gara?

“Wa-- wa'alaikumussalam, hai juga Sinta.” balas Ima meskipun agak kaku karena bingung dengan apa yang ada di hadapannya itu.

Sedangkan Alin dan Gara hanya senyum setengah hati, mengingat bahagaimana pertemuan terakhir mereka di kafe sebelumnya membuat keduanya canggung.

“Sinta, dia--” tanya Ima menunjuk Gara dan pertanyaannya terpotong oleh jawaban dari Sinta.

“Oh dia suami aku, kenalin Gara Keylova.” jawab Sinta sembari memeluk lengan Gara. Sedangkan Gara hanya tersenyum kaku ketika Ima menatapnya dengan wajah kebingungan.

Alin yang tidak tahan melihat wajah istrinya yang terus menatap bingung laki-laki lain, ia segera mengajaknya ke tempat lain.

“Maaf kami pergi dulu, ayo sayang!” ajak Alan seraya menarik pergelangan tangan Ima dan pergi dari hadapan mereka.

****

“Kita mau pergi kemana mas?” tanya Ima saat Alin terus berjalan menjauhi kerumunan orang dan berakhir di sebuah ruangan.

“Kamu kenapa?” tanya Alin to the point dan itu membuat Ima tidak mengerti maksud dari pertanyaannya.

“Aku? Aku, kenapa? Kamu aneh banget tiba-tiba nanya begitu.” balas Ima masih menatap heran suaminya itu.

“Sayang---, maksud kamu natap Gara dengan tatapan tadi apa?” ucap Alin sekali lagi memperjelas pertanyannya.

Ima tampak diam memikirkan pertanyaan suaminya dan akhirnya dia paham maksudnya.

Alim ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang