17

879 71 8
                                    

Ferin menolehkan kepalanya ke kanan ke kiri.  Sesekali ia berjalan ke depan guru mencari kedatangan Arco.  Namun hampir setengah jam lebih cowok itu tak kunjung datang.

Sebersit rasa khawatir menghampirinya.   "Si Arco lama banget kok ya."  ujarnya sembari memainkan jemari. Kepalanya lagi-lagi ia tolehkan ke kanan dan ke kiri. Matanya terus mencari sosok Arco.

Menit demi menit terus berlalu.  Ia merasa tidak bisa jika hanya terus berdiam diri saja di sini.  Bagaimana jika ternyata terjadi sesuatu yang tidak-tidak dengan Arco? Bagaimana kalau ternyata Arco diterkam harimau? Atau diculik?

Perasaan Ferin makin tak karuan makanya ia memilih untuk keluar mencari Arco.  Ia tak mau kalau Arco kenapa-kenapa.

Dengan perlahan Ferin beranjak dari duduknya.  Tanah demi tanah ia pijaki. Ada beberapa jejak kaki yang ia sangka pasti milik Arco.  Ia pun memutuskan untuk mengikuti jejak kaki tersebut.

Ferin mengatur nafasnya sejenak,  namun tak lama hujan pun turun meengguyur seluruh tubuhnya.  Buru-buru ia memakai topi jaketnya.

Jeger!!
Jantung Ferin terkaget mendengar suara geludug yang menggelar. Rasa takut kembali menghampirinya.  "Arcooo.."  teriak Ferin sedikit lirih.

Ferin terus berjalan menerjang hujan.  Matanya terus mencari Arco. Dan sayangnya jejak kaki yang sejak tadi menuntunnya hilang terhapus hujan. Lp"Arco lo di mana?"  tanya Ferin lagi.  Namun tak ada sahutan dari si pemilik nama.  Hanya suara petir dan hujanlah yang menyahut setiap teriakan Ferin.

Tanpa sadar mata Ferin mulai mengembeng. Suara petir yang dahsyat sukses membuatnya merasa sangat amat ketakutan. Seluruh badannya pun basah.  Ia mulai merasakan dingin.

Dengan kaki yang masih terpogoh-pogoh, Ferin terus berjalan menyusuri hutan.  Ia tetap ingin mencari Arco.  Ia sangat takut terjadi sesuatu pada cowok itu.

Langkahnya pun perlahan melemah.  Luka di kakinya mulai terasa lagi.  Dengan mengatur pola nafas, Ferin berhenti di bawah pohon yang masih meneteskan rintikan air hujan yang lebat.

"Arco lo di mana sih? Gue udah gak kuat.. " seru Ferin menggigil tak karuan.  Giginya pun gemeretak.  Kedua tangan ia lipat berharap bisa mengurangi dinginnya air hujan.

Hujan makin melebat,  dan tubuh Ferin makin bergetar kedinginan.  Ia sudah tak kuat.  Suhu di sini sangat amat dingin baginya.  Ia juga merasa tak kuat lagi untuk berjalan. 

Perlahan penglihatannya semakin memburam. "Gak boleh! Gue harus kuat! Gue harus cari Arco!" katanya berusaha bangun lagi. Namun lagi-lagi ia terjatuh.  Sekali lagi ia mencoba,  dan apalah daya,  tubuhnya malah semakin melemah dan pandangannya pun mulai mengabur.

----

Drrrrtt...  Dddrrrttt...

"Iya Rin kenapa?"

"....... "

" Hilang? Kamu gimana? Bukannya mama bilang awasin dia! Kenapa bisa hilang pengawasan sih?"

"....... . "

" Ya udah kalau gitu kamu tunggu sana.  Mama mau ke sana sekarang."

--------

Di lain tempat Arco terus mencari sosok Ferin.  Dia terus memanggil nama gadis itu.  Sampai akhirnya matanya menemukan seseorang tergeletak di bawah pohon dengan tubuh yang basah kuyup.

"Ferin!!" seru Arco sangat tahu kalau orang itu pasti Ferin.  Karena hanya gadis itulah yang memakai jaket kesayangannya saat ini.

Arco berlari dengan cepat dan langsung berjongkok di depan Ferin yang sudah tak sadarkan diri. 

My Rival 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang