Bagian 27 - Keputusan

78 3 0
                                    

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ 
[Buang yang buruk dan ambil yang baik]

♡♡♡

Di atas batu nisan tersebut, kedua pasangan suami istri kini sama-sama diam. Setelah menaburi makam tersebut dengan bunga, Ima berdiri dibantu oleh Alin. Dia menatap wajah suaminya itu.

“Setelah berusaha mencerna apa yang sudah terjadi, aku mengerti bahwa tidak ada yang mesti disalahkan. Walaupun aku sempat kecewa karena kamu menyembunyikan semua ini bahkan sampai dikaruniai calon anak.” ucap Ima masih diam menatap Alin dan makam saudara suaminya secara bergantian.

Alin ikut diam, dia masih ingin mendengar semua ucapan yang istrinya katakan padanya.

“Ya aku masih ingat pertama kali bertemu kakakmu. Dia cukup dewasa dan untuk itulah dia pernah mengatakan bahwa dia menganggap aku sebagai adiknya sendiri, padahal dia tahu maksud kedatangannya di rumahku.”

“Dan kau tahu? Ternyata dia sudah memiliki kekasih yang hubungannya tidak direstui oleh abi dan umi kamu.” Ima menjeda perkataannya supaya memberikan sedikit ketenangan baginya, perlahan ingatan tentang laki-laki itu benar-benar kembali seluruhnya.

“Kalau pemikiranku benar, malam itu mungkin kakakmu menemui kekasihnya itu. Entah sempat atau tidak, aku juga tidak tahu karena sebelumnya dia hanya mengatakan padaku bahwa dia akan segera menyelesaikan hubungannya terlebih dahulu.” jelas Ima berusaha agar tidak menangis, dia menunduk dalam-dalam. Alin yang menyadari itu, lantas mengajaknya untuk kembali ke mobil mereka.

“Kita kembali ke mobil yuk! Disini mulai terasa panas, dan kamu juga tidak boleh berdiri lama-lama.” ucap Alin mendapat anggukan kepala dari Ima dan ia pun menuntun sang istri untuk pergi ke mobil.

Sebelum mobil mereka meninggalkan pemakaman, tiba-tiba Ima menggenggam salah satu tangan Alin. Alin yang mendapat perlakuan tersebut, lantas menoleh.

“Siapapun nama laki-laki di depanku ini, mas tetap suamiku dan aku sangat mencintaimu.” ungkap Ima lansung mendapat pelukan mendadak dari suaminya. Alin juga begitu, hanya saja dia lebih banyak ke aksi daripada hanya ucapan saja. Alin tipe laki-laki yang banyak mengekspresikan kasih sayangnya dengan tindakan.

Setelah berpelukan, Alin lebih dulu melepasnya. Masih dengan menatap wajah sang istri, dia mengatakan.

“Kita pergi ke orang tua kamu, mereka juga harus tahu atas semua yang sudah terjadi.” ujarnya mendapat persetujuan dari Ima.

Mobil mereka pun pergi meninggalkan pemakaman. Tanpa disadari, seseorang tengah tersenyum melihat kepergian mereka.

“Semoga kalian bahagia.”

****

Di ruang tamu bernuansa putih dan biru muda itu, Alin dan Ima disuguhkan teh dan berbagai jenis kue oleh sang umi dari Ima.

“Tumben main kesini nggak ngabarin dulu?” ucap umi seraya tersenyum dan menaruh toples yang sebelumnya dibawanya.

Keduanya hanya tersenyum menanggapi hal itu.

“Abi dan abang kemana umi?” tanya Ima melihat sekeliling.

“Oh Abi keluar katanya ada janji sama kyai, kalau abang kamu ada di kamarnya.” jawab umi.

Ima menatap suaminya sebentar lalu mengisyaratkan untuk segera memberitahu uminya itu.

Umi yang sadar akan hal itu lantas tersenyum.

“Mau ngomong apa sih, kok pake isyarat mata. Sini mau ngomong apa?” tanya umi dengan lembut dan ramah. Pasalnya menantunya dengan dirinya masih tergolong kurang akrab karena jarangnya interaksi diantaranya.

Alim ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang