Chapter 5

65 23 1
                                    




Happy reading




.



"Jangan kepedean kamu, dasar sinting!" Erang Ileana frustrasi, lantas kembali melanjutkan kegiatannya yang sempat terhenti karena kemunculan tiba-tiba Dylan.

"Dia... ngapain di sini?" Nevan mengambil posisi di samping Ileana, mengganti posisi Dylan tadi.

"Tau. Kamu lihat sendiri, 'kan, dia gila. Manusia gila kayak dia mustahil jadi tentara. Apa kamu masih ngakuin dia waras setelah apa yang dia lakukin barusan? Kali aja dia pasien lepas dari rumah sakit jiwa yang terobsesi jadi tentara." Nevan terkekeh renyah. Baginya argumen Ileana barusan tidak masuk akal dan tidak dapat diterima akalnya yang masih sehat.

"Ini pesanannya." Ucap Ileana ketus sembari menyajikan secangkir caramel macchiato yang telah ia bikin ke atas meja Dylan. Dilengkapi raut datarnya.

"Emangnya saya mesan ini?" Dylan menatap aneh secangkir minuman yang sudah terhidang di hadapan dengan kedua alis yang berjengit.

"Lah, terus apa?" Untuk yang kedua kalinya di pagi ini, darah Ileana mendidih menghadapi Dylan. Namun dia masih berusaha bersabar.

"Makanya... tanya dulu." Nasihat Dylan yang malah terdengar sok bijak di telinga Ileana.

"Kenapa sih, kamu tuh selalu bikin aku kesal?!" Dylan menopang dagu dengan satu tangan. Sedikit mencondongkan tubuh menatap Ileana sekaligus mengamati wajah cantik itu lekat-lekat.

"Saya tanya sama kamu, apa tadi saya mesan ini?" Dia bertanya dengan suara husky yang terdengar memabukkan, pula dengan tatapan lembut yang menawan. Tapi kesemua itu malah terlihat memuakkan di mata Ileana.

"Tapi biasanya itu 'kan yang kamu pesan di sini?"

"Hari ini saya pengin white coffee." Jawab Dylan tanpa memudarkan senyumnya.

"Terus gimana sama ini?" Ileana menatap sendu minuman yang telah ia buat. Merasa jerih payahnya berakhir sia-sia.

Dylan duduk tegap sembari mengedik tak acuh, "bukan urusan saya." Jawabnya tak peduli.

"Ini jelas jadi urusan kamu!" Telunjuk Ileana menuding wajah Dylan. Dylan sedikit memundurkan kepalanya karena telunjuk Ileana nyaris menusuk matanya. Dengan tenang ia tepis tangan gadis itu dari hadapannya.

"Masalah ini bisa saya kaduin sama Pak Yudhi. Kamu terlalu gegabah dan ceroboh." Ancamnya dengan tenang. Dia terlihat tenang, namun Ileana bisa melihat ada banyak aura menyebalkan tersebar di seluruh permukaan wajah tampan itu. Ileana rasa, dia satu-satunya manusia paling menyebalkan di muka bumi ini.

"Nyebelin banget sih!" Ileana mendengus kesal. Ia usap-usap wajahnya dengan gusar. Meraup oksigen dengan tenang, lalu ia lepaskan pelan-pelan. Dia harus perbanyak bersabar mulai dari sekarang - selama Dylan masih berada dalam jarak terdekat dengannya. "Oke. Tunggu sebentar." Dylan tersenyum puas kala Ileana memindahkan kembali cangkirnya ke atas nampan.

"Tunggu!"

Grep...

Tangan Dylan refleks menahan lengan Ileana. Tatapannya berubah nanar memandangi bagaimana jemari besarnya melingkari lengan atas Ileana yang mungil. Jantung Dylan mulai berdegup tak keruan, sementara dengan begitu entengnya menyingkirkan tangannya dari sana. Membuat Dylan - yang rasanya sedang melayang di antara ribuan kelopak bunga Sakura - tersadar seketika.

"Apa lagi, Alien?!" Erang Ileana frustrasi.

"Apa? Kamu panggil saya apa tadi?" Pinta Dylan agar Ileana mengulang kembali kalimatnya dengan mata menyipit sengit.

One Man Million FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang