Chapter 6

54 19 1
                                    




Happy reading







.








"Akh! Aduh!" Pekik Ileana, seketika berdiri dari tempat persembunyian. Double sialnya, kepalanya terbentur meja kala ia terburu-buru berdiri. Sedikit menimbulkan rasa pening. Dan ini semua karena ulah Dylan Arkana si pembawa sial.

Dylan menyeringai tajam. Dia menang. Ia membalikkan badan dan mendapati gadis yang diincar sudah berdiri di sebelah teman laki-lakinya dengan tatapan sengit yang menusuk. Dylan kembali mendekat pada meja kasir, mengamati Ileana dengan tarikan panjang di satu sudut bibir.

"Kamu tuh ya!" Ileana menuding Dylan dengan jarinya yang dipijak lelaki itu. "Bener-bener sinting!" Umpatnya berapi-api. Ya, Dylan sengaja memijak jarinya sebelum dia keluar dari kedai. Tidak kuat. Bahkan tidak bisa dikatakan memijak. Dylan hanya menyentuhkan sedikit ujung sepatu sport-nya di jari Ileana. Sekadar memancing Ileana agar keluar dari meja. Dylan tak akan datang tanpa hasil. Tujuan dia kemari untuk bertemu Ileana. Jadi mau bagaimanapun cara Ileana bersembunyi darinya, akan Dylan cari jalan agar dia keluar dari persembunyiannya. Karena Dylan kemari bukan untuk menikmati secangkir kopi, melainkan untuk menjahili sang pujaan hati.

Dylan mengedikkan kepala ke arah meja di pojok kedai, meja yang selalu menjadi favoritnya. Mengintruksikan Ileana agar menemuinya di sana. "Kita selesaikan urusan kita di sana." Ucapnya memperjelas dengan vokal datar. Dahi Ileana berkerut dalam, matanya menyipit sinis. Dalam hati menerka-nerka, kegilaan apa lagi yang akan Dylan ciptakan di sini.

"Aku nggak ada urusan sama kamu, Sinting!" Tolak Ileana mentah-mentah. Sementara Dylan sudah berjalan tak acuh menuju mejanya.

"Sana…" titah Nevan seraya menyenggol lengan Ileana dengan lengannya.

"Aku nggak punya masalah sama dia, Van." Sanggah Ileana tetap pada pendiriannya. Demi Tuhan dia tidak pernah merusak ponsel Dylan. Itu hanya akal-akalan alien itu untuk mengerjainya. Ileana yakin. Namun Nevan tak juga mengerti.

"Kamu ngerusakin hp-nya, Lea." Potong Nevan cepat sebelum Ileana sempat mengajukan protesnya lebih lanjut.

"Astaga… jadi kamu percaya sama orang gila itu?" Telunjuk Ileana mengacung pada Dylan yang sudah duduk anteng di tempat biasa. Ia benar-benar tidak habis pikir dengan kepolosan Nevan yang membuatnya geram.

"E’hm!" Deham Dylan kuat. Ileana tahu itu kode untuknya.

"Sumpah, ya!" Ileana merampas nampannya yang tergeletak di atas meja. "Awas aja! Aku bakal racunin dia pakai racun tikus!"



"Kenapa?" Geram Ileana kala ia sudah berdiri di sebelah Dylan.

"Nggak ada apa-apa." Jawab Dylan santai sembari menggulir layar ponsel dengan jari telunjuk. Bahkan ponsel yang ia katakan rusak itu nyatanya baik-baik saja. Masih tampak baru, malah. Memang sialan sekali laki-laki itu!

"Terus kenapa manggil aku?" Sungut Ileana, berusaha setengah mati menahan ledakan emosi.

"Emangnya apa tugas kamu di sini?" Ileana gamang. Terkadang alien ini ada benarnya juga. Namun hanya lima persen. Sembilan puluh limanya lagi dia benar-benar konyol.

"Mau pesan apa, Kak?" Tanya Ileana dengan vokal yang dibuat tenang.

"Menurut kamu apa yang enak di sini?"

"Nggak ada." Jawab Ileana cepat dan ketus.

"Hm… kok bisa, ya, karyawan kedai kopi nggak mau promosiin apa yang disediakan kedainya. Setahu saya Pak Yudhi itu giat mempromosikan makanan dan minuman di sini. Dia kerja keras narik pelanggan. Beda banget sama karyawannya yang malah semangat ngusir pelanggan. Gimana, ya, kalau dia tahu?" Dylan mengusap-usap dagunya - yang mulus - seolah menimang.

One Man Million FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang