15. Anak Band

118 16 3
                                    

Memang, ya, kita harus merasakan sakitnya perpisahakan agar bisa menghargai sebuah pertemuan dan keberadaan seseorang.

-Pesawat Kertas-


Selamat membaca~
...
...
...

Kana masih penasaran dengan obrolannya dan Orlando tadi di kelas, apa yang cowok itu maksud dengan lagu itu buat dia?

Sekarang, Kana berdiri di depan ruang musik, mengintip dari celah pintu yang terbuka. Tadi ia melihat Orlando berjalan ke arah ruang ini, namun Kana tidak berani langsung masuk, takut ditanya aneh-aneh.

"Oi-- Aduh!"

Kana membekap mulutnya, ia tidak sengaja menampol muka seseorang saat reflek berbalik tadi, kaget.

"Kenapa harus muka gue, Kanaaa?" protes cowok itu. "Untung nggak luntur kegantengan gue."

Kana meringis. "Sorry, Gabriel, lo ngagetin gue sih," ucapnya. "Muka lo aman?"

Gabriel atau biasa dipanggil Iel, si bassis andalan band utama sekolah. Cowok itu mengusap hidungnya sambil mengangguk.

"Kenapa berdiri di depan sini? Masuk aja kalau ada perlu," kata Gabriel. "Nyari Arjuna?"

"Enggak!" jawab Kana cepat. "Ngapain nyari Arjuna, gue cuma lewat."

"Beneran?"

Kana mengangguk. Perhatiannya teralih pada orang yang sejak tadi diam saja berdiri di samping Gabriel. Cowok itu tampak tidak asing tapi Kana juga tidak ingat pernah bertemu di mana.

"Siapa, El?" tanya Kana, agak berbisik.

"Oh, dia Kian, anak kelas sepuluh. Mulai hari ini Kian gabung band gue, gantiin Bang Diva."

"Lah, Kak Diva pensiun juga?" Kana baru tahu.

"Bang Teo sama Bang Diva mundur dari band, udah kelas dua belas. Diganti Kian sama Ra--"

"Rafael?" sahut Kana.

"Lah, kok tau?"

"Kanaya, gitu." Kana tersenyum bangga.

Pintu ruangan terbuka, membuat Kana dan dua cowok itu mengalihkan perhatian. Sosok Arjuna muncul sambil menenteng gitar putih yang Kana ketahui adalah gitar milik Orlando.

"Kana?" Arjuna memberi senyumannya. "Ada apa?"

"Cuma lewat katanya." Gabriel yang menjawab. "Gue sama Kian masuk dulu."

Setelah pamit, Gabriel dan Kian yang belum juga buka suara langsung masuk ruangan. Padahal tadi Kana lihat Kian ingin mengatakan sesuatu, tapi tertahan karena Gabriel terus bicara.

"Nyari Orlando?" tebak Arjuna.

Kana menatapnya, lalu menggeleng cepat namun ekspresi wajahnya ragu. Hal itu malah membuat Arjuna tertawa, Kana tidak pandai berbohong.

"Orlando lagi keluar sama Bang Teo, nyari camilan, mau latihan sampai sore soalnya," kata Arjuna. "Ada perlu apa?"

"Nggak ada apa-apa, cuma mau tanya sesuatu," jawab Kana akhirnya, percuma mengelak. Toh, yang paling masuk akal sebagai alasan kunjungannya ke ruang musik memang mencari Orlando.

"Mau ditunggu dulu? Bentar lagi juga balik," tawar Arjuna.

Kana hanya mengangguk menyetujui, lalu keduanya melangkah menuju gazebo di taman depan ruangan. Mereka duduk di sana, memerhatikan anak-anak yang belum pulang berseliweran di koridor.

Arjuna memangku gitar putih yang tadi ia bawa, lalu memetik senar hingga mengeluarkan nada yang indah. Merasa tidak asing dengan lagu itu, Kana menoleh.

Pesawat Kertas [SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang