Suatu ketika - ep 1

21 4 0
                                    

Sepertinya kehidupan perkuliahan Sang In tak jauh beda dengan saat dirinya duduk di bangku SMA. Lebih banyak absen untuk diutus pergi menghadiri acara penting namun tugas tetap dikerjakan demi nilainya tidak anjlok. Yang membedakan adalah sekarang dirinya mengerjakan tugas bersama dengan Cleo yang artinya tugasnya akan lebih cepat kelar.

... acara penting huh? Sang In mengencangkan genggaman penanya menahan decak kesal hendak memaki kakaknya. Kiranya hidupnya sudah lebih bebas usai pindah ke negara tetangga tapi tahunya tetap saja dirinya di paksa terbang cuma untuk menggantikan Sang Ki yang akan absen di pesta bergengsi anak anak orang kaya. Pesta yang paling malas ia kunjungi lantaran reputasinya sudah terlampau jelek. Tapi masalahnya Sang Ki malah merengek dengan dalih potensi menjalin relasi baru. Benar benar bikin sakit kepala.

"Ah! Selesai juga!" Cleo mengangkat sebelah tangan memanggil pramugari minta diambilkan air mineral dingin. Begitu minuman tersebut datang disodorkannya botol tersebut kepada Sang In sok keren.

Sejenak sebelah alis Sang In keriting menghadapi sikap tersebut, namun ia tetap menerima botol yang sudah disodorkan menenggak habis isi di dalamnya hingga kepalanya terasa membeku. "Kau bersikap seperti ini kepada semua orang?" Yang ditanya malah melayangkan lirikan jahil.

"Cemburu hmm?" Tidak ada jawaban. "Well, hanya karena aku anak tenar bukan berarti aku memperlakukan semuanya sama."

Sang In malah merasa gatal ingin mengorek lebih lanjut arti dibalik ucapan tersebut. Akan tetapi Cleo sudah menunjuk ke arah buku bukunya tanda tugasnya belum rampung. Haaa... siapa saja yang diperlakukan spesial oleh wanita ini? Mengapa dirinya harus peduli? Apakah ia benar benar cemburu? Kalau dipikir pikir ia bisa memanfaatkan hubungan mereka sebagai landasan, toh hubungan mereka sah secara hukum. Tapi untuk apa? Cleo terlalu banyak menyimpan misteri dan ia tidak bisa mengambil resiko besar untuk jatuh lebih dalam kepada wanita itu selain menjadi teman baik. Sang In kembali pada tugasnya guna mengalihkan pikiran yang sudah mulai terlalu jauh bekerja.

.

.

Di sisi lain, Cleo yang sedari tadi memperhatikan tanpa sadar mengembangkan bibirnya. Manis, ia berucap dalam hati. Ia mulai mencermati garis wajah Sang In yang mirip seperti boneka porselen. Pergi ke bibir mungil bersepuh pink hampir menyerupai warna kulit, naik ke hidung berukuran sedang dengan ujung agak membulat, naik ke mata besar dan bulat sedikit meruncing kali ini matanya yang berwarna coklat ditutupi lapisan lensa berwarna biru langit cocok dengan warna alisnya yang juga berwarna coklat melengkung membentuk arch tertutup poni rata. Dan tanpa sadar Cleo mengambil seulas rambut lurus lembut sepunggung Sang In, menghirup aroma perpaduan minyak argan dan bunga lavender di sana masih segar seperti baru saja keluar dari kamar mandi. "Sepertinya warna pirang copper cocok untuk mu."

"Mengerikan, singkirkan tanganmu sekarang."

Cleo langsung mengangkat kedua tangan tanda menyerah melepaskan rambut Sang In. Merasa sedikit tertohok meski dirinya terlihat acuh tak acuh dari luar. Lalu berubah menjadi kernyitan begitu sampai dan supir yang ditugaskan diminta untuk mengantarkan mereka ke salon langganan Sang In. Sang In langsung minta rambutnya dirapikan lengkap dengan warna rambut di ganti sesuai saran Cleo. Mengundang seringai geli yang sebisa mungkin berusaha ditahan lantaran tak ingin wanita di hadapannya tersipu di hadapan banyak orang. Sungguh demi pemilik neraka, saat itu pertama kalinya Cleo merasa hidup sekan dirinya sudah terlepas dari masa lalu yang mengikatnya.

"Tumben Sang In datang dengan teman, kemana pengawal mu?"

"Nah... aku istrinya, bukan teman." Tersenyum sumringah, lupa akan tujuannya untuk tidak membuat Sang In tersipu. 'Ah sial! Tamat sudah riwayatnya setelah ini'

.

.

.

Tapi ternyata tidak, Cleo masih baik baik saja usai keluar dari salon. Malahan, Sang In memujinya atas kepura puraan yang menurut wanita itu terlampau serius dalam mendalami peran. Untuk sepersekian detik, otak Cleo mendadak kram tak bisa mencari kalimat yang tepat bahwa dirinya tidak berpura pura tadi. Tapi diputuskannya untuk tak mengambil pusing, yang jelas ia tahu debaran di balik dada Sang In masih kencang seakan organ di dalam sana hendak melompat keluar, itu saja sudah cukup untuk membuatnya gembira.

Blooming PleasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang