64. Tentang Cilo

98 12 5
                                    

Halo~

Depram di sini, balik lagi sama cerita Kanaya dan teman-temannya!

Yeiy, ternyata Rabu masih bisa update! Aku lagi lancar banget ngetik cerita ini. Apa artinya Pesawat Kertas harus segera tamat? Haha

Jangan lupa vote, komen, dan share ke teman-temanmu, ya!❣️

Selamat membaca~

***

64. TENTANG CILO

Lo mirip gue, kalau lagi ada masalah larinya ke pohon

~Pesawat Kertas~


Mobil hitam Papa Sofian berhenti di halaman rumahnya, ia baru pulang sore setelah seharian sibuk mengurus perlengkapan pernikahan dengan Tante Herlina. Pria itu menghela napas, lalu tersenyum sebelum keluar dari mobil.

Pintu rumah yang terbuka menandakan putri tunggalnya pasti ada di rumah. Tadi pagi Kana izin ingin keluar dengan Orlando, calon putra tirinya. Papa Sofian senang karena ternyata Kana dan Orlando sudah akrab.

"Assalamu'alaikum, Papa pul--"

"PAPAAAAA!"

"Kanaya?" Papa mundur satu langkah saat tiba-tiba Kana menubruknya setelah berlarian dari arah dapur dengan pipi berlinang air mata. "Ada apa?"

"Papa. Cilo, Pa. Cilo. Tolongin Cilo." Kana meracau.

Menyadari tubuh Kana gemetar ketakutan di rengkuhannya, Papa langsung mengusap punggung sang putri. Memberikan ketenangan pada usapan lembut itu. Perlahan Kana mulai tenang, isakan pelannya masih terdengar namun tubuhnya tidak lagi gemetar seperti tadi.

"Tenang dulu," ucap Papa, lalu melepaskan pelukannya sehingga Kana bisa mundur memberi jarak. "Sekarang cerita pelan-pelan, ada apa?"

Ditanya seperti itu, kedua mata Kana kembali memanas. Air mata kembali leleh melewati pipi putihnya.

"Tadi Cilo kan datang, Pa. Kana kasih makan kayak biasa. Tapi-- tapi..."

"Kenapa?"

"Dia muntah-muntah. Sekarang masih di pintu belakang. Kana nggak tau harus gimana soalnya Kana takut mau mendekat. Papa..." Kana mencengkeram kedua lengan Papa, ia takut bukan main. "Kalau Cilo kenapa-kenapa gimana? Kana nggak mau. Kana takut." Ia menggeleng cepat. "Kana takut Shaka akan benci Kana nanti."

"Kanaya, tenang." Papa mengambil tangan Kana dan menyatukannya di dalam genggaman pria itu. "Sekarang kita bawa Cilo ke dokter, dia pasti baik-baik saja."

"Iya? Papa serius? Cilo akan baik-baik aja?"

Salah satu kelemahan Kana di saat seperti ini adalah ia butuh validasi yang kuat agar mentalnya tidak semakin terguncang. Entah bohong atau tidak, selama orang yang ditanya menjawab dengan nada yakin, Kana akan percaya.

Karena bagi Kana, kebohongan seperti itu justru akan membuatnya yakin dan berani menghadapi. Kalau orang yang ditanya menjawab dengan ragu bahkan pesimis, ia akan semakin kacau. Kanaya dan pikirannya yang terkadang sulit dikendalikan. Manusia word of affirmation ini sangat butuh kata-kata penenang saat ini.

Papa mengangguk. "Ayo antar Papa ke Cilo, kita pergi ke klinik Dokter Elen."

Kana tidak tahu siapa Dokter Elen, ia hanya mengangguk dan langsung mengantar Papa menuju tempat Cilo. Kucing jantan itu sudah tergeletak namun kedua matanya masih terbuka.

Pesawat Kertas [SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang