24. Peri Kecil

107 19 3
                                    

Semua orang hidup dengan topeng terbaik mereka.

-Pesawat Kertas-

Selamat membaca~
..
..
..

"Ren pulang!" Ren melepas sepatu di depan pintu dan merapikan letaknya. Cowok itu melangkah lemas memasuki rumah minimalis terbuat dari kayu jati yang kuat ini.

Bukan seperti rumah kuno, tempat tinggal Ren malah memiliki nuansa klasik namun elegan ala perumahan lama dari Negeri Matahari Terbit, tempat kelahirannya.

Langkah kaki tergesa terdengar jelas karena lantai terbuat dari kayu, semakin mendekat pada Ren yang baru saja hendak menggeser pintu kamarnya.

"Okaeri!" sambut seorang bocah perempuan dengan senyuman lebar. "Okaerinasai, Kakak Ren!"

Ren menoleh, senyumnya langsung merekah. Ia mendekat ke arah gadis kecil itu dan lantas berlutut untuk menyejajarkan tingginya.

"Selamat Sore, Rin," sapa Ren, lembut seperti biasa. "Rin udah makan?"

Rin mengangguk semangat. "Mama hari ini masak enak, Kak Ren harus makan juga!" jawabnya bersemangat.

Ren mengangguk walau ia tahu Rin tidak bisa melihatnya karena gadis kecil itu istimewa.

"Rin, tongkat kamu di mana?" tanya Ren, tidak melihat tongkat kayu cokelat buatan Kakeknya yang biasa dipakai Rin sebagai penuntun.

Rin malah memamerkan deretan gigi putihnya. "Tadi Rin lagi beresin mainan, terus dengar suara Kak Ren. Karena buru-buru, tongkatnya jatuh, Rin nggak bisa nemuin," katanya. "Tapi tapi! Tadi Rin bisa sampai di depan Kak Ren nggak pakai nabrak segala, nggak kesandung karpet juga! Rin pintar dong udah hafal isi rumah ini!"

Ekspresi Ren berubah sendu, ia sebenarnya merasa kasihan dan juga bersalah mengenai keadaan Rin. Sebenarnya Rin tidaklah seperti ini sejak lahir, bocah 11 tahun itu mengalami kecelakaan dua tahun lalu saat hendak menjemput Ren di sekolah bersama sang Nenek.

Nasib malang menghampiri saat anak kecil dan wanita tua itu hendak menyeberang jalan, bahkan belum sampai menginjak garis zebracross. Sebuah mobil yang dikendarai oleh anak muda dalam kondisi mabuk melaju kencang ke arah keduanya. Kejadian naas itu tidak bisa dihindari.

Nenek meninggal di tempat kejadian, sementara Rin sempat kritis. Sampai beberapa bulan kemarin, Rin masih harus memakai tongkat untuk berjalan. Dokter bilang kaki Rin masih bisa disembuhkan, tapi tidak dengan pengelihatan anak malang itu.

Keluarga Ren tidak cukup mampu untuk membiayai operasi Adiknya, apalagi Kakek yang jatuh sakit tidak lama setelah Nenek meninggal dan ikut menyusul. Terakhir kali Kakek sempat membuatkan sebuah tongkat dari kayu untuk Rin.

Mama Ren hanya bekerja di sebuah warung makan dengan pendapatan yang cukup untuk keperluan sehari-hari. Ren berjuang membantu sang Ibu dengan berbagai cara. Ikut berbagai lomba di bidang fotografi, modeling, aeromodeling, bahkan membantu di bengkel dekat rumah.

Cowok itu juga terkadang ikut photoshot untuk promosi brand pakaian, tidak semewah merk terkenal namun cukup untuk membantu ekonomi keluarga Ren dan biaya sekolahnya yang setengah dari itu sudah ditopang beasiswa prestasi non-akademik miliknya.

Karena itu, Ren lebih memilih mengerjakan tugas kelompok di sekolah. Saat keluar dari lingkup sekolah, Takahashi Ren si patner ngerandom Kana ini akan berubah menjadi sosok pekerja keras demi Mama dan Peri kecilnya, Takahashi Rin.

"Mama tadi pulang buat masakin Rin?" tanya Ren, tangannya bergerak mengusap air mata yang lancang mengalir.

Rin mengangguk. "Habis itu Mama pergi lagi, katanya Kak Ren bentar lagi pulang, tapi ternyata agak lama. Kakak nggak ada masalah, kan, di sekolah?"

Pesawat Kertas [SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang