Tetap misteri - ep 3

23 3 0
                                    

Suasana tempat minum terlihat chaos usai keseruan berakhir. Sebagian dari mereka ada yang sudah tumbang sebagian lagi ada yang masih melanjutkan ke botol berikutnya meski sempoyongan sudah jelas terlihat. Sebagian lagi ada yang sambil bernyanyi sambil ngelantur, namun di tengah kekacauan disana, ada dua insan yang masih tegak kewarasannya tak lain tak lebih adalah Cleo dan Sang In meski sudah berapa botol yang ditenggak.

Dimata Sang In, Cleo yang anak Jo-Pok pasti sudah ditempa sejak kecil minum minuman keras. Sedangkan dimata Cleo, Sang In pasti banyak menghadiri pesta kalangan atas yang menyajikan berbagai macam minuman berkadar alkohol tinggi. Manapun itu, keduanya salah. Sebenarnya, mereka sama sama sudah sempoyongan bila disuruh berdiri namun tak ada satupun dari mereka yang beranjak hingga Sang In merasa sudah saatnya mencari udara segar. Barulah rasa pening mulai melanda hebat hingga dirinya perlu dibantu Cleo untuk berjalan yang sama sama sempoyongan. Jongkok di pinggir kedai sama sama memegangi kepala yang mulai terasa ingin pecah.

"Ku kira kau kuat minum." ucap mereka berbarengan. Dan mereka terkekeh akan tebakan yang salah.

"Apa yang kau tertawakan?" tanya Cleo penasaran.

"Tidak ada... apa yang kau tertawakan?"

"Tidak ada." sadar air wajah Sang In mulai kembali serius menganalisa dirinya Cleo berdengus pelan mengangkat tangan. "Ku kira kau akan kuat minum karena sering menghadiri pesta kalangan atas, nyatanya lihatlah dirimu sekarang, jongkok di gang kecil sebelah kedai."

Sang In membalas tertawa mengejek. "Bicara pada dirimu sendiri, ku kira anak ketua jo-pok kuat minum melebihi batas manusia normal."

"Well, sepertinya aku membuat istriku kecewa."

"Kita menjadi istri istri hanya diatas kertas ingat? Terlepas dari itu hubungan kita hanya majikan dan pengawal."

"Ouch!" terkesan muram.

Tiba tiba Sang In teringat akan bagaimana cara Cleo bisa memiliki teman dalam waktu singkat, memberikan rasa bersalah atas apa yang baru saja di katakannya. "Apa aku terlalu kasar?" malu malu.

Dan reaksi kecil tersebut lagi lagi tertangkap mata Cleo, Cleo mengusap kepala Sang In lembut. Lupa akan Sang In di kehidupan lampau, mulai tertarik dengan Sang In yang sekarang. Apakah dirinya sudah mulai move on? Entahlah. Yang ia tahu pasti setiap kali Sang In menunjukkan sekecil apapun sisi feminimnya, Sang In terlihat menarik di matanya Terutama saat pipi wanita itu menunjukkan rona semu, itu yang paling terbaik. "Tidak, kurasa itu sisi yang membuatmu mempesona." satu pukulan mendarat di tulang kering Cleo. "Ouch!" Ia menahan ringisan.

"Kau sebut dirimu jo-pok?! Jo-pok macam apa yang bisa menggombal seperti mu?!"

Masih meringis Cleo menjawab. "Aku tidak menggombal, dan aku bukan jo-pok. Ayah pemilik bar dan penyedia layanan pengawal tapi bukan berarti kami jo-pok." Sekali lagi pukulan dilayangkan pada tempat yang sama namun kali ini berhasil di tangkis. "Bisakah kau tidak memukul ku disaat dirimu tersipu? Aku tak ingin menjadi samsak dadakan. Geez."

"Hmph! Antar aku pulang!" Sang In berdiri diikuti oleh Cleo.

Akan tetapi sikap Cleo kali ini benar benar menarik pelatuk di kepala Sang In. Separuh membungkuk berlagak seperti pangeran berkuda putih Cleo berucap.

"Baik yang mulia."

Padahal tahu kalau dirinya tidak suka perlakuan spesial. Sang In cuma bisa diam meminta Cleo mengambil tasnya di dalam dikala dirinya menunggu di luar tak ingin wanita itu menjadi samsak dadakan lagi.

—-

Di tengah jalan, di tempat yang hanya bisa dimuati oleh satu mobil. Cleo dan Sang In dari tadi hanya diam diaman tak tahu topik apa yang harus diangkat. Memberikan canggung tak berkesudahan sampai mata Cleo menangkap mesin minuman. Ditawarkannya kepada Sang In dan wanita itu mengangguk saja namun saat ditanya ingin yang mana jawabannya hanya terserah. Akhirnya Cleo membelikan minuman yang dikenal sebagai minuman pengganti ion tubuh. Untungnya diterima baik lantaran dirinya tidak tahu menahu makanan ataupun minuman favorit Sang In, maklum saja dirinya waktu itu sudah kehilangan harapan yang padahal hubungannya baru berumur seminggu. Dan Sang In terlalu tertutup untuk memperlihatkan mana yang menarik perhatiannya sama sekali tidak membantu. Atau... memang tidak ada spesifik yang disukai? Sepertinya begitu mengingat wanita itu tidak pernah duluan mengambil langkah mengajak ke restoran atau cafe mana. Selalu saja dirinya yang membuat langkah duluan. Benar benar wanita yang sulit, tapi menjadi tantangan tersendiri sekarang.

Di tengah tengah Cleo mengingat hubungannya dengan Sang In, Sang In mencolek Cleo lalu menunjuk dengan matanya pada dua insan di seberang sana di dalam gang sempit hanya muat satu skuter. Awalnya Cleo mengira kedua insan tersebut hanya pertukaran dealer serbuk terlarang saja namun begitu pupil matanya kian membesar menangkap detail lebih saksama, dirinya memutuskan menceburkan hidungnya ke dalam masalah disana, berpikir kalau Sang In pasti bisa mengurus dirinya sendiri selama insan yang dilawan masih manusia biasa. Cleo memberikan aba aba dengan kepala digelengkan menyerukan 'ayo!' dirinya seakan tengah bermain mata mata dengan bocah. Mengumpat di mulut gang kecil, hingga keyakinannya bulat kalau yang dilihat adalah serum vampir lainnya. Cleo langsung menyergap juragan disana lalu mengambil apapun yang bisa digunakan untuk melumpuhkan sang pembeli dalam satu kali hantaman tanpa melihat.

Awalnya Sang In hendak mengoceh lantaran bukan seperti itu cara bertarung yang baik, tapi begitu melihat Cleo tengah bekerja mengeluarkan aura serius nan membunuh menginjak target dibawahnya sama seperti kala itu. Sang In terpukau sekali lagi lupa akan apa yang ingin di ocehkan lebih asik menonton. Mendadak terkejut ketika juragan dibawahnya menodongkan tembakan api.

Tetapi tidak untuk Cleo, dirinya malah mencondongkan tubuh memberikan berat tambahan pada injakannya lalu merampas pistol tersebut paksa dengan mudah. Menembak pembeli yang kini sudah terkapar pingsan berubah menjadi mayat sebagai peringatan. Cleo memulai percakapan dimulai dari apakah juragan tersebut tahu serum apa yang sedang dijual, namun gelengan kepala yang diberikan. Cleo bertanya sekali lagi dan kini ia mengganti pertanyaan dari mana juragan tersebut mendapatkan serum tersebut. Juragan itu hanya memberikan ciri cirinya tanpa nama. Berkacamata bulat berwarna keemasan, pupil matanya hitam legam se legam rambutnya yang disisir ke belakang model klimis. Pakaian yang biasanya dipakai adalah kemeja lengan panjang dan ikat pinggang berkaki tiga dan celana formal. Sangat tipikal kantoran pikir Cleo sesaat. Ia bertanya lagi bagaimana proses penjualan serum tersebut terjadi. Menaikkan sebelah alis Cleo yang terkejut metode multi level marketing bisa diaplikasikan ke dalam transaksi serum terlarang. Cleo menembak juragan dibawahnya menarik keterkejutan Sang In pada kenyataan.

"Kau tak bisa menembak orang sembarangan Cleo! Ini tindak kriminal!" komplennya lebih keras dari sebelumnya. "Melempar balok kayu masih oke tapi membunuh? Big no no!"

Cleo melempar pistolnya ke atas dada juragan lalu menyisir poninya ke belakang sebelum menghadap Sang In. "Dengar, dunia mu sudah berubah, hal seperti ini akan menjadi hal yang biasa suatu saat nanti." santai.

"Aku berani taruhan aku akan menjadi spesies ajaib yang lebih bermoral daripada kau spesies entah apa."

"Mari kita lihat nanti. Sekarang ada hal lebih penting yang harus ku tangani." Cleo menjentikkan jari dan datanglah sosok berjubah hitam dan bertopeng manusia bertuliskan 'mati' di kening berwarna emas. Sosok tersebut menghempaskan sebelah tangan bersarung tangan hitam memperlihatkan tubuhnya yang ramping berbalut kain sama sama serba hitam. Detik itu juga kedua mayat yang tergeletak sirnah berubah menjadi debu begitu pula pistol yang menjadi bukti pembunuhan kecuali serum vampir. Cleo menginjak serum tersebut dan serum tersebut pecah hingga cairan didalamnya menyatu mengering dengan tanah. Barulah sosok tersebut melompat entah kemana yang pasti menghilang dari pandangan. "Lihat?"

"Tetap aku tidak akan menggunakan metode membunuh sekali pun bisa." Penuh penekanan.

"Well, itu pilihan mu. Aku punya pilihanku sendiri. Ayo pulang."

.

.

.

Masih belum pudar dari rasa terkejut Sang In membersihkan diri terlebih dahulu berharap kewarasannya tetap berada di level yang sama seperti sebelumnya. Pergi ke dapur untuk membuat coklat hangat lalu duduk di ruang tamu di sofa yang panjang empuk dan lebar. Ini pasti mimpi buruk setelah mabuk pikirnya. Pasti begitu. Namun rasa kering di tenggorokannya berkata lain, sudah saatnya ia menyesap sekantong darah. Menyadarkannya pada kenyataan kalau dirinya tidak bermimpi, ia menaruh gelas coklatnya ke meja rendah lalu merebahkan diri pasrah. Melihat ke arah balkon tempat dimana Cleo berada tengah serius berpikir dan yang diperhatikan menoleh tersenyum manis saja sebelum kembali memasang wajah serius. Membuat Sang In salah tingkah dengan emosi bercampur aduk sampai dirinya menemukan gumpalan bulu lembut berwarna putih hingga keperakan. Mengingatkannya pada rambut Cleo namun saat matanya kembali ke balkon sosok yang dicari sudah tidak ada. Terkejut seakan kedipannya hanyalah halusinasi belaka Sang In langsung berdiri segera mengejar ke balkon yakin betul dengan pandangan mereka yang sempat terikat sejenak. Namun saat Sang In celingak celinguk sosok yang dicari memang tidak ada seakan menghilang menyatu dengan udara. Benar benar tetap misteri pikir Sang In sambil menggaruk kepala.

Blooming PleasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang