Bagian 15 - Cemburu

66 3 0
                                    

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ 
[Buang yang buruk dan ambil yang baik]

♡♡♡

Selesai kuliah, Ima berniat untuk menemui suaminya lalu pulang bersama. Namun niatnya malah dia urungkan ketika di hadapannya terdapat Farhan yang sedang menawarinya pulang bersama.

“Ima, mau pulang bersama? Kebetulan aku akan lewat jalan yang searah dengan rumahmu, bagaimana?” tanya Farhan dengan tersenyum.

Ima diam memikirkan apa yang harus ia katakan. Dirinya terlalu takut membuat suaminya marah apalagi hubungannya dengan Farhan sangatlah tidak baik.

“Hei, Ima! Bagaimana?” tanya Farhan sekali lagi dan membuyarkan lamunan Ima.

“Oh iya baiklah.”

Ima segera masuk ke dalam mobil, namun kini dia duduk di kursi belakang. Sedangkan Farhan yang menyadari itu lansung menegurnya.

“Hei, aku bukan supir taksi dimana kamu harus duduk di belakang. Ayo cepat pindah!” ucap Farhan setengah terkekeh karena tingkah Ima kepadanya.

“Tidak Farhan, aku hanya nyaman duduk di belakang daripada di depan.” tolak Ima dengan alasan yang cepat terlintas di pikirannya.

Farhan yang awalnya tersenyum kini kembali memasang wajah dingin. Dia terlalu lemot untuk mengerti maksud dari perkataan perempuan di depannya itu.

Tanpa ada tanggapan apapun, mobil pun menyala dan lansung melaju ke rumah Ima. Di sepanjang perjalanan keadaan bagai kutub selatan, dingin dan begitu mencekam.

Hingga akhirnya keduanya sampai di depan pagar putih halaman rumah Ima. Karena menyadari dirinya sudah sampai di rumahnya, ia segera turun dan diikuti oleh Farhan.

“Makasih ya Far udah nganterin aku pulang.” ucap Ima dengan tersenyum.

Melihat itu tanpa disadari Farhan terpana dengan senyuman yang tampak di depannya itu.

“I--iya sama-sama.” jawab Farhan sedikit kikuk karena tersadar bahwa dirinya menyukai perempuan yang kini sudah bersuami.

Ima tersenyum, lalu dia teringat bahwa sebelumnya dirinya membeli batagor pedas karena ngidam. Karena membeli banyak, ia berpikir untuk memberikan sedikit kepada Farhan.

“Oh iya aku baru ingat, ini batagor pedas. Aku beli tadi 3 porsi karena ngidan, semoga suka ya.” ucap Ima seraya menyodorkan sekotak berukuran sedang kepada Farhan.

Farhan menerimanya dengan senang hati, kebetulan dirinya belum sarapan sejak tadi pagi.

“Makasih ya, kebetulan aku lagi laper nih hehe. Yaudah aku balik dulu oke, besok jangan lupa untuk hadir kelompok.” pamit Farhan sekalian mengingatkan bahwa keduanya memiliki tugas kelompok yang harus segera diselesaikan.

“Ah iya tenang aja aku bakal dateng kok. Hati-hati di jalan!”

“Assalamu'alaikum.”

“Wa'alaikumussalam.” jawab Ima.

Selepas kepergian Farhan, Ima lansung berbalik menuju ke dalam Rumah. Namun tiba-tiba suara seseorang membuatnya berhenti seketika.

“Asyik banget kayaknya, ngobrol apa sih sampai senyum-senyum hmm?” tanyanya dan refleks Ima berbalik badan dan mendapati Alan yang sedang menatapnya dengan tatapan horornya.

“O-- ah itu aku-- anu--- cuma ngobrol biasa kok. Kebetulan di jalan aku ketemu Farhan jadi dia ngajak aku buat pulang bareng, gitu aja mas. Jangan marah dong, ini aku bawain batagor pedas kesukaan kamu.” ucap Ima berusaha menghindari amukan suaminya karena kepergok pulang bersama dengan laki-laki lain, terlebih lagi suaminya memiliki masalah dengan laki-laki tersebut.

“Jangan nyogok mas dengan batagor itu ya, nggak mempan!” balas Alan lansung meninggalkan Ima dan masuk ke dalam rumah.

“Ih mas Alan! Jangan gitu dong bicaranya!” teriak Ima setengah berlari menyusul suaminya ke dalam rumah.

