63. Cerita Orlando

91 10 2
                                    

Halo~

Depram di sini, balik lagi sama cerita Kanaya dan teman-temannya!

Update pertama di bulan Desember! Semoga selalu sehat dan semangat!

Aku update lebih awal karena Rabu kayaknya bakal nggak sempat :)

Part ini lebih panjang dari biasanya, cari tempat nyaman dan camilan sebelum baca^^

Jangan lupa vote, komen, dan share ke teman-temanmu, ya!❣️

Selamat membaca~

***

63. CERITA ORLANDO

Takdir yang ditulis untuk dia sangat kejam, gue benci takdir tulisan keluarga kami

~Pesawat Kertas~

***

Minggu pagi, masih sangat pagi untuk hari yang seharusnya dipakai santai-santai oleh para pelajar. Hari santai yang hanya akan berlangsung sampai sore hari, karena malamnya kembali ke aktifitas semula; mengerjakan tugas dan meratap karena besok sudah Senin lagi.

Kanaya Naysila, remaja cantik yang kebetulan hari ini bangun jauh lebih awal dari biasanya. Sepagi ini sudah berada di tempat yang ditentukan Orlando untuk bertemu, mereka sudah janjian sejak malam itu.

Tempat Pemakaman Umum, atau biasa disingkat TPU.

Dengan setelan santai panjang-panjang, Kana melangkah melewati jalan setapak pembatas antar blok pemakaman ini. Tangan kanannya memegang tali slingbag yang ia bawa, sementara tangan kirinya mengusap lengan kanan seperti gestur kedinginan. Memang, sih, sepagi ini udara masih dingin. Apalagi kemarin hujan, embun-embun terlihat bergelayutan di permukaan rumput.

Sebenarnya, Orlando meminta Kana menunggu di depan gapura masuk saja kalau cewek itu datang duluan. Tapi daripada berdiri sendiri di depan gapura dan malah dikira penunggu TPU, Kana memilih masuk seorang diri. Ia ingin mengunjungi makam seseorang yang beberapa waktu lalu sudah ia datangi.

"Assalamualaikum, Mama," sapa Kana pada sebuah makam yang selalu terurus. Ada bunga baru di dekat nisan, membuat Kana tersenyum melihatnya. Pasti kemarin Papa pulang terlambat karena mampir dulu mengunjungi makam Mama.

Kana senang karena Papa masih sering datang walau sekarang sibuk dengan urusan kantor dan persiapan pernikahan. Pria itu tidak pernah lupa sosok Mama yang dulu selalu ada di sampingnya, menjadi wanita paling Papa cintai, juga cinta pertama Papa. Kebersamaan mereka adalah alasan Kana ada, ia lahir berkat cinta dua insan yang kini telah dipisahkan oleh takdir. Walau raga Mama sudah tidak ada, kasih sayang dan kenangan itu akan selalu menyertai Kana dan Papa.

"Maaf, Ma, Kana nggak bawa bunga soalnya tadi ke sini mau janjian sama Orlando-- tapi, bukan berarti Kana nggak ada niat mengunjungi Mama," koreksi Kana cepat sebelum Mama salah paham dan sedih. Ah, biasanya kalau seperti ini, Mama hanya akan menatap Kana yang salah tingkah lalu tertawa kecil. Kemudian tangannya dengan lembut membelai puncak kepala Kana dan mengecup keningnya.

Kana masih sangat ingat tentang hal-hal kecil yang dilakukan Mama untuknya. Tiba-tiba ada rasa gelisah dan ragu menyelimuti hatinya, dan terlintas beberapa pertanyaan yang memang sudah sejak lama muncul di pikirannya.

Apakah Tante Herlina akan memperlakukan Kana sebaik Mama dulu?

Apakah Kana diterima? Apa Orlando mau berbagi kasih sayang Tante Herlina dengannya?

Pesawat Kertas [SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang