Sebuah petunjuk - ep 2

15 4 3
                                    

Tidak biasanya Cleo pulang terlambat. Ucap Sang In dalam hati sambil mondar mandir tak karuan mengelilingi penthouse. Apakah terjadi sesuatu di jalan? Apakah ada yang mengusik wanita itu hingga menyebabkan baku hantam? Apakah wanita itu sedang mencari petunjuk lain soal serum vampir? Manapun itu kepala Sang In mulai pening memikirkan kemungkinan kemungkinan yang bisa saja terjadi.

Diputuskannya untuk merebahkan diri di sofa. Memeluk bantal berbentuk persegi dikala isi kepalanya masih bekerja bertanya tanya, kali ini lebih kepada alasan mengapa dirinya tidak dilibatkan. Mengingat dirinya adalah korban dari serum tersebut... mungkinkah karena dirinya masih pemula? Sang In mulai berspekulasi ria teringat akan ucapan Cleo di gang tempo hari. Menerima kenyataan akan dirinya yang memang masih naif namun sebagian dirinya memberontak berpegang teguh pada moral. Berpegang teguh pada ucapannya yang tak akan membunuh.

"Haaaa..." ia menghela nafas panjang. Pergi ke dapur mengambil satu kantong darah memuaskan tenggorokannya yang mulai terasa kering. Kembali bertanya tanya apakah dirinya nanti akan tetap berpegang teguh pada moralnya. Mengingat sekarang dirinya tengah menghisap entah darah siapa... bisa jadi darah yang dihisap adalah darah dari orang yang baru saja mati, bisa jadi darah dari para pendonor... meski enggan mengakui, Cleo memiliki poin penting dalam ucapannya kalau suatu saat nanti hal seperti ini atau bunuh membunuh akan menjadi hal biasa untuknya. Cepat atau lambat. Membuat isi didalam perutnya terasa berputar hendak keluar kembali dari kerongkongan. "Haaaa..." sekali lagi ia menghela nafas panjang. Sekarang ia tengah dilanda krisis identitas...

Bee bee beep! Cklak! Suara tersebut mengalihkan pandangan Sang In segera.

Kini matanya terbelalak. Sebelah tangannya yang masih kosong menutup mulut. Ia bertanya apa yang terjadi sampai pakaian Cleo cemong sana sini, namun jawaban yang di dapat tidak meyakinkan. Wanita itu baru saja menyelamatkan kucing kejepit dan mau mengadopsi kucing yang baru saja di selamatkan? Mana kucingnya?! Memangnya dia bodoh?!

Tapi Sang In melewatkan yang satu ini lantaran Cleo terlihat lelah. Wanita itu melewati dirinya dengan bibir melengkung ke atas tidak seperti biasanya, menaruh kantong plastik yang kotor bagian bawah ke wastafel dapur, minta dibereskan lalu pergi ke kamar. Sang In pun kembali menjadi pendiam, mengerjakan permintaan Cleo usai menenggak habis kantong darahnya, berperang melawan keinginan hati yang gatal ingin menjenguk wanita yang kini sepertinya tengah membasuh diri. Akhirnya ia kalah oleh rasa pedulinya.

Sungguh Sang In cuma bisa menutup mulut saja begitu pintu kamar mandi dibuka menampilkan seekor kucing berbulu putih keperakan basah kuyup disana. Kawaii! Serunya dalam hati sambil mengangkat kucing tersebut.

.

.

Berbeda dengan Cleo yang panik berusaha keras berpikir cara meloloskan diri dari situasi tersebut. Awalnya saja... setelahnya ketika Sang In menunjukkan sisi lembutnya mendaratkan kecupan ringan di hidung Cleo, otak Cleo konslet tak bisa ber kitty kitty. Dirinya bahkan mendengkur keenakan seperti mendapat pijatan begitu bulunya dibantu dikeringkan menggunakan handuk.

Cleo meregangkan seluruh otot otot di tubuhnya. Naik ke atas kasur lalu meringkuk di bantalnya. Disusul oleh Sang In yang kini ikutan rebahan mengelus punggungnya, lagi lagi dengkuran terdengar.

"Aku penasaran kemana perginya pussy catra, ku harap dia baik baik saja."

Meow. "Aku baik baik saja, cuma lelah."

Sang In menarik bantal Cleo mendekat ke dalam pelukannya. Menepuk bokong Cleo pelan lalu perlahan mulai tertidur pulas akibat dengkuran tak kunjung henti mengalun.

Menyadarkan Cleo kembali untuk segera menyusun rencana bagaimana dirinya akan bermain dua peran sekaligus dengan satu tubuh yang sama. Tapi begitu matanya menangkap wajah damai Sang In, hati sudah berkata lain. 'Mungkin, untuk malam ini, aku akan menikmati pemandangan di hadapanku sampai ketiduran... Gui Yin... kalau disaat itu aku berhasil menyelamatkan mu... apakah kita akan lari bersama menjadi buronan?' Cleo menghela nafas panjang mengesampingkan kenangan akan Gui Yin. 'Tidak, begini lebih baik.' menggulingkan tubuh nyempil di sela sela bantal dan perut Sang In, mulai sayup sayup ngantuk ketika tubuhnya mulai merasakan sensasi perpaduan antara dingin dan hangat saling beradu. 'Dasar mayat.' gerutunya namun tidak bergeming sangkin pengennya nempel dengan Sang In.

Blooming PleasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang