Misi menguak si kucing

16 3 0
                                    

Hangat... itulah perasaan Sang In saat tubuhnya menempel dengan makhluk berbulu di pelukannya. Ia mengusap makhluk bulu tersebut dalam keadaan setengah sadar. Betulan sadar sepenuhnya saat bel pada pintu depan berbunyi tanda ada tamu yang datang.

Jam berapa sekarang? Sang In mengusap sebelah mata pergi dari ranjang. Melihat ke arah jam dinding berbahan kayu ketika melewati dapur rupanya jam baru menunjukkan pukul delapan. Terlalu pagi untuk sebuah kunjungan. Ucapnya dalam hati namun tetap pergi mendekati remot dinding yang memiliki tv kecil menampilkan sosok mirip dirinya hanya saja warna rambut mereka sudah berbeda.

Sang In menekan tombol untuk membuka pintu. Mendapat pujian akan warna rambutnya yang cocok dengan warna matanya, tapi Sang In malah membalas datar kalau kakaknya sama sekali tidak berubah. Tetap menggunakan tatanan rambut yang sama dengan warna rambut yang sama. Two block coklat keorenan. Dan penampilannya pun tidak berubah pula untuk musim semi. Celana denim dipadukan kaos v-neck sama putih dengan jaket berkerah tinggi warna biru langit, sepatunya pun masih sneakers bersol tebal warna pasir pudar sudah saatnya minta diganti sangkin lelahnya dipakai terus menerus.

"Jadi, dimana istrimu?" sambil celingak celinguk mengobservasi tatanan penthousenya.

Yang ditanya muncul dari balik pintu geser panjang dan besar berbahan kayu di samping dapur sebagai penyekat ruang pribadi. Naik ke menara kucing paling tinggi di ruang tamu, tidur meringkuk berjemur di tempat yang terpapar sinar matahari seakan tengah memantau dari kejauhan.

Sang Ki menaikkan sebelah alis sambil tersenyum menatap adiknya menyiratkan pertanyaan 'Sejak kapan kau suka dengan hewan?' detik itu juga terjadi lah percakapan menggunakan telepati diantara kakak beradik tersebut.

'Terjadi begitu saja.'

'Tak yakin dengan jawabanmu, aku bisa mencium dalih disini.'

'Dalih yang seperti apa yang oppa cium? Semua bisa terjadi begitu saja.' menguncupkan bibir Sang Ki yang enggan bersilat lebih lanjut.

"Well, karena aku belum sarapan dan kau juga sepertinya baru bangun, bagaimana kalau kita panggil asisten rumah tangga?" mengedipkan alis Sang In yang tidak kepikiran mempekerjakan asisten rumah tangga. Kini Sang Ki tertegun sebelum akhirnya membuka suara. "Serius? Siapa yang membereskan tempat sebesar ini kalau begitu?"

"Aku akan memanggil asisten rumah tangga paruh waktu bila dibutuhkan, toh aku bisa mengerjakan beberapa hal sendiri. Salmon? Nasi? Miso soup?"

Sang Ki menaikkan sebelah bahu ikutan ke dapur namun cuma untuk mengambil air dingin. Duduk di set meja makan seberang area dapur menghadap Sang In yang kini tengah sibuk menanak nasi sambil mengukus ikan. Membuat miso soup berisikan tahu, daun bawang dan rumput laut, lalu menyajikannya apik seperti makanan keluaran dapur restoran. "Itadakimasu!" Sang Ki merapatkan kedua telapak tangannya lalu mengambil sumpit siap menyantap. Melahap dengan cepat, memperhatikan Sang In yang kini memanggil Cleo dengan menyerupai bunyi cicak.

Cleo datang menghampiri, naik ke atas meja mengambil sebagian salmon milik Sang In. Makan dengan tenang lalu pergi kembali ke menaranya.

Mengundang gerutu dari bibir Sang Ki merasa makhluk berbulu tersebut tak sopan, dibalas kekehan oleh Sang In. Mereka kembali melanjutkan percakapan basa basi sambil menghabiskan makanan mereka.

"Jadi, dimana istrimu?" tanya Sang Ki sekali lagi mengedutkan urat di pelipis Sang In.

"Entah, dia datang dan pergi sesuka hati." berusaha mengontrol nadanya agar tetap terdengar tenang.

"Yang benar, memangnya dia hantu? Haaaa... sia sia aku berkunjung kalau begitu." tiba tiba mata Sang Ki teralihkan ke arah pintu geser tempat kamar utama berada. Ia bangkit berdiri hendak membuka papan tersebut namun dalam sekejap mata memandang Sang In sudah menahan pintu tersebut mengejutkan.

Blooming PleasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang