13. Tawaran Rafael

132 18 5
                                    

Cara dia menyapa dengan pesawat kertas memang menyebalkan, apalagi kalau kena kepala. Tapi ada masa di mana aku menanti pesawat kertas buatannya melintas. Setidaknya saat itu aku tahu, dia ada di sekitarku.

-Pesawat Kertas-

Selamat membaca~
...
...
...

DI SINI SENANG
DI SANA SENANG
SEMUA SENANG, WAKTUNYA PULANG!
LALALA LALALALALA~

Kana dan Fatia berdendang di sepanjang koridor, mereka melangkah riang sambil menyapa anak-anak kelas tetangga.

"Yo, wassap Kinara!" sapa Kana pada si kacamata dari kelas Alam1.

"Halo, Kana, Fatia. Baru mau pulang?"

"Iya, soalnya baru bel juga," jawab Kana.

"Kalau pulang dari tadi, nanti dirazia Pak Bagi!" tambah Fatia.

Mereka bertiga tertawa dengan kerandoman tiada tara itu, membuat anak-anak yang hendak turun lewat tangga mencuri pandang.

"Kanayaaa!"

Kana berbalik, ia melihat Ana berlari dari arah kelasnya. Tapi langkah cewek itu tertahan di depan kelas Alam2 karena tiba-tiba Gama muncul dari dalam ruangan.

"Kenapa lari-lari?" tanya Gama.

Ana menggeleng, lalu melangkah mendekati Kana. "Udah sembuh, Na?" tanyanya, bersemangat. Ana baru tahu kalau hari ini Kana masuk sekolah.

"Udah, dong!" Kana memainkan alisnya. "Tadi gue ke kantin tapi enggak ketemu juga sama lo, lagi sibuk apa, sih?"

"Anak mading persiapan lomba, seharian gue di ruang mading."

Padahal tadi Kana lewat ruang mading saat pergi ke ruang asking bersama Jevas. Tapi karena pintu ruang itu tertutup rapat, Kana jadi tidak tahu ada Ana di sana.

"Mau pulang bareng nggak?" tawar Ana, memegang kedua tangan Kana.

"Hei, enggak lihat gue ada di sini?" tanya Fatia. "Lagian masa mau bonceng bertiga naik motor Gama? Jangan ngada-ngada, besti."

"Iya, juga." Ana meringis. "Naik taksi aja, yuk, bertiga."

"Bertiga?" Gama tau-tau sudah berdiri di samping Ana. "Aku nggak diajak?"

"Kamu pulang sendiri, kan bawa motor? Aku mau bareng Kana," kata Ana.

"Tadi katanya mau mampir beli bungan buat Ibu dulu?"

"Nanti aja, atau kamu ngikutin taksinya di belakang? Habis antar mereka baru beli bunga."

"Oh jangan begitu, kawan." Kana menengahi. "Gue sama Fatia pulang berdua aja, kapan-kapan pulang bareng, ya, An. Sekarang lo sama Gama dulu, kan ada urusan."

"Yahh." Bahu Ana melemas. "Kapan-kapan, ya? Oke? Mau ajak nongkrong dulu soalnya. Oke? Janji, Na?"

"Nggak bisa janji tapi diusahain." Kana mengacungkan jempol tangan kanannya. "Hati-hati kalian berdua!"

Ana dan Gama melambaikan tangan, lalu dua sejoli itu turun tangga bersama. Fatia geleng-geleng setelahnya.

"Sungguh, hubungan rumah tangga yang bikin iri. Mereka udah berapa tahun, sih?"

"Tujuh belas," jawab Kana.

"Ha?" Fatia sampai ternganga. "Pacaran dari lahir? Wah, legend juga."

"Lo nanya lama pacaran mereka?" tanya Kana yang merasa respons Fatia tidak nyambung.

"Iya, lah! Lo pikir apa?"

"Gue kira umur mereka." Kana cengengesan. "Dari awal naik kelas delapan, sekarang mau kelas dua belas. Hitung aja."

Pesawat Kertas [SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang