Chapter 2

80 26 3
                                    




Happy reading

.







Nevan mulanya melangkan santai berlari begitu melihat kedai kopi tempatnya bekerja sudah dibuka. Bulan sabit yang terukir di bibir menghias langkahnya. Semangatnya membara kala tahu Ileana lebih dulu datang pagi ini. Dia tidak menunggu-nunggu Ileana lagi. Karena di antara mereka berdua Ileana lah yang paling sering datang terlambat. Gadis itu susah bangun pagi. Namun bukan itu yang menjadi sumber semangat Nevan. Yang menjadi penyemangatnya pagi ini adalah karena Ileana menyambut harinya. Bukan dia yang menyambut Ileana.

Nevan mendorong pintu kedai dengan begitu bersemangat hingga lonceng di pintu berdenting nyaring. Langkahnya masih tercipta lebar menuju dapur. Ia kembali mengulum senyum mendapati Ileana berada di dapur sedang menata konter. Ia menggantung ranselnya pada dinding di balik pintu, lantas melekatkan apron pada tubuh.

"Pagi!" Sapanya riang sembari mengikat tali apron ke punggung.

"Pagi, Van." Balas Ileana dengan nada serupa.

Nevan mengekori Ileana yang duduk di balik meja kasir lantas duduk di sebelahnya. Untuk sementara ini mereka bebas dari pekerjaan. Tadi Pak Yudhi juga datang membantu Ileana menjelang Nevan tiba. Tengah malam dan disambung pagi-pagi sekali Ileana juga sudah membersihkan kedai. Jadi sekarang mereka hanya tinggal menunggu jam istirahat kantor, di mana di jam-jam segitu biasanya pelanggan akan membludak.

Pak Yudhi punya cabang lain dari kedai ini di daerah berbeda yang posisinya lebih strategis daripada Sweet Coffee Kemang ini. Namun Sweet Coffee Kemang inilah yang lebih banyak pengunjung. Alasan yang Ileana dan Nevan dengar selama ini karena pelanggan menilai jika Sweet Coffee Kemang memiliki karyawan yang menarik, cantik dan tampan. Mereka ramah, murah senyum dan sering bercanda dengan pengunjung. Membuat pengunjung merasa betah berkunjung kendati kedai ini kecil dan menunya tak banyak. Dari segi visual saja mereka sudah menyita atensi pelanggan, ditambah dengan kepribadian mereka yang menyenangkan. Membuat pelanggan sangat nyaman berkunjung. Sebab itu kedai ini tidak pernah lengang. Karena karyawannya lah yang menjadi daya tarik di samping makanan dan minuman di sini juga murah. Gaji Ileana dan Nevan juga lebih besar dibandingkan gaji karyawan Sweet Coffee lain. Bahkan Sweet Coffee Kemang menjadi terkenal karena karyawannya yang menyenangkan.

Karyawan Sweet Coffee Kemang memang hanya Ileana dan Nevan. Namun Pak Yudhi yang pengertian selalu datang di jam-jam padat pengunjung membantu mereka. Sebentar memang. Tapi itu sangat membantu. Jika di Sweet Coffee lain pelanggan sering membentak marah dan tak sabaran saat gerakan para karyawan di sana lamban, berbeda dengan di sini. Mereka cenderung lebih santai ketika diminta menunggu. Kendati terkadang ada saja ibu-ibu yang nyinyir dengan pelayanan mereka yang baginya kurang memuaskan dan terkesan lama, namun pelanggan lain tak mau ambil pusing. Mereka memakluminya. Mereka mengerti di kedai ini hanya ada dua karyawan, itu sebabnya pelayanan mereka terkesan agak lama. Namun tidak pernah mengecewakan.

"Gimana semalam? Kamu jadi nginap di sini?" Ileana yang mulanya hanya berniat menghilangkan kekhawatiran Nevan - berbohong jika dia akan menginap di kedai - pada akhirnya benar-benar bermalam di sini karena ulah si pelanggan terakhir. Pak Yudhi juga menyediakan dua kamar di lantai dua untuk Ileana dan Nevan jika mereka enggan pulang ke rumah atau pulang saat larut malam.

"Hm." Ileana mengangguk singkat. Memorinya berputar cepat, merekam ulang peristiwa yang membuatnya benar-benar harus menginap di kedai. Yang refleks membuat kedua tangannya terkepal, dan kepalan itu menubruk meja. Membuat sebuah notes book mungil di atasnya sedikit bergeser dari porosnya.

One Man Million FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang