Keduanya kini saling diam memandang langit yang dipenuhi bintang. Hembusan angin menerpa wajah mereka. Sesekali Ferin juga mengelus kedua lengannya.
Dingin. Angin malam pun semakin dingin. Arco yang tanpa sengaja sedang menengok ke arah Ferin pun segera melepas jaket yang ia pakai, "lain kali kalo camping tuh bawanya jaket, jangan switter. Kecuali kalo kulit lo kulit badak gak apa apa dah." seru Arco seraya memakainya ke tubuh Ferin.
Sedikit terkesiap dengan sikap Arco, Ferin hanya memandangi cowok itu.
"Kenapa?" tanya Arco yang merasa risih dilihati seperti itu.
Ferin menggelengkan kepalanya.
"awas jangan sering sering ngeliatin gue kaya begitu. Ntar naksir berabeh." pede Arco membuat Ferin jadi malas.
"Kambuh kan kepedeannya. " sahut Ferin.
Arco pun tertawa. Kemudian kembali terdiam.
Ia merebahkan tubuhnya di tanah berumput. Dengan kedua tangan menopang kepala, ia tersenyum sejenak.
"Dasar gila. Kenapa lo senyum senyum sendiri?" tiba-tiba Ferin menyeletuk.
"elo yang gila. Ngapain lo ngeliatin gue terus sih? Sampe-sampe tau gue senyum senyum sendiri?" balas Arco.
"Lagian elo aneh. Biasanya banyak omong nah sekarang kebanyakan diem. Gue kan jadi heran. "
Lagi-lagi Arco hanya tersenyum.
Tanpa sadar Ferin pun ikut berbaring di samping Arco.
"He.. Ngapain lo ikut tiduran. Bangun gak!!!" seru Arco mendorong-dorong tubuh Ferin.
"Ih apaan sih lo. Suka suka gue lah. Emang lo doang apa yang boleh tiduran di sini.?" sahut Ferin mencoba mengelak dorongan Arco.
"Bukan begitu. Ntar kalo ada yang liat bisa bisa ada gosip aneh. Males banget gue di gosipin sama elo, si cewek meler." kata Arco masih mencoba mendorong tubuh Ferin.
"ih gue juga ogah yah cowok nyebelin." balas Ferin.
"Ya udah kalo ogah sana bangun. "
"Nggak! Lo aja sana yang bangun. Kan gue duluan yang di sini."
"Ih gitu.. Kan gue duluan yang tidur di sini. Jadi elo yang bangun sekarang."
"Nggak mau Arcoooo... "
Arco pun langsung mendekap mulut Ferin.
"hmm.. Hmmm.. Hmmm.."
"Berisik tau gak sih lo.." kesal Arco masih tetap membekap mulut Ferin.
Ferin memukul-mukul tangan Arco yang membuat mulutnya jadi sulit berbicara. Ditambah juga sedikit menutupi hidungnya malah tambah membuatnya susah bernafas.
Karena kesal, Ferin pun menggigit tangan Arco yang langsung menghasilkan ringis sakit.
"Sakit Rin.. " kata Arco setelah melepas tangannya.
"sukurin.. Siapa suruh bekep mulut gue. Kan jadi susah nafas tau."
"ckckckck.. Dua orang ini. Gak di sekolah, gak di sini, gak di mana mana selalu aja mesra mesraan." suara seseorang muncul dari belakang mereka.
"Keke? Lo bukannya tadi tidur?" tanya Ferin heran melihat satu sahabatnya yang tiba-tiba sudah ada di belakang nya.
"Iya.. Tapi gara-gara denger suara teriakkan terpaksa ni mata gue melek. Lagian kalian ngapain sih berduaan di sini!? " tanya Keke
KAMU SEDANG MEMBACA
My Rival 2
Teen FictionFerina Nishardi, atau biasa dipanggil anak-anak lain itu Ferin, tetapi kalau sama gue ialah si Cewek Meler! Dia cantik, pinter, oke, dan satu lagi, dia itu lucu! Makanya gue seneng banget kalo ngeledekin dia! Arco Tirtana Pradipta, cowok pindahan ya...