****

“Mas, jangan marah dong. Iya aku minta maaf tentang kejadian tadi, tapi emang bener aku nggak ada apa-apa sama Farhan. Lagian aku nggak minta dianterin kok, dianya yang nawarin.” jelas Ima membela dirinya di depan Alan yang tengah menonton tv dengan wajah dinginnya.

“Terus kamu mau?” tanya Alan melirik kearah istrinya.

Ima mengangguk polos, Alan hanya menghela nafas lelah dengan tingkah istrinya. Dia bahkan lupa kalau Ima memang sedikit polos kalau soal beginian.

“Jangan marah ya ya, ini aku udah angetin batagornya. Aku suapin ya a---!” Ima mulai menyuapi suaminya dengan telaten dan tidak lupa dirinya juga ikut makan, masa iya dirinya yang beli cuma suaminya yang akan makan. No! Ima akan menjadi dirinya sendiri kalau soal makanan.

Di tengah asyik makan dengan menonton tv, tiba-tiba handpone Ima berdering dan membuat  keduanya sama-sama menatap handpone di meja.

Ima menaruh piringnya lalu mengambil handpone dan melihat terpampang nama Farhan. Alan yang juga melihatnya merasa kesal lagi, bisa-bisanya laki-laki itu menghubungi istrinya.

Ima melirik kearah suaminya dengan takut.

“Aku angkat ya mas, takut penting.” ucap Ima memohon izin ke suaminya. Sedangkan Alan hanya diam lalu terpaksa mengangguk.

Ima mulai menggeser tombol hijau dan menempatkan handponenya di dekat telinganya.

“Assalamualaikum Ima, maaf mengganggu malam-malam begini.”

“Wa'alaikumussalam, santai aja Farhan. Oh iya ada apa?”

“Ah bukan apa-apa aku hanya ingin bilang makasih buat batagornya, enak banget.”

“Kirain ada hal penting, sama-sama Farhan lagian itu lebih kok soalnya aku dikasih bonus sama abang-abangnya.”

Alan yang memerhatikannya diam-diam kesal dan marah tercampur aduk di dalam kepalanya yang mungkin kini sudah mendidih panas.

“Yaudah aku tutup dulu ya, Assalamu'alaikum!”

“Wa'alaikumussalam.”

Panggilanpun berakhir, Ima segera mengambil kembali piring dan melanjutkan suapan terakhir suaminya.

“Ayo mas, ini tinggal satu suapan.” ucap Ima namun Alan enggan membuka mulutnya. Dia benar-benar terbakar rasa cemburu tingkat maksimum sepertinya.

Ima tiba-tiba tersenyum, dia baru sadar kalau suaminya cemburu karena kejadian yang menyangkut dirinya dengan Farhan.

“Cie-- suamiku lagi cemburu, duh gemesin banget sih. Jangan sampai anak kita kayak mas, bisa-bisa jadi saingan nih.” ucap Ima menggoda suaminya yang tengah kesal kepadanya.

Alan menatap wajah istrinya lalu mencium keningnya dengan rasa penuh cinta.

“Aku nggak mau saingan sama anak sendiri, kan kamu punya aku.” ucap Alan tiba-tiba manja dan memeluk tubuh Ima.

Ima tersenyum dan membelai rambut suaminya dengan gemas.

“Yaudah habisin dulu ya makanannya, udah mau dingin loh mas.” tegur Ima dan Alan lansung membuka mulutnya.

Kini batagor pedas yang Ima beli sudah ludes dimakannya. Dan keduanya sama-sama menonton tv setelah shalat isya' berjama'ah sebelumnya.

“Mas!” panggil Ima dengan posisi bersandar di bahu suaminya.

“Ada apa hm?” tanya Alan tanpa menatap wajah istrinya.

“Besok aku ada tugas kelompok, dan Farhan satu kelompok denganku. Menurutmu bagaimana?” tanya Ima.

“Mau bagaimana? Kalau soal pelajaran ya aku nggak bisa ngelarang kamu, tapi awas jangan terlalu dekat sama dia.” ingat Alan melarang istrinya untuk mendekati Farhan.

“Kenapa?”

Alan menoleh dan menatap istrinya, begitupun dengan Ima. Dia juga tengah menatap suaminya, menunggu jawaban apa yang akan Alan lontarkan kepadanya.

“Karena kamu milikku sayang.”

Deg! Ima salah tingkah dibuatnya.

[To Be Continued]

Alim ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang