50. Terbongkar

85 11 1
                                    

Saya bisa jadi iblis yang mengamuk dan merusak sekolah ini dari dalam. Itu yang anda mau?

~Pesawat Kertas~

Selamat membaca~

***

Bianca langsung berhenti memberontak mendengar ucapan Pak Sogi, matanya menyorot kosong, kata-kata pria itu terngiang di kepalanya, terputar berkali-kali seolah memukul-mukul tanpa ampun pertahanannya yang dijaga mati-matian agar tidak merubuhkan ruangan ini.

"S-saya dikeluarkan?"

Mendengar suara Barbara, Bianca lepas kendali. Ia menyentak tangan Barbara yang melemas juga cekalan Gama dan langsung menghampiri Kinara, memberi pukulan telak yang membuat cewek itu langsung pingsan.

"MULUT SAMPAH LO, SIALAN! SIAPA YANG NYURUH LO! BILANG! GUE MATIIN SEKARANG ORANGNYA!"

"BIANCA!" Bu Tantri menarik Bianca dan langsung memberi tamparan sangat keras sampai mendengar suaranya saja sudah ikut merasa ngilu. "Jaga sikap kamu. Masih untung kamu dikasih kesempatan, mau kamu dikeluarkan kayak Barbara?!"

"PMR." Laluna memberi isyarat pada pengurus OSIS yang bertugas di luar.

Bianca menatap Barbara yang masih terdiam, shock. Ada rasa sakit dan tidak rela melihat raut wajah putus asa Barbara. Bianca tahu benar, Barbara punya mimpi yang harus diraih kalau ia ingin tetap hidup.

"Keluarin saya, tapi jangan Barbara," ucap Bianca tegas.

"Kamu?" Bu Tantri mengernyit. "Saya tau, setiap perbuatan kamu otaknya ada di Barbara. Dari dulu dia pembuat masalah. Mungkin kalau kalian dipisah, kamu dan dia bisa berubah."

"Bisa. Saya bisa jadi iblis yang mengamuk dan merusak sekolah ini dari dalam. Itu yang anda mau?" tanya Bianca balik. "Punya dendam apa anda sama kami sampai segininya?"

"Gama, bawa mereka keluar, kasus ini selesai. Mereka pelakunya." Bu Tantri hendak kembali ke bangkunya saat mendengar suara Gama yang sejak tadi teredam.

"Saya tidak setuju, Bu," kata cowok itu. "Kinara belum tentu jujur. Kenapa Bu Tantri tidak mendengar penjelasan dari Bianca dan Barbara dulu? Mereka juga berhak bersuara. Lagipula tidak ada bukti yang mengarah ke mereka berdua."

"Kamu melindungi mereka, Gama?" Bu Tantri heran. "Kamu ini ketua OSIS, seharusnya tau kalau tindakan seperti ini sudah masuk kejahatan serius. Kalau dimaafkan, yang lain bisa ikut-ikutan."

"Justru karena itu, saya ingin suara kedua belah pihak didengar. Kita juga belum mendengar kesaksian korban. Ada jalur damai yang bisa ditempuh, kenapa harus memakai cara gegabah seperti ini?" Gama membalik keadaan. "Mohon maaf sebelumnya. Saya tidak setuju dengan keputusa Bu Tantri dan Pak Sogi."

"Kami," sahut Laluna. "Kami semua tidak setuju dengan keputusan itu. Masih ada waktu untuk menyelidikinya."

Laluna melirik Kinara yang masih terbaring di sana, menunggu kedatangan PMR yang dipanggilnya beberapa waktu lalu.

"Kinara terlihat gelisah dan takut saat hendak menjawab, dia sedang berada di bawah tekanan. Entah karena takut mengakui kalau dia memang salah, atau.... takut pada seseorang yang ada di balik kejadian ini." Laluna menatap Bianca saat mengatakan kalimat terakhirnya.

"Maksud lo apa ngelihatin gue gitu? Lo nuduh gue juga?!"

"Gue nggak bilang gitu, Bi. Lo kenapa marah?" Laluna tersenyum. "Atau memang lo pelakunya?"

"SIALAN!"

PMR datang dan langsung mengangkat tubuh Kinara yang tergeletak lemas, tadi Laluna hanya memindahkan kepala Kinara ke pangkuannya setelah mengendurkan dasi, sepatu, dan ikat pinggang cewek itu.

Pesawat Kertas [SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang