Penantian kosong - ep 3

23 2 0
                                    

Di paviliun tempat kediaman keluarga panglima Zhao berada, di salah satu tempat di sana tempat yang dibuat khusus sebagai tempat panglima Zhao menyendiri dengan kumpulan koleksi buku bukunya.

Di malam itu, malam yang hanya diterangi sebatang lilin menemani tumpukan buku buku sudah selesai dibaca. Malam yang sama tepat dimana Zhao Yan nekat pergi menemui Gui Yin. Mata mata yang dikirim oleh panglima Zhao tiba tiba saja datang mengetuk pintu pelan. Masuk tanpa aba aba melaporkan kejadian yang baru saja terjadi tadi sore. Laporan yang sebenarnya panglima Zhao sudah bisa menebak karena putrinya hari ini hanya hadir setengah hari di sesi latihan. Apa lagi kalau bukan bertemu pria jelata itu? Makanya dirinya sudah mempersiapkan semuanya dimulai dari prajurit rendahan yang dikirim hanya sebagai umpan, namun siapa sangka kalau rencananya malah berujung pada mendapatkan lokasi tempat pria jelata itu tinggal. Langit benar benar berpihak padanya.

Panglima Zhao meminta mata matanya menunggu untuk menunjukkan jalan dikala dirinya menyiapkan bala tentara, pergi ke tempat pria jelata itu siap membakar semuanya. Menangkap target dan putrinya yang berani beraninya menunjukkan taring menyulut amarah. Well dirinya memang mendidik putrinya untuk menjadi senjata seperti dirinya tetapi tidak untuk menggigit balik, dan sekarang putrinya harus mendapat hukuman lebih layak atas serangan baliknya tersebut. Panglima Zhao turun tangan melawan putrinya sendiri dikala prajurit lainnya menjalankan tugas. Sebagian dari mereka ada yang membuat api sebagian lagi berusaha mengikat Gui Yin untuk dimasukkan ke dalam penjara.

Akan tetapi pertarungan antara ayah dan putri tersebut berlangsung cukup lama. Memberikan perasaan bangga tersendiri bercampur aduk dengan amarah yang semakin menjadi jadi karena panglima Zhao harus mengeluarkan seluruh kemampuannya untuk melumpuhkan putrinya yang satu ini dalam satu atau dua kali hantaman. Dan ya sudah pasti dirinya lah yang menang. Putrinya pingsan dalam bopongannya.

.

Dan keadaan tidak berhenti sampai disana. Panglima Zhao meminta putrinya untuk membuat pernyataan khusus tidak akan melewati sesi latihan lagi dikala di dalam penjara tengah terjadi penzaliman atas tuduhan tak berdasar.

.

.

Tentu saja Zhao Yan tahu kalau akan ada penzaliman di dalam penjara. Dirinya adalah putri dari panglima elit Zhao, seumur hidupnya dididik di bawah sayap ayahnya. Dirinya tahu betul kekejian macam apa yang diperbuat ayahnya kalau soal hukuman. Tak jauh jauh antara cambuk atau menanam paku di tubuh manusia. Dan begitu dirinya selesai membuat pernyataan, pergi ke dalam penjara membabat habis semua penjaga di sana begitu pula mata mata yang ditugaskan sebagai penjaga keberlangsungan penzaliman, separuh hatinya lega Gui Yin hanya mendapat cambukan saja meski tubuh pria itu dalam keadaan terlampau buruk. Lebam di mana mana, goresan sisa cambuk yang mengangakan kulit, Zhao Yan kini berniat mengeluarkan pria itu dari penderitaan tak berkesudahan didalam sana. Membopong seluruh tubuh pria itu perlahan, lebih terlihat seperti setengah menyeret karena mereka diburu waktu sebelum prajurit lainnya datang.

.

.

Tapi bukannya panglima Zhao namanya kalau tidak bisa membaca putrinya seperti buku, di mulut gerbang penjara dirinya telah menyiapkan sejumlah pasukan yang kini tengah bersiap di posisi masing masing hendak menyergap begitu aba aba di acungkan. Mengurung paksa putrinya dan pria jelata itu di sel yang berbeda, ia memiliki rencana yang lebih baik agar putrinya tidak berulah kembali. Hukum pancung. Sebuah konsekuensi yang besar telah menantang akan menjadi pelajaran berarti pikirnya. Lupa bahwa putrinya memiliki darahnya, tentulah putrinya akan menemukan cara bagaimana kabur dari sana.

.

.

Sayang saja waktu yang dibutuhkan cukup lama lantaran tidak ada benda apapun yang bisa dijadikan alat pembuka kunci sampai hari di mana Gui Yin akan di pancung tiba.

Blooming PleasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang