72. Terlalu Berharga

102 10 2
                                    

Halo~

Depram di sini, balik lagi sama cerita Kanaya dan teman-temannya!

Jangan lupa vote, komen, dan share ke teman-temanmu, ya!❣️

Selamat membaca~

***

72. TERLALU BERHARGA

Teman seperti dia terlalu berharga untuk dilepas, Kinara tidak akan melakukan hal sebodoh itu dalam masa remajanya.

~Pesawat Kertas~

***

"Shaka!"

Kana menendang pintu cokelat di depannya dengan tidak sabaran hingga benda itu terdorong cukup keras dan membentur tembok. Ia membungkuk sambil terbatuk, kelelahan karena menaiki tiga tangga dengan berlari agar sampai di tempat tertinggi SMA Satu Nusa, rooftop.

Ini adalah tempat terakhir yang menjadi tujuan Kana, ia sudah mengelilingi seluruh sekolah untuk mencari Shaka. Tidak melewatkan ruang guru, belakang gedung olahraga, ruang-ruang kosong dan gudang, bahkan toilet cowok. Tapi Shaka tetap tidak terlihat.

Kana menunduk seraya memegangi kepala, ia menggeleng cepat setiap kali perkataan Laluna kembali terngiang. Tidak, itu tidak benar. Shaka pasti masih ada di sini, di suatu tempat.

"Kana." Orlando yang sejak tadi mengikuti ke mana pun Kana pergi, berjalan mendekati cewek itu. Kondisi Kana sangat kacau, seragamnya awut-awutan, apalagi wajah yang memerah dan basah karena air mata.

Kana yang kini duduk jongkok di ambang pintu rooftop, mengangkat kepala untuk menatap Orlando. Pandangannya buram karena tertutup genangan air mata, bibirnya bergetar menahan isakan.

"Berdiri," pinta Orlando, memegang kedua bahu Kana dan mengajak cewek itu beranjak dari posisinya.

Orlando menutup pintu rooftop agar cahaya terik matahari tidak masuk, lalu kembali pada Kana yang diam menunduk dalam.

"Ayo ke kantin," ajak Orlando. "Kita belum sarapan karena tadi berangkatnya buru-buru."

"Enggak mau." Kana menggeleng. "Enggak mau makan, maunya ketemu Shaka. Do, antar gue ke Shaka, ya? Please."

"Makan dulu. Shaka nggak akan suka lihat lo sakit, yang ada lo kena omel dia," balas Orlando.

"Tapi habis makan diantar ketemu Shaka?"

Orlando menghela napas. "Hn."

Tapi gak janji.

***

"Tenang banget dia kayak nggak tidur sebulan." Gabriel duduk di sebelah Orlando yang kini lesehan di ruang musik, perhatian cowok itu tidak teralih dari Kana yang tidur di atas sofa panjang berselimut jas pengos hasil merampas milik Gama.

Setelah makan di kantin, Kana bilang dia mengantuk. Alih-alih ngomel dan menyeret bocah itu ke kelas, Orlando malah mengajaknya ke ruang musik. Karena tempat ini lebih aman untuk kabur saat jam pelajaran daripada UKS. Kebetulan sekali ada Gabriel yang juga sedang bolos kelas.

"Kabar yang gue dengar itu benar, Lan?" tanya Gabriel. "Nyokap bokap kalian bakal nikah?"

Orlando tidak kaget lagi mendengar pertanyaan ini, mengingat ada Sasa si biang gossip dan Fatia parternya ikut menjenguk di rumah sakit kemarin. Pasti mereka yang menyebar berita ini sampai terdengar kelas sebelah.

Pesawat Kertas [SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang