14. Lagu Untuk Dia

136 17 2
                                    

Kalau muncul wajah seseorang saat kamu dengar lagu itu, berarti lagunya untuk dia.

-Pesawat Kertas-

Selamat membaca~
...
...
...

"Hah? Apaan tuh?" Kana menyipitkan mata saat melihat sosok di pojok kelas, di pojok baca. "Hantu Fatia, ya?!"

Sosok dengan rambut hitam panjang diurai itu menoleh, rambutnya jatuh karena basah. Entah lepek atau habis keramas dan belum kering.

"Lah, beneran hantu Fatiaaa?!" Kana heboh.

Kelas masih sepi dan hanya ada sosok itu yang berdiri di pojok kelas. Kana sengaja berangkat pagi karena hari ini ia piket, sekalian mau mencocokkan jawaban tugas kemarin dengan Orlando seperti biasanya.

Kana pintar, cuma kurang percaya diri saja.

"Ribut banget lo masih pagi." Sosok mirip Fatia itu menjawab. "Gue Fatiaa."

"Ha? Beneran?" Kana mendelik curiga. "Kesambet apa lo berangkat pagi banget? Belum ngerjain PR?"

"Udah dong!" balas Fatia. "Kemarin minta contekan Cika." Cewek itu cengengesan.

"Udah gue duga, sih." Kana duduk di bangkunya. "Jadi, ada apa gerangan anda berangkat sepagi ini? Mau bantuin gue piket? Apa mau gantiin?"

"Sorry, gue bukan babu lo."

Kana tertawa. Ia beranjak setelah menggantung tas di samping meja dan memastikan laci mejanya kosong. Kana ke pojok ruangan, di sana ada lemari tinggi tempat barang-barang kebersihan kelas disimpan agar tidak berantakan.

"Nih, gue nyapu, lo yang bersihin meja." Kana melempar kemoceng pada Fatia.

"Harus banget?" tanya Fatia, menatap malas kemoceng bulu itu.

"Enggak, sih, kalau lo punya hati boleh banget bantu. Kalau enggak, ya udah keluar aja lo. Jangan menghambat pekerjaan mulia gue."

"Idiw, bahasa lo tinggi banget." Walau tampak ogah-ogahan, Fatia tetap membantu Kana. "Piket sendiri lo?"

"Enggak, nama para petugas tercantum jelas di papan piket. Tapi yang sadar diri sedikit, sisanya pura-pura hilang otak."

Fatia tertawa mendengar itu, lalu melanjutkan bersih-bersih meja dan kursi, lalu lanjut ke bagian atas loker dan jendela kaca.

"Lihat, matahari belum muncul. Kita kepagian?" tanya Fatia. "Masih subuh."

"Subuh, pala lo. Mendung tuh, nggak lihat apa?"

Fatia terkikik. "Mendung, pantas aja muka lo muram."

"Lah apa hubungannya sama gue?"

Kana dan Fatia menoleh saat mendengar langkah kaki mendekat, sosok Orlando berhenti di depan pintu, cowok itu sempat kaget melihat ada orang di kelas. Padahal biasanya di hari piket, dia berangkat paling pagi.

"Selamat pagi, Orlando Joash!" sapa Kana, ceria. "Udah ngerjain PR?"

Raut wajah Orlando langsung berubah, ia tahu maksud Kana bertanya seperti itu.

"Gue udah berangkat pagi banget, bagian piket lo gue kerjain sekalian. Jadi, boleh dong lihat jawaban PR lo?"

"Oh, jadi begitu niat lo berangkat pagi?" Fatia mengangguk-angguk paham. "Gue juga bantu-bantu nih, Lan, boleh bagi juga dong?"

"Gak," jawab Orlando singkat, lalu melangkah menuju bangkunya.

"Yaah, yaah. Kok gitu sih?" Kana mendekati Orlando. "Gue udah buat PR, kok, tinggal dikoreksi aja."

Pesawat Kertas [SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang