5

2.1K 129 7
                                    

Keesokan harinya, Ferin segera melangkahkan kakinya menuju ruang ganti saat jam di tangannya menunjukkan pukul sepuluh pagi. Keasyikannya mengobrol dengan keempat sahabatnya membuat ia lupa akan pertandingan basket antara ia dan Arco jika saja Indah tidak mengingatkan. Ia pun segera meninggalkan ke empat sahabatnya.

Di lain sisi, Fian dan Firhan berjalan menuju ruang informasi. Sesampainya di sana Firhan langsung mengabil alih ruangan tersebut dengan penjaganya yang dijaga oleh Fian. Fian mengancam bahwa Bimo Pradipta, orang paling berpengaruh di SMa Tunas Bangsa, sekaligus kakek dari Arco, akan memecat para penjaga jika tidak mengizinkan mereka untuk memberikan sebuah informasi. Mereka pun akhirnya memberikan izin.

"Tes tes tes!! satu dua tiga... pagi guyss!!" ujar Firhan penuh ceria dari balik microfon membuat semua murid yang ada di dalam maupun luar kelas seketika tertarik.

"Hmm.. gue punya berita buat kalian nih ya.." kata Firhan lagi.

"Berhubung para guru sedang ada rapat dan meninggalkan kalian semua, gimana kalau kita nonton pertandingan basket yang nampaknya akan sangat sengit." Firhan menarik nafasna sejenak.

"Pertandingan antara dua most wanted kita di sekolah!! Yang gak lain ialah Ferin dan Arcoo!!!" jerit girang terdengar jelas dari mulut para fans Ferin maupun Arco.

"Kalo gituu, mari kita serbu lapangan basket tercinta kita!! Dan kita saksikan aksi para bintang sekolah kita!!" lanjut Firhan lalu menolehkan kepalanya ke Fian. Sebuah bentuk nol dengan tiga jari bebas ia berikan pada Fian sebagai tanda kalau misinya berhasil. Mereka pun bergegas menuju lapangan basket.

Ferin mulai terlihat kesal saat Arco berhasil merebut bola darinya. Cowok itu terus mendrible bola basketnya dan membawa menuju ring. Tak patah semangat Ferin terus mengejar bola di tangan Arco dan ia pun mendapatinya. Tetapi sayangnya segerombolan suara mengalihkan konsentrasinya.

"Ferin! Ferin! Ferin!" teriak beberapa suara itu menyebut namanya yang kebanyakan adalah kaum lelaki. Dan sebaliknya, kaum perempuan terus memanggil nama Arco dan memberikan semangat pada idola baru mereka.

"Konsen dong Rin! Katanya jago basket! Masa gini aja langsung buyar konsentrasinya." ledek Arco berbisik di telinga Ferin.

"Woooooww!! So Sweeeet!!" jerit para penonton melihatnya.

Setelahnya, bola pun berhasil kembali direbut Arco hingga membuahkan dua skor. Arco memberikan senyumannya pada Ferin. Dengan santai ia menghampiri Arco dengan senyuman yang amat sangat manis dan tangan yang ia rentangkan untuk menghalau Arco.

"Kita liat aja siapa yang kehilangan konsentrasinya, Arco Tirtana Pradipa." ujar Ferin lembut setelah berhasil mengecoh Arco dengan pesonanya.

Tawa renyah terlihat di wajah Ferin saat ia berhasil memasukkan bola ke dalam ring. Ia menolehkan wajahnya ke Arco penuh tantang Arco hanya membalasnya dengan senyuman yang membuat pendukungnya berteriak keras.

Keduanya kini mulai menunjukkan kemampuan masing-masing. Ferin terus mendrible bolanya hingga menuju ring. Ia memberikan tawa cerianya kepada para pendukungnya saat ia berhasil memecahkan skor yang jelas membuat para pendukungnya terpesona dengan tawa tersebut.

Setengah jam lamanya mereka bertanding skor pun menjadi 27 untuk Ferin dan 29 untuk Arco.

Tak henti-hentinya Ferin menghindari Arco yang terus berusaha merebut bola dari tangannya. Arco yang memiliki tubuh lebih tinggi dari Ferin terus berusaha meraih bola itu. Ia mengunci tubuh Ferin dari belakang. Tangannya panjang terus berusaha meraih bola tersebut.

"Oh My God!! Gue berasa nonton kuch kuch hota hai tai gak sih lo?" seri Bila saat melihat peristiwa tersebut.

"Bener banget! Di film kuch kuch hota hai kan si rahul genitnya karena pegang perut anjeli kan ya? Nah kalo yang ini si Rahul genit mau peluk anjeli dari belakang!! Gilaa!! " timpal Leoni.

My Rival 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang