14

758 68 5
                                    

Ferin menolehkan kepalanya dengan cepat.  "heh cowok ngeselin. Ngapain lo main masuk tenda orang hah?!" kesal Ferin.  Sekaligus ia berusaha menutupi rasa berdebar dalam hatinya.

"Pertanyaan gue belom lo jawab!" sahut Arco mengabaikan pertanyaan Ferin.

"Pertanyaan apa?  Emang lo tadi nanya apa ke gue? " balas Ferin berpura-pura tidak ingat dengan apa yang ditanyakan Arco.

"Kalo gue gak nyebelin, lo mau gak jadi cewek gue?" kata Arco mengulang apa yang ia tanya.

"Nggak!  Gue yakin kali ini lo ngerjain gue lagi." ketus Ferin memanyunkan bibir. Mengingat apa yang pernah Arco lakukan padanya waktu dulu.

Keempat teman Ferin hanya bisa menggeleng kepala. 

"Ya udah ah kita keluar dulu ya Fer,  Ar.  Kita gak mau ganggu acara kalian ini." ujar Keke seraya memberi instruksi untuk ketiga temannya keluar meninggalkan Ferin dan juga Arco.

"Tunggu!" sergah Ferin.  Lalu menolehkan wajahnya ke arah Arco yang tampak sedang menunggu jawaban Ferin.

"Gue mau ikut kalian.  Males banget ngeladenin candaan garing cowok ngeselin ini. " sambung Ferin memberikan tatapan sinis.

Gila! Dasar cowok gila!  Dia pikir gue bakal kejebak sama godaan dia lagi apa hah?! Nggak akan!!! Lagi pula siapa juga yang mau jadi ceweknya dia.  Hihihi amit amit jabang bebi. Dan juga ini hati,  kenapa coba bisa berdebar gini,  hiiihhh. Gerutunya dalam hati.

Sepeninggal Ferin,  Arco berdecak kecil.

Dasar bodoh!

--------

Waktu pun terus berjalan.  Kini saatnya perayaan api unggun.  Semua para murid lelaki bertebaran mencari bongkahan kayu.

Tak perlu memakan waktu yang lama,  kayu pun sudah tersedia.  Beberapa murid mencoba menyalahkan api dengan menggesekkannya hingga menimbulkan api kecil yang kemudian disambarkan ke tumpukan kayu.

Malam semakin dingin.  Namun perapian cukup untuk menghanyutkan semua orang yang berada di sana.  Berbagai cerita dilontarkan beberapa murid untuk memberikan hiburan.  Dari mulai yang lucu hingga yang sedikit menguras air mata dikarenakan sedihnya cerita itu.

Usai bercerita,  ada seorang murid yang memainkan gitar.  Membuat semua yang mendengar lantunannya pun membuka suara untuk bernyanyi.

Mereka semua bersenang-senang.  Begituhalnya dengan Ferin.  Ia tampak menikmati acara api unggun ini.

Dan tanpa ia sadari,  sesosok lelaki memperhatikannya. Segaris senyum merekah di wajah lelaki itu.

Tak lama suasana pun sunyi.  ia pun menyambar gitar teman di sebelahnya.  Ia memetikkan sebuah lagu yang Ferin kenal liriknya.

Saat matahari Merasuki mimpi
Dan membangunkan ku
Untuk ku melangkah
Saat itu juga Kutemukan arah
Dan mencoba membuka
Lembaran hari ini

Baru saja lelaki itu ingin bernyanyi, tanpa sadar Ferin pun bersuara.  Merdu.  Sangat merdu. Bahkan ia tak menyadari suaranya semerdu itu.  Yang ia tahu hanyalah petikkan gitar lelaki itu sukses membuatnya terbawa.  Terlebih saat ia mengenal lagu itu.

Dan tak bisa diungkiri betapa bahagianya ku dengan hari ini
Dan mungkin tak bisa dipikirkan betapa bahagianya aku
Waktu memutar di luar logika
Dunia seperti fiksi
Langit memutar matahari berkata
Good bye see you tomorrow

My Rival 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang