32. Pulang

111 14 4
                                    

Maaf karena belum bisa jadi tempat pulang untukmu saat tempat yang kamu anggap rumah tak lagi terasa kenyamanannya, tak lagi aman, dan tak bisa memberimu kebahagiaan.

Tapi aku ingat satu kalimat indah dari salah satu karakter anime kesukaanku ini;

"A place where someone still thinks about you is a place you can call home."

Selama kita berjarak, kamu mendominasi pikiranku setiap hari. Jadi, bolehkah aku jadi salah satu orang yang kamu anggap rumah?

~Pesawat Kertas~

Selamat membaca~

***

"Kana!"

Kana menulikan telinga dan malah berlari memasuki tempat hiburan malam itu begitu turun dari mobil Jevas.

"Buruan, Vas!" Ren segera menyusul Kana, khawatir karena tempat ini adalah salah satu tempat rawan dan bisa bahaya untuk cewek itu.

Sementara Jevas masih berdiri tak jauh dari mobilnya, menatap pintu kaca di depan sana. Kedua tangannya terkepal.

"Sial, kenapa gue harus ke tempat ini lagi?"

Di dalam sana, Kana kaget luar biasa dengan apa yang dia lihat. Ada banyak orang menari diiringi musik yang memekakkan telinga. Bau alkohol menusuk hidung dan membuat kepalanya pusing.

Tapi, bukan saatnya mengeluh.

Kanaya, dengan tubuh yang tidak terlalu tinggi, harus berjinjit sambil celingukan untuk menemukan sosok Fatia.

Beberapa menit lalu saat mobil Jevas melanju di tengah jalanan senggang, cowok itu mendapat telpon dari Rio, katanya dia bertemu dengan Fatia di tempat ini. Tanpa pikir panjang, Kana langsung meminta Jevas banting setir ke lokasi yang dimaksud Rio.

Di sinilah Kana berada, dengan kepala yang sudah berdenyut nyeri bahkan sejak mendengar kabar bagaimana keadaan Fatia begitu Rio bertemu dengan cewek itu.

Kana masih berusaha menemukan sosok Fatia dari banyaknya orang yang sedang bersenang-senang di bawah pengaruh minuman. Sampai-sampai ia tidak sadar seseorang berdiri di belakangnya cukup dekat.

"Na." Ren datang, menarik Kana agar menjauh dari orang tidak dikenal itu.

Kana menoleh cepat, kaget dengan gerakkan tiba-tiba Ren. Cowok itu menyampirkan jaket pada Kana, padahal seharusnya Ren lebih membutuhkan jaket untuk menutupi seragam sekolah yang masih melekat di badannya.

"Ke sini," ajak Jevas, muncul di samping Ren. Cowok itu mengarahkan agar mereka lewat sisi ruangan menuju tempat yang dimaksud Rio, seolah sudah hafal setiap sudut tempat ini.

Kana dan Ren mengekor tanpa banyak tanya, sampai akhirnya netra mereka menangkap sosok Rio yang sedang mencengkeram kerah jaket seseorang.

BUGH!

Kana berputar menghadap Ren, tepatnya Ren lebih dulu menarik bahu Kana agar tidak melihatnya. Rio baru saja memukul orang itu.

"Ngapain si Rio bikin ribut," desis Jevas, kekesalannya ikut tersulut. Semua hal yang berhubungan dengan tempat ini membuat emosi Jevas tidak stabil.

"Berdiri lo!"

"Mati nanti itu bocah." Jevas melangkah cepat dan mendorong Rio mundur sebelum memukul cowok itu lagi. "Lo ngapain, ha?!"

"Rio! Rio! Lo ngapain, anjir?! Baru gue tinggal bentar udah ngamuk aja!" Teman Rio datang dengan wajah panik. "Ada apa, nih?"

"Gue baru datang, Rio lagi gebukin cowok ini. Siapa dia?"

Pesawat Kertas [SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang