Penantian kosong - ep 2

28 3 0
                                    

Kali ini giliran Gui Yin yang terus terusan menunggu batang hidung Zhao Yan nampak hingga bosan. Memutuskan mengisi waktu dengan melukis tak sadar dirinya masih di mata matai sampai sekarang.

Gui Yin memperhatikan air terjun yang hari ini sedikit lebih berani menampakkan diri meski samar samar masih tertutup kabut. Mulai menorehkan tinta namun di dalam kepalanya hanya ada senyuman Zhao Yan melintas sana sini tak berhenti. Ia menghitung sudah berapa hari mereka tidak bertemu. Satu, dua, empat, enam... delapan... dan dirinya mulai berpikir bahwa mungkin saja pertemuan mereka sudah berakhir. Maklum saja, di zaman itu bahwa pertemuan adalah bagian dari karma masih dipercaya. Dan karma baiknya dengan Zhao Yan sudah tidak ada lagi. Ia mulai mencoba merelakan kontras dengan tinta yang ia torehkan menggambarkan Zhao Yan tengah membuka pakaian berlapisnya memamerkan sebelah pundak.

Sadar apa yang telah di gambar Gui Yin menahan nafas tak kuasa melihat. Rona di pipinya kini mulai kentara jelas. Ia mengganti kertas tersebut dengan kertas kosong yang baru. Namun setiap kali dirinya menorehkan tinta yang keluar tetap saja tak jauh jauh dari Zhao Yan. Membuat Gui Yin putus asa menahan malu akan dirinya sendiri hingga akhirnya ia memutuskan untuk menyudahinya dan Zhao Yan masih tetap belum menampakkan diri.

Awalnya ia kira begitu, ia tidak akan bertemu Zhao Yan lagi hari ini. Namun suara dedaunan terinjak mulai terdengar kian menjelas, wanita yang ia nantikan tengah berlari dalam keadaan acak acakan penuh goresan sana sini seakan habis membantai berbagai macam gerombolan boss babi hutan.

Gui Yin hendak menyapa terlebih dahulu namun Zhao Yan sudah memeluk Gui Yin duluan. Memberikan sensasi kupu kupu di dalam dada bersyukur ada yang hendak diberikan Gui Yin kepada Zhao Yan. Ia merogoh kantong pada bagian lengannya yang panjang menunjukkan sepucuk bunga yang sempat ia temukan beberapa hari lalu. Tersipu malu akan bunga yang kini sudah mengering namun Zhao Yan menerima bunga tersebut lalu menyematkannya ke balik daun telinga kanan memberikan kesan feminim dari sudut pandang Gui Yin dan dirinya ingin mengabadikan pandangan tersebut. Ia meminta Zhao Yan diam dalam pose yang sama memegang sebelah telinga yang disematkan bunga. Mengambil peralatannya yang sudah separuh rapih mulai mencoret lembaran kertas baru tak sadar dari tadi Zhao Yan sudah gatal hendak mengobrak abrik gulungan kertas yang sudah di lukis. Dan ya, wanita itu melakukannya setelah Gui Yin selesai melukis. Menimbulkan kegaduhan sejenak memperebutkan gulungan tersebut dan yang berhasil di tarik oleh Zhao Yan adalah dirinya yang tengah membuka pakaian.

Spontan Gui Yin menutupi wajahnya dengan kedua belah tangan. Meminta pengampunan namun yang dipinta malah tertawa lepas menimbulkan tanda tanya besar di atas kepala Gui Yin. 'Jadi Zhao Yan menyukai gambar cabulnya?' Ia mencoba mengembalikan dirinya hendak mengkonfirmasi pertanyaan di dalam kepalanya. Sayang air wajah yang akan di tanya sudah berubah serius. Zhao Yan memintanya untuk segera berkemas. Berlari menjauh dari suara murmur para prajurit yang ditugaskan untuk mengejar wanita itu dan entah mengapa Gui Yin merasa hatinya bergetar lebih kencang dari biasanya hanya karena mereka sedang di kejar dan tangannya ditarik paksa separuh terbang mengikuti kemana arah Zhao Yan melangkah.

.

.

Zhao Yan melempar Gui Yin jauh hingga pria itu terguling. Mengeluarkan pedang kini sudah dikepung oleh para prajurit suruhan ayahnya. Memberikan pelajaran akan betapa kuatnya dirinya dan satu persatu prajurit dilumpuhkan meski tidak sampai cedera parah. Lalu menarik Gui Yin lagi memanjat salah satu pohon sebagai tumpuan pertama untuk pergi ke pohon pohon lainnya seakan dirinya terbang di udara.

Bagi Gui Yin yang tidak pernah mencicipi dunia bela diri, pengalaman ini adalah yang paling menyenangkan. Ia merasakan tubuhnya mengapung terbawa udara dan tanpa sadar mereka tiba di kaki gunung tak jauh dari hutan bambu, berhenti di gubuk yang sebenarnya adalah rumah Gui Yin. Well, dirinya memang penyendiri, hanya pergi ke kota kalau bahan pangan habis. Dan sekarang ia mendapatkan tamu dadakan, dan tamunya adalah wanita yang entah bagaimana memberikan kesan kuat namun juga feminim dan oh ngomong ngomong feminim... bunga yang disematkan sudah hilang entah kemana dan ia mulai berpikir mungkin besok ia akan mencarikan bunga lain sebagai pengganti.

Gui Yin menyodorkan air kepada Zhao Yan. Mengambilkan sebuah kain basah mulai mengusap sisa sisa pertempuran di pipi dan tangan wanita itu. Dan mereka tiba tiba diam tersipu satu sama lain.

Sadar akan nuansa diantara mereka mulai menghangat Gui Yin mencoba mengalihkan suasana dengan pembicaraan ringan begitu pula juga Zhao Yan yang melirik kesana kemari mencari topik. Akan tetapi suasana di antara mereka tak terelakkan sekali lagi terima kasih kepada senja yang berandil paling besar menyinari Zhao Yan. Entah mengapa Gui Yin menangkap kerisauan di hadapannya dan ia ingin menghapus risau disana. Di kecupnya pipi Zhao Yan tanpa sadar lalu menyungkurkan diri hingga punggungnya menyentuh kendi kendi berjajar rapih menahan malu. Menutupi wajahnya dengan kedua lengan mengira dirinya akan dipenggal atau semacamnya namun tidak terjadi apa apa malahan Zhao Yan masih terkejut sama sekali tidak beranjak hanya memegangi pipi yang di kecup barusan.

Blooming PleasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang