Chapter 40 [Ending]

40 12 3
                                    




◇◇◇



Ileana membuka kelopak matanya pelan-pelan. Begitu terangkat sempurna, ia sadari suasana di sekitarnya begitu riuh. Ia mengangkat kepalanya dari paha Nevan dan segera mendudukkan diri. Para lelaki berseragam navy berlalu-lalang di hadapannya. Membuatnya sadar jika dia sedang berada di markas Angkatan Laut sekarang. Dan entah sejak kapan Nevan berada di sini menemaninya. Ileana tidak tahu. Begitu melihat api membumbung tinggi di kapal yang Dylan dan dirinya sempat tumpangi, yang Ileana rasakan hanya gelap yang menguasai diri. Ileana tidak tahu apa-apa lagi bahkan hingga dirinya berakhir di sini.

"Dylan..." lirihnya kala sekelebat kejadian beberapa jam ke belakang kembali melintas dalam ingatan.

"Dylan di mana?" Tanya Ileana pada Nevan dengan histeris. Nevan yang mulanya memandangi Ileana dengan lekat hanya dapat menunduk dalam.

"Dylan di mana?!" Ileana mengguncang tubuh Nevan. Kembali terisak kala menyadari Dylan tak ada bersamanya. Ia berjalan keluar markas, berlari menuju dermaga saat Aksa terlihat baru tiba di sana.

"Kak!" Panggilnya pada Aksa. Sementara Nevan mengikutinya dari belakang. "Dylan di mana?! Kenapa Kakak gak datang sama dia?!" Tuntut Ileana khawatir. Aksa menunduk dalam. Tangannya menggenggam erat sesuatu yang ia pegang. Ileana lekas merebut benda itu. Mengamatinya dengan jeli dan tersemat nama Dylan Arkana K pada name tag seragam yang Aksa bawa.

"Gak mungkin!" Seru Ileana seraya mengamati seragam navy Dylan sekali lagi. Noda darah masih tersisa di sana secara samar. Terlihat menyebar banyak, namun tampak pudar akibat terhapus air laut.

"Gak mungkin!" Pekik Ileana histeris. Gadis itu kembali terisak pilu, tak sanggup membayangkan apa yang terjadi pada laki-laki yang ia cintai. Ia dekap seragam itu dengan erat seolah dirinya sedang mendekap erat tubuh Dylan.

"Dylan di mana?! Kenapa kamu cuma bawa bajunya aja?! Kenapa kamu gak bawa Dylan juga?! Kenapa?!" Ileana memukuli dada Aksa dengan tangan yang masih menggenggam seragam Dylan. Aksa tak memberi respon apa-apa. Ia hanya terdiam dengan kepala menunduk dalam merasa bersalah, merasa gagal. Sementara Ileana menangis tersedu-sedu, mendekap erat seragam Dylan. Nevan mendekat dan merengkuhnya erat, mencoba memberi ketenangan. Dari sini Nevan bisa menilai; bahwa Ileana masih sangat mencintai Dylan setelah apa yang dilakukan kakek lelaki itu terhadap ayahnya. Ya, seperti itulah cinta yang murni. Tak akan memandang masa lalu yang pernah terjadi. Nevan harus menanamkan itu dalam kepalanya.

Cintai seseorang di hari kau mengenalnya. Bisik Nevan dalam hatinya.

●●●



3 days later



Sebelum menuju kubikalnya, Ileana terlebih dahulu menuju toilet kantor. Baru ia membuka pintu toilet, isakan seseorang menyambut. Ileana mengernyitkan dahi, mencari sumber isakan. Dalam hati bertanya-tanya, siapa gerangan yang menangis sepagi ini?

Di ujung toilet, pada deretan wastafel, Ileana menemukan sumber isakan. Perempuan itu menunduk dalam, memegang pinggiran wastafel dengan erat. Dari kejauhan Ileana dapat melihat bahunya yang berguncang hebat. Sesekali ia menyeka air matanya. Ileana melangkah pelan, hendak mendekatinya, mencoba membantu jika sosok itu barangkali membutuhkan sesuatu. Ileana ingin mencoba menenangkannya.

Langkah pelan Ileana terhenti kala wanita itu mendongak, menatap pantulan dirinya sendiri di cermin. Mata Ileana membesar begitu dirinya mengenal sosok yang baru saja terisak. Ia perhatikan Harini yang sedang menghapus air matanya degan kasar. Mungkin kini dia merasa sedikit lebih tenang dari sebelumnya. Ia merapikan penampilannya sejenak dan keluar dari toilet, melewati Ileana begitu saja. Padahal tatapan mereka sempat bertemu, namun tak ada sepatah kata pun terucap dari bibir wanita itu untuk Ileana, setidaknya pembahasan mengenai apa yang baru saja terjadi di antara keluarga mereka. Dan dengan jelas Ileana dapati mata rivalnya itu sembab dan bengkak. Dalam hati bertanya-tanya, apa dia terlalu banyak menangis? Apa gerangan yang membuatnya menangis? Bahkan Ileana tak menyangka wanita itu bisa meneteskan air mata setelah menghadapi sikapnya yang begitu keras pada dirinya. Mengidentifikasikan bahwa apa yang telah menimpanya agaknya menjadi kesakitan terbesar wanita itu.

One Man Million FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang