Indah kembali berjalan ke podium. Tangannya masih meremas kencang gaun yang dia kenakan. Dia segera menemui Arin, Renish, dan Gina.
“Kamu kenapa Dah?” satu pertanyaan terlontar dari bibir Gina melihat keponakannya tampak cemas.
“Ferin mau pergi tan, dia mau keluar negri,” seru Indah memberitahukan kecemasaannya. Namun Gina terlihat tak kaget. Dia sudah tau bahwa muridnya itu memang akan keluar negri. Bahkan Arin pun tau karena Renish sudah menceritakan niatan anaknya yang ingin menghindari masalah ini dengan alasan beasiswa.
Kedua wanita itu bingung dengan apa yang harus mereka lakukan untuk menghentikan niat Ferin. Arin bahkan sudah bertanya pada Arco perihal perasaannya pada Ferin. Jika saja Arco menjawab kalau dia masih menyukai gadis itu, pasti akan ada kemungkinaan kepergian Ferin bisa di batalkan. Tetapi Arco malah bersikap acuh. Dia menyembunyikan perasaannya. Itu sangat sulit bagi Arin menghentikan segalanya.
“Aku harus menyesaikan semuanya tan, aku gak mungkin ngebiarin sahabat aku pergi,” seru Indah dengan mata yang sudah berkaca.
“Tante juga ingin Indah, tapi apa yang harus kita lakukan. Arco sudah terlanjur benci dengan Ferin,” sahut Arin merasa cemas.
“Tante juga sudah bujuk Ferin, Indah. Tapi kamu tau sendiri kan gimana keras kepalanya si Ferin itu,” sambung Renish.
Indah mengerti, dengan segera ia mengeluarkan handphone. “Aku tau apa yang harus aku lakuin,” dan diberikannya handphone itu pada pengisi suara acara pertunangannya.
Arin, Renish, dan Gina menatap heran. “apa itu Dah?” tanya Gina.
“Tante tenang ya, aku udah punya cadangan rencana untuk menghentikan semua ini, aku gak akan biarin Ferin pergi dan aku juga gak akan diam melihat Arco menyembunyikan perasaannya. Mereka berdua harus bersatu. Sudah cukup aku mengetes kesetiaan Ferin pada sahabatnya. Sekarang aku benar-benar yakin Ferin memanglah sahabat terbaik,” Renish lantas memeluk Indah. Dia memercayakan semuanya pada gadis itu.
Indah terus melirik jam tangannya, “tan, aku dari tadi gak liat Arco, dia kemana tan?” tanya Indah heran tidak melihat batang hidung Arco sejak tadi.
“Tadi dia pergi pas tante mencoba memastikan perasaannya terhadap Ferin, tapi tante tidak tau kemana dia sekarang,” jawab Arin.
“Kita mulai sekarang aja ya tan, di seluruh ruangan ini juga kan di pasang speaker. Aku yakin Arco pasti bisa mendengarnya,” Arin mengangguk setuju.
Indah pun menjalankan aksinya. Dia memerhatikan para sahabatnya yang tampak terkejut. Senyumannya mengembang karena akhirnya ia bisa menjelaskan semuanya. Usai kebenaran terbongkar dia segera berjalan menuju ruang make up.
Tak lama suara ketukan terdengar. Dia menolehkan kepalanya dan melihat para sahabatnya. “Kalian...”
Keke langsung berlari memeluk Indah. Air matanya keluar. Dia merasa bersalah karena sudah salah sangka. “Maafin gue Ndah,” Indah tersenyum membalas pelukan Keke.
“Gue gak nyangka kalau lo itu...” Keke tidak bisa melanjutkan kata-katanya.
Bila dan Leony pun ikut memeluk Indah, “kita kira lo udah beneran berubah,” kata Bila.
“Gue gak akan berubah kok, gue sayang sama kalian,” seru Indah dengan air mata yang sudah menitik.
“Kita juga sayang sama lo Ndah, maafin kita ya..” Indah mengangguk dengan tersenyum. Tangannya menyeka air mata yang keluar dari mata ketiga sahabatnya. Keke pun membalas menghapus air mata Indah.
“Udah yuk ah, kita harus bantu Arco cari Ferin,” kata Keke teringat dengan sahabatnya yang satunya itu. Mereka semua mengangguk. Keempatnya lantas keluar dari ruang make up.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Rival 2
Teen FictionFerina Nishardi, atau biasa dipanggil anak-anak lain itu Ferin, tetapi kalau sama gue ialah si Cewek Meler! Dia cantik, pinter, oke, dan satu lagi, dia itu lucu! Makanya gue seneng banget kalo ngeledekin dia! Arco Tirtana Pradipta, cowok pindahan ya...