53. Pendengar Yang Baik

115 13 5
                                    

Karena ada banyak orang yang enggak mau lo luka, enggak mau kehilangan lo. Cilo dan gue salah satunya.

~Pesawat Kertas~

Selamat membaca~

***

Acara makan malam itu selesai pukul delapan lebih, Kana lupa membawa obatnya sehingga pertemuan itu harus diakhiri. Lagi, Kana mengacau acara makan bersama dengan Tante Herlina.

"Kana, sudah minum obat?" tanya Papa begitu Kana keluar dari kamar.

"Sudah," jawab Kana, menghampiri Papa dan berhambur memeluk pria itu. "Maaf, Pa. Gara-gara Kana makan malamnya jadi sebentar."

Papa mengusap puncak kepala Kana dan mengecupnya sekali, pria itu tersenyum lembut. "Bukan salah Kana, Papa memang sudah bilang pada Tante Herlina kalau tidak bisa lama-lama. Lain kali kita bisa makan bersama lagi," kata pria itu.

"Karena Kana 'kan?"

"Bukan." Papa menggeleng. "Tante Herlina ada urusan juga, jadi nggak bisa lama-lama."

"Jangan merasa bersalah, Kana. Papa senang kamu mau datang tadi, sekarang kamu istirahat ya, besok Papa antar ke sekolah," kata Papa. "Kamu nggak bareng Shaka 'kan besok?"

Mendengar pertanyaan itu membuat Kana ingat kalau ia sedang menunggu pesan dari seseorang sejak tadi. Kana buru-buru masuk kamar untuk mengambil ponsel di slingbag yang tadi ia bawa.

"Ada apa, Kana?" tanya Papa, menyusul Kana yang terlihat panik.

"Dibalas!" Kana memekik. Ia langsung membuka pesan dari Shaka yang masuk beberapa menit lalu. Beruntungnya, Shaka masih terlihat online.

"Kana?"

Kana berbalik, kaget Papa berdiri tidak jauh di belakangnya. Pria itu mendekat dengan raut wajah khawatir, tapi perasaannya lebih tenang melihat Kana tersenyum lebar seperti itu.

"Ada apa?"

"Shaka," jawab Kana, tidak bisa menahan senyumnya. "Boleh Kana ketemu Shaka, Pa? Sebentaaar aja, mau kasih makan Cilo juga. Ya?"

Papa tidak langsung menjawab, pria itu sempat melirik jam di atas nakas Kana sebelum kembali menatap Putri tunggalnya.

"Sebentar? Di luar dingin habis hujan."

Kana mengangguk cepat, ia berjijit untuk mencium pipi kiri Papa sebelum berlari keluar kamar.

"Kana sayang Papaa!"

Papa menggeleng heran dengan senyuman merekah di bibirnya. Sebenarnya sosok seperti apa cowok bernama Shaka ini sampai mendengar namanya saja sudah membuat Kana kegirangan seperti itu? Apa Kana sedang merasakan cinta pertamanya?

***

"Arshaka!"

Shaka yang berdiri di depan gerbang rumah Kana langsung berbalik, di dekat kaki cowok itu ada Cilo yang berputar-putar mengejar ekornya sendiri.

"Hai, Cilo," sapa Kana begitu sampai di depan Shaka. Caper dulu ke majikan supaya mengesankan di mata babunya.

"Cilo sakit, dia jadi agak manja, makanya ikut ke sini," kata Shaka. "Enggak apa-apa 'kan?"

Kana menatap cowok itu, kaget selama beberapa saat dengan penuturan Shaka mengenai keadaan Cilo. Detik berikutnya, Kana tersenyum seraya menggeleng pelan.

"Kalau gitu ngobrol di teras rumah gue gimana? Sekalian Cilo makan, di rumah gue masih ada makanannya si Cilo," saran Kana.

"Boleh." Kana kira akan ada drama penolakan dan berdebat, ternyata Shaka langsung menyetujui.

Pesawat Kertas [SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang