Chapter 32

14 11 1
                                    



◇◇◇


"Kita udah sampai?" Tanya Ileana begitu speed boat yang dibawa Dylan menepi, berhenti di pinggir sebuah pulau yang tampak lengang.

"Hm." Gumam Dylan sebagai jawaban. Ia matikan mesin speed boat-nya. Ia turun lebih dulu dari speed boat agar bisa membantu Ileana turun.

"Wah .... cantik banget ...." Ileana bergumam takjub. Mereka sekarang sedang berada di Pulau Seribu, salah satu pulau terindah di Indonesia. Hanya saja Dylan mencari tempat yang paling sepi, tempat yang jarang dikunjungi wisatawan supaya bisa menikmati quality time-nya bersama Ileana dengan sempurna. "Jadi... kita liburan di sini?" Tanya Ileana sembari berjalan mengekori Dylan.

"Hm." Jawab lelaki itu seraya membaringkan tubuhnya di atas bentangan pasir putih di bawah pohon kelapa. Ia melipat kedua tangannya untuk dijadikan bantal, kemudian memejamkan mata dengan tenang.

"Aku belum pernah ke sini." Ileana memandangi genangan air laut di depan mereka yang tampak berkilau-kilau tertimpa cahaya matahari.

"Somewhere only we know."

"Maksudnya?" Ileana menoleh ke arah Dylan, menatap lelaki itu yang sudah memejamkan matanya dengan tenang.

"Cuma aku sama Aksa yang tahu tempat ini. Dan sekarang kamu. Jadi bisa disebut ini tuh somewhere only we know." Tidak tahu mengapa, pipi Ileana bersemu. Ia kembali menatap lurus ke depan guna menyembunyikan kroma merah muda di pipi.

Beberapa menit hening merajai. Ileana larut dengan pemandangan indah di depan matanya, sementara Dylan hanyut dalam ketenangan yang diciptakan suasana.

Ileana menoleh pada Dylan, menatap lelaki itu dengan sebal. "Bangun!" Ileana menyenggol kaki Dylan dengan ujung kakinya. Namun Dylan tak bergeming. Ia malah memejamkan mata semakin rapat. Kadar rasa sebal Ileana berhasil bertambah melihat respon lelaki itu. Dalam hati berpikir; apa ini yang disebutnya bersenang-senang? Kalau begini bagaimana mungkin rasa bosan Ileana bisa terbunuh.

"Kalau cuma numpang tidur, di rumahku juga bisa. Gak perlu jauh-jauh ke sini." Ileana menekuk lututnya, lalu melingkarkan tangan di sana. Bibirnya mengerucut kesal. Ini bukan bersenang-senang namanya. Agaknya ekspektasinya terhadap Dylan memang terlalu tinggi.

Dylan mendudukkan diri lantas menatap Ileana penuh berharap. Berharap ide yang akan ia cetuskan akan diterima Ileana. Ia tahu pujaan hatinya itu kecewa. Dan dia tentunya tak ingin memperbesar rasa kecewa itu. "Gimana kalau kita snorkeling?" Usul Dylan begitu tiba-tiba. Tidak ada ide lain. Hanya itu yang terlintas di benaknya saat ini.

"Apa?" Ileana menatap Dylan terkejut dengan mata membola. "Gak mau." Ia kembali menatap lurus ke depan, bibir bawahnya maju.

"Kenapa?" Tanya Dylan kecewa. Ide cemerlangnya ditolak.

"Aku gak bisa berenang. Gimana kalau aku dimakan hiu?" Lirih Ileana.

"B-buahaha ahahaha haha!!!" Dylan tertawa keras. Membuat Ileana membekap telinganya dengan kedua tangan. Merasa risih dengan tawa Dylan yang jelas-jelas mengejeknya. "Dasar aneh..." desis Dylan.

"Aneh?" Ulang Ileana tak mengerti. "Yang aneh itu kamu asal kamu tahu."

Dylan mengulurkan tangannya untuk melingkari bahu sempit Ileana, sedikit menarik tubuh gadis itu agar lebih rapat lagi padanya. "Iya, iya. Aku yang aneh. Saking anehnya gak ngerti lagi kenapa aku bisa cinta mati sama cewek seaneh kamu." Ileana dengan cepat mengalihkan pandangannya dari Dylan kala pipinya mulai terasa panas. Ada hangat yang menjalar di sana. Terlebih kala merasakan kecupan singkat Dylan di puncak kepalanya.

One Man Million FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